kesengsaraan dalam apa yang tidak/belum bisa saya capai

7/13/2008 02:57:00 AM / /

sayangku cintaku, katakan padaku...
apakah yang kau sedihkan ?
pujaanku o jantung hatiku, ceritakan semua...
tentang mana kau tumpahkan air mata darah ?

agar kemudian bisa kutunjukkan, bahwa
sekalipun kau tak kehilangannya,
toh setelahnya kau tetap akan menemui penderitaan

lalu juga kuterangkan padamu, bahwa sekalipun engkau bisa meraihnya...
hatimu akan tertawa sejenak... lalu masalah kembali datang.. dan kau pun kembali memeluk derita...

sehingga sayangku, tak perlu air mata itu
juga tak guna susah hatimu
jika yang kau inginkan kebahagiaan sejati
kau akan mendapatkan pula kesedihan sejati

tak perlu...
tak perlu...
karena tiada apapun dalam gerak kesadaran yang kosong..

jika semua deritamu diringkas,
maka tersadari semua
pun jika semua tawamu dirangkum,
juga tersadari semua

jika telah tersadari semua
peranmu sadar tercipta
tanpa campur tangan keinginan pilihanmu
l e b u r . . d a l a m . .g e r a k . . s e m e s t a

=============================================================

kali ini saya ingin membagi pengalaman saya berkaitan dengan kesedihan/kekecewaan terhadap hal2 yang tidak/belum bisa saya miliki.

sesuatu yang ingin saya miliki pastilah ada sebabnya. jika digeneralisasikan, maka sesuatu yang saya inginkan itu (saya kira) akan membawa kebahagiaan dalam hidup saya. jadi ketika saya menginginkan sesuatu, hati saya menderita krn keinginan itu belum tercapai. jika keinginan saya tidak tercapai, hati saya menderita juga krn kekecewaan. Dan yang kemudian saya sadari adalah, jika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, maka hati saya bahagia. tapi kebahagiaan itu hanya sesaat dinikmati. Kemudian timbul kebosanan, kebiasaan, lalu keinginan2 baru menyerbu.

misal, dulu waktu kuliah saya mikir, kalau punya gaji besar pasti senang. lulus kuliah gaji saya berlipat2 daripada kiriman bulanan(sbnrnya bukan krn gaji yg besar, tp krn kiriman bulanan yg kecil ^_^). Sehingga saya merasa senang. Lewat beberapa saat, bosan, gaji saya semakin terasa biasa. Lalu saya berandai2 kalau gaji saya lebih besar lagi pasti senang. Saya bekerja keras, berpindah2 tempat kerja, melalui berbagai ketidaknyamanan untuk mendapatkan gaji yang menurut ukuran saya "besar". dan kemudian ukuran "besar" ini makin lama makin membesar.

Pola perasaan yang saya alami: menderita krn belum tercapai, jika tidak bisa tercapai:kecewa, jika bisa tercapai:senang sesaat, bosan/sembuh dari kekecewaan, keinginan baru muncul, menderita krn belum tercapai dst...dst...

yang kemudian saya tanyakan pada diri saya sendiri adalah
jika yang saya cari adalah kebahagiaan
dan jika saya mengaitkan kebahagiaan dengan target saya
maka jika saya mencapai target saya
apakah saya mendapatkan kebahagiaan ?

jawabannya adalah: iya
tapi apakah kebahagiaan itu berlangsung selamanya ?
jawabannya adalah: tidak

kalau mencermati pola saya diatas
saya lebih banyak merasakan penderitaan daripada kebahagiaan
menderita waktu mengejar keinginan > waktu menikmati kebahagiaan sebelum bosan atau terjangkit keinginan baru
(formula ini belum ditambah waktu menderita krn frustrasi kegagalan dalam mencoba)

sehingga yang kemudian saya katakan pada diri saya adalah
kalau saya begitu menginginkan sesuatu
dan kemudian tidak tercapai
maka saya tidak perlu menangisi/menderita begitu dalam
kenapa ?
karena kalaupun saya kemudian mendapatkannya (dan mengikuti pola diatas)
maka setelah itu hati saya juga akan menderita akan keinginan baru
mendapatkan sesuatu bukan jaminan kebahagiaan selama-lamanya

loh, terus gimana dong ?
apa saya tidak boleh mendapatkan apapun ?
apa saya tidak boleh berusaha untuk sesuatu yang lebih baik ?
tidak boleh mendapatkan untung banyak ?
gaji besar ?
istri cantik ?
rumah mewah ?
mobil impor ?
apartemen di singapur ?
dst..dst...

bukan...
saya tidak menyalahkan pencapaiannya
saya hanya menyadari bahwa penderitaan seringkali muncul padahal tidak diperlukan
menyadari diri saya sendiri yang seringkali melekatkan "kesedihan" & "kekecewaan" ketika saya tidak/belum bisa mendapatkan apa yang saya inginkan.

Labels:

5 comments:

Anonymous on Monday, July 14, 2008 2:23:00 AM

karena kebahagiaan itu adalah rasa syukur hahahaa..

Comment by Unknown on Monday, July 14, 2008 10:56:00 PM

Bahagia menunggu saat bahagia...
bahagia adalah perjalanan dan tujuan...

Syukur dan Bahagia... :)

Anonymous on Wednesday, July 16, 2008 5:21:00 AM

salah ding..

kalo orang bahagia pasti bersyukur,
bersujud kepada zat yang dipercayanya, yang jadi harapan sesaat setelah kebimbangan yang pasti muncul sebelum menjalankan sesuatu yang beberapa persen dari hasilnya adalah yang dia pikir bahagia.

you know?? bahagia itu cuma lepasnya hormon Endorphin dari kelenjar di dalam tubuh!!

Pengen bahagia?? Lepaskan sebanyak2nya hormon endorphin
dari tubuh, untuk melatihnya memang susah.. Tapi dengan menjauhkan diri dari tekanan, tidak punya takut, membuat sebisa mungkin kebutuhan ego - super ego dalam tubuh punya efisiensi 100%. Apakah manusia mampu??

Nah itulah yang jadi titik awal usaha, usaha untuk mewujudkan nilai 100% kepuasan ego-superego.

Yang sumber dari kehancuran, karena titik 100% yang tidak imbang dibandingkan kapasitas pemilik badan!! Yang simplenya disebut "SERAKAH" yang berujung "BERSALAH" dan berakhir "STRESS".

Cara cepat? morfin, heroin, bisa melepaskannya secara cepat.

Its now Up2 you. ;)

Anonymous on Wednesday, July 16, 2008 5:23:00 AM

Hehe.. Cuma sekedar basa-basi dari penganut sciencetism yang masih mencari2 arti bahagia. :D

Comment by Awan on Wednesday, July 16, 2008 6:07:00 PM

bahagia dan kesedihan itu adalah permainan pikiran. definisinya juga produk pikiran.

dan ada level kesadaran yang lebih tinggi dari kesadaran pikiran-yg selalu menciptakan dualitas bahagia dan sengsara.

disana, dualitas lebur dlm apa "yang ada".

benarkah ?

dialami saja, saya,disini,saat ini. ^_^


dan satu demi satu hijab penari tersingkap
kemudian tak ada lagi penari-penari
yg ada hanyalah tarian...


*sekedar pendapat kecil, dari seorang penderita monkeymind ^_^*

Post a Comment