cermin dialog

7/30/2008 01:13:00 AM / /

Kemarin saya berkesempatan berdialog dengan seorang sahabat. Awalnya kami bertemu berkat sebuah forum martial art di dunia maya, dan berlanjut menjadi partner latihan selama beberapa bulan di jakarta. Sebut saja namanya manusia_es.

Obrolan kami kemarin cukup luas. Dari cerita saya tentang master gojukai, oil curse, dan topik kemalasan. Topik terakhirlah yang ingin saya
bagi disini.

Siapa yang tidak pernah merasakan malas ? Sayapun waktu kuliah pernah dijuluki "king of sleeping" oleh teman satu kosan, si centeng. Tidur, pada masa itu adalah salah satu eskapisme saya terhadap rasa malas dan bosan.

Akhir-akhir ini saya juga sedang melihat lebih dekat kepada rasa malas yang menjangkit. Ketika saya sadari lebih dalam lagi, ternyata rasa malas ini seperti puncak dari gunung es yang ada di laut. Yang terlihat diatas sungguh kecil, dibanding volume es sebenarnya yang ada dibawah permukaan laut.

Selama ini saya hanya berusaha "memotong" puncak gunung tersebut dengan banyak cara. Misal... mendengarkan musik, becanda dengan teman via sms, jalan-jalan, bermain gitar... Baru setelah rasa malas itu hilang, saya kembali mengerjakan project yg saya tunda.

Tapi menghilangkan puncak gunung es itu, saya rasakan hanya bersifat sementara. Lambat laun, akan tersembul puncak baru. Rasa malas kembali muncul. Dan saya mulai melakukan pengalihan2 seperti diatas. Mengkonsumsi obat sementara untuk penyakit yang tidak sembuh2.

Mungkin kasusnya berbeda untuk tiap orang. Mungkin "gunung es" yang ada dibawah permukaan air tidak sama antara saya dan anda. Atau mungkin juga anda merasa analogi saya kurang tepat :). Tapi jika diizinkan untuk berbagi, dibawah rasa malas saya (katakanlah untuk menyelesaikan "project X"), ternyata ada rasa takut jika keinginan saya tidak tercapai, padahal saya sudah berusaha keras. Dibawahnya ternyata ada rasa khawatir jika ternyata project X ini berhasil, saya akan terikat dengan project itu untuk beberapa tahun kedepan. Juga ada rasa tidak yakin, bahwa project X inilah yang saya ingin selesaikan (mengapa harus project X, project C sepertinya lebih menarik, atau project Y ?).

Lalu apa untungnya mengetahui apa yang ada dibawah rasa malas saya? Saya tidak tahu :). Ini adalah apa yang saya lihat dalam kesadaran saya saat ini. Mungkin juga nilai untung rugi tidak berlaku dalam mengenal diri. Yg ada hanya mengenali diri saya apa adanya.

Dan kemarin, dialog dengan manusia_es mengizinkan saya untuk bercermin dalam pertanyaan dan rangkaian emoticon yang terlontar diantara kami. Didalam cermin itu saya melihat. Bahwa dibawah rasa malas yang saya rasakan, ternyata ada sebuah keterikatan terhadap keinginan. Keterikatan terhadap keinginan itu membuatnya seolah-olah menjadi keharusan. Keharusan itu membebani saya dengan ketakutan, kekhawatiran, dan ketidak-yakinan.

Sedikit ilustrasi tentang keinginan dan keharusan. Misal saya lapar. Saya ingin makan di KFC. Karena saya terikat dengan keinginan saya untuk makan di KFC, maka saya rela menempuh jarak beberapa kilo meter, dan berpanas-panas ria naik motor. Dan ketika sampai disana ternyata KFC nya tutup. Saya jadi kecewa, jengkel, marah-marah sendiri.

Tapi jika menyadari bahwa kebutuhan saya adalah menghilangkan rasa lapar. Maka alih-alih makan di KFC, saya bisa puas makan di warung sebelah. Ketika saya menyadari bahwa makan di KFC adalah sebuah "keinginan" bukan "keharusan" maka jika ternyata tidak kesampaian makan di KFC, saya tidak akan marah-marah.

Inilah yang berlaku antara saya dan project X. Selama ini saya tidak menyadari bahwa itu adalah sekedar "keinginan" bukan "keharusan" ataupun "kebutuhan". Sehingga muncul perasaan2 yang identik dengan kesengsaraan seperti:
- takut gagal,
- tidak yakin apakah bisa mendapatkannya
- kecewa dan frustrasi jika keinginan itu tidak tercapai
- makan tak sedap, tidur tak nyenyak, menjomblo tak enak (padahal njomblo itu nikmat loh.....hehehe....hayah...OOT)
yang semua itu, mendasari kemalasan saya.

Lalu apakah mempunyai keinginan itu salah ? Saya rasa tidak ada salahnya dalam mempunyai keinginan, jika disadari. Karena keinginan yang tidak disadarilah yang akan membelenggu saya dengan "ilusi kebutuhan", "ilusi keharusan".

Mungkin inilah sekelumit dari cermin yang terpantul pada dialog antara saya dengan manusia_es kemarin.
Hmm...akankah anda mengizinkan saya bercermin pada comment yang anda tinggalkan ?

Labels:

3 comments:

Comment by Aliep "aWik " Purwandono on Wednesday, July 30, 2008 3:35:00 AM

tapi keinginan jugalah yang menggerakkan manusia untuk mencapai hal2 yang bahkan tak terbayangkan sebelumnya
selamat menyelami diri

Anonymous on Wednesday, July 30, 2008 5:12:00 AM

Rasa takut kehilangan sesuatu yang menurut kita berharga menyulut kebencian, kebencian menyulut dendam, dan dendam akan menumbuhkan segumpal kebusukan dalam hati, makin besar-makin besar-makin besar-makin besar..
dan Dum!


Tafsir surat Al-Starwars.
"Fear of loss is the path to the darkside. Fear leads to anger, anger leads to hate, hate leads to suffering"

Comment by Awan on Wednesday, July 30, 2008 9:23:00 PM

@alip: sepokat, tidak ada yg salah dengan keinginan :)

@catastrophe: tafsirnya dlm bahasa inggris, aslinya dalam bahasa apa tuh ^_^ btw, nice quote :)

Post a Comment