Hari masih pagi banget. Temenku Tharom datang sendirian kerumah. Kami rencananya sih mau ke Waduk Bening atau yang lebih dikenal dengan Widas, kecamatan Saradan, Madiun, ya untuk refresing, camping dan mancing. Ini malam minggu terakhir sebelum masuk Bulan Ramadhan, mubazir kalo ga’ dimanfaatin, secara kami semua jobless, nganggur kok bangga sih mas.
“Sido ga’ Rom neng Widase?(Jadi nggak Rom ke Widasnya?) ” tanyaku ketika dia baru membuka pintu.
“Wah ketoane ra sido e, Trus piye iki. Yen aku rencanane neng Mojokerto. Kan ono acara Lintas Alam. Kowe melok ra?(Wah, kelihatanya nggak jadi, trus gimana ini. tapi aku rencananya mau ke Mojokerto. Kan ada acara lintas alam. Kamu ikut nggak?)”
“Wong loro wae?(dua orang saja)”
“Ketoane liane ra gelem. Ayo budal dewe wae”(kelihatanya yang lain nggak mau. Berangkat sendiri aja.)
Aku dalam dilemma. Sebenarnya rencananya kemarin siang kita berangkat ke Widas. Trus bermalam disana sambil bikin ayam bakar gitu, paginya langsung balik. Aku langsung mau, karena siannya tetanggaku ada yang ngadain hajatan, mau ngawinin anaknya yang juga temen mainku juga. Tapi anak-anak nggak jelas, main batalin aja. Sedang kalo ke Mojokerto aku nggak bakalan bisa datang pas hajatan tersebut. Lintas alamnya dimulai jam 06.30 pagi pas hari minggunya. Sedang acara kawinannya jam 13.00 minggu siang. Mojokerto-Madiun sekitar 3 jam.
Setelah mikir-mikir, akhirnya aku mutusin pergi ke Mojokerto, secara ini acara terakhir sebelum masuk bulan Ramadhan. Ya dengan resiko aku nggak bisa datang pas acara kawinan tetanggaku itu. Aku langsung ke rumah Tharom untuk memastikan jam berangkat. Ya harus berangkat secepatnya, karena kami cuma tau ancer-ancernya saja. Setelah menyiapkan logistic dan pakaian kami segera berangkat. Dari Pagotan kami berangkat jam 11.30 siang. Panas siang itu sebenarnya begitu menyengat. Tapi kami tetep semangat empat lima lho…
Sekira ada bis Restu jurusan Ponorogo-Malang, kami naik. Restu terkenal kenceng banget, tapi rawan kecelakaan, makanya kalo sopir bis Restu mati kecelakaan pasti cepet masuk surga, karena penumpangnya doa semua pas naik(just kidding, just for laugh).
Jam satu siang sudah nyampai Terminal Kertosono. Seperti biasa, penjual asongan langsung masuk ke bis menyerbu penumpang. Aku nggak beli apa-apa. Itung-itung hemat buat acara besok, masak baru berangkat uang udah menipis, kan nggak lucu tho…
O iya aku sempat kenalan ma mbak-mbak di belakang kursiku. Dia sendirian dari Dolopo, Madiun, katanya sih mau nyari kerja di Malang. Tapi sayang pas aku tanyain siapa namanya dia nggak jawab. Mungkin lihat tampangku yang kaya’ kriminil kali ya(we..e’..e’..e’). Meski kayak kriminil kan ini pemberian dari tuhan ya harus di syukuri dong…, dan hatinya baik lho…(ini iklan)
Jam dua siang udah nyampai di perempatan Trowulan, ancer-acernya kan perempatan Trowulan, trus ke setelatan sekitar dua kilometer. Eh ternyata disitu udah nunggu beberapa panitia Lintas Alam. Ada seorang yang dikenal ma Tharom, yang ternyata peserta juga, Kukuh dengan alias Koclok namanya. Dia barusan datang juga, dari Ponorogo.
Sekira kami menunggu barengan yang nggak datang-datang kami segera kearah selatan dari perempatan, menuju base camp. Kata panitia sih sekilo lebih dikit, sambil jalan kami melihat kearah belakang, siapa tau ada truk yang bisa dimintain tumpangan. Setelah berjalan kira-kira setengah kilo, kami sampai di salah satu obyek wisata peninggalan Majapahit, namanya Kolam Segaran. Luasnya kira-kira dua hektar dech. Di depan Kolam Segaran ada museum purbakala untuk menyimpan peninggalan majapahit. Aku pernah kesitu waktu kelas dua smp, tapi udah lupa isinya apa aja.
Pas lewat depan museum ada truk yang lewat, kami langsung melambaikan tangan, truk berhenti dan kami naik ke atas bak nya. Truk tersebut habis ngankut batu-bata karenanya debunya minta ampun banyaknya, mataku sampai kelilipen.
Setelah kira-kira sekilo, truk berbelok kea rah timur. Kami terpaksa turun, Karena arah ke base camp ke selatan. Kami langsung ngeloyor ke selatan. Ada lagi obyek wisata yang katanya tempat kumpul(baca: rapat) para petinggi di Majapahit, kayak semacam pendopo gitu. Namanya lupa oey… Maap yaa….mungkin Pendopo Agung(kira-kira lho) Kami sempat mampir sebentar, trus ketemu rombongan dari MAN Dolopo, Madiun yang juga mau ikut lintas alam. Akhirnya kami baren ke base camp. Jam tiga seperempat kami sampai juga di base camp. Disitu sudah banyak anak-anak PA(baca: pecinta alam) dari beberapa penjuru se-Jatim. Secara acaranya se-Jatim gitu loh. Base campnya dibalai desa Sentonorejo, yang ngadain Mappela(Majapahit Penjelajah Pecinta Alam)
Kami istirahat sebentar. Panggilan perut memaksa kami ke warung. Sedari siang belum diisi, dia akhirnya protes juga oey. Didekat situ ada warung, minum es dawet dan makan nasi lodeh, si perut langsung memanggil sang kantuk.
Pengen tidur sih, tapi masih ada obyek wisata yang harus aku lihat. Katanya sih rame banget. Namanya Makam Troloyo. Itu tempat makam kanjeng wali yang pertama, yang akhirnya melahirkan wali songo yang kesohor itu. Jaraknya kira-kira setengah kilo dari base camp kearah selatan.
Ternyata benar, disana ramai banget. Banyak peziarah yang mengaji didalam makam. Ada peringatan kalo hp harap dimatiin, dan pas lewat situ hp koclok bunyi kenceng banget, sampai-sampai banyak yang lihatin. Setelah jalan-jalan seputar makam, kami istirahat di pendopo sebelah selatan makam, masih di komplek Troloyo juga. Disitu sempat kenalan dengan orang Tanggul, Jember. Katanya sih dia sering keliling-keling makam gitu. Sejak tahun sembilan empat. Pertama kali ke makam Troloyo sekitar tahun sembilan enam. Disitu belum dibangun megah seperti sekarang. Masih kayak pemakaman umum biasa. Makam Troloyo baru dibangun pas presidennya Gus Dur. Ya sekitar tahun 2001 an katanya. Aku ngobrol sambil nge-charge hp. Disitu sudah disediakan colokan-colokon listrik. Ya lumayan, gratisan gitu lho. Sampai isya’ kami disitu. Katanya sih mau ada kenduri, tapi ditunggu-tunggu kok nggak ada-ada, ya udah kami tinggal aja ke base camp lagi, siapa tau disana ada yang kami kenal.
Hampir mendekati base camp ada beberapa anak yang manggil Tharom, nggak taunya dari Man Dolopo juga. Kalo yang sore tadi anak kelas satu, kalo sekarang anak kelas dua dan tiga, mereka ada tiga belas orang, tujuh cowok dan lima cewek, plus satu guru. Yang bisa aku inget cuma tiga cewek doing, Lina, Rey dan Hanik, maaf ya yang lain.
Setelah ngobrol sebentar, kami jalan ke base camp. Sudah ada banyak orang dan juga makin banyak spanduk. Aku nggak sempat ngitung, pokonya lebih dari dua puluh dech, mulai dari yang kecil sampai yang besar, mulai dari yang bagus sampai yang ancur-ancuran. Setelah ngobrol dengan temen-temen yang baru kenal, kami langsung ke warung, buat ngopi. Disitu ternyata ada nasi pecel juga, ya kami akhirnya mengisi perut sampai kenyang. Diwarung juga banyak anak-anak lain. Kira-kira jam sepuluh malam, ibu warung sudah menunjukkan wajah mengantuk. Aku sebenarnya masih ingin disitu sih, pengen ngelihat pertandingan bola antara Inggris dan Israel. Ya terpaksa pergi, ibu warung udah nggak bisa menahan kantuk. Karena susah ngedapertin tempat untuk tidur yang layak, aku dan Tharom memutuskan untuk tidur di komplek Makam Troloyo. Kalo disana banyak tempat untuk tidur. Kami langsung bergegas dan tidur di Pendapa yang tadi kami gunakan untuk istirahat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
mangtaaaaaphhh.... mangtaaaaphh.... lanjut cerita nya maaaas....
terutama dibagian 3 bidadari.... :">
Post a Comment