melihat sesuatu dengan apa adanya, berbeda dengan melihat hanya yang ingin saya lihat.
saya bertemu dengan seorang teman lama
dan dia membanggakan kehidupannya sekarang
kemudian menganggap orang lain tidak "selevel" dengan kehidupannya
saya sebel, marah, sakit hati karena merasa direndahkan
kenyataannya, saya melihat dia tidak sebagaimana adanya dia saat ini
saya ingin melihat dia seperti dahulu
teman saya yang "dulu"
saya mengingat semua keluguan dia, pengalaman saya dan dia
dan ketika berjumpa dengannya saya "ingin" melihat dia berdasarkan image masa lalu
jika saya melihat dia apa adanya saat ini, apakah ada rasa sebal di hati saya ?
jika saya melihat dia saat ini hanya sebagai sebuah fase perjalanan menuju kedewasaan, munculkah rasa sakit hati karena merasa direndahkan ?
mungkin juga saya pernah seperti itu,
ketika mengalami eforia sewaktu menemukan dunia yang beda
mungkin juga saat itu saya tidak sadar ingin membedakan hidup saya dengan orang lain.
dan saya berubah, semua orang berubah dan berproses.
timbulnya perasaan tidak enak yang saya alami adalah karena saya terikat dengan sebuah titik dalam proses.
titik yang saya beri label "baik".
masalah "sebal", "sakit hati", "merasa direndahkan" bukan ada di sana, di luar, di teman-teman yang saya temui.
tapi ada didalam cara saya memandang, mendengar, menginterpretasi.
terlepas dengan dalam fase apapun yang dia jalani saat ini, saya akan memandangnya sebagaimana dia saat ini saja.
*thx to teman pelaut, teman penerbang, teman aktivis, untuk menjadi kaca-kaca yg memantulkan terang*
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment