MASUK AKAL VS MASUK NURANI

12/01/2006 12:06:00 AM / /

Dua jargon itu yang aku dapatkan dari sebuah pembicaraan warung kopi dua orang lelaki yang tidak aku kenal sama sekali. Tentu saja aku tidak bicara langsung dengan mereka, aku hanya mencuri dengar apa yang sedang bicarakan.
Seru sekali pembicaraan mereka, yah begitulah kalau ada topik yang cukup menarik emosi kita langsung ikut jual kuping.

Apa yang dibicarakan sangat sederhana, tetapi menjadi sebuah materi yang amat valid dan terkini untuk mereka yang sedang bergelut didunia kerja. Dengan berkembangnya teknologi dan makin kuatnya gaya berpikir logika ala barat, masyarakat kita makin terbuka dan mampu menyuarakan pendapatnya dengan lebih berani.

Masuk akal, itu yang selalu disiarkan oleh logika barat mengenai segala sesuatu. Jika tidak masuk akal, maka cuma tahayul yang tidak ada buktinya. Walaupun kita diajarkan oleh barat untuk menerima segala sesuatu dengan masuk akal, tapi evolusi tidak pernah bisa diatur oleh siapapun. Pemikiran kita yang disetirpun akan berevolusi dengan sendirinya.

Masuk nurani, mungkin ini nilai yang saya sebut sebagai evolusi sebuah pemikiran yang tadinya didorong oleh pendidikan "masuk akal" gaya barat. Ketika semuanya masuk akal, ada bagian yang hilang yang belum tercapai, dan itu menjadi pertanyaan besar. Dalam dunia kerja kita selalu mencari alasan yang masuk akal untuk melakukan keputusan-keputusan bisnis. Benar masuk akal kalau perusahaan sedang kesusahan finansial, maka akan ada pengurangan biaya, tetapi belum tentu masuk nurani jika pengurangan dilakukan dengan cara rasionalisasi karyawan.

Jadi apakah dengan demikian Masuk Akal berarti Versus Masuk Nurani ? menurut saya sih tidak, karena Masuk Akal dan Masuk Nurani bisa jalan secara bersamaan yang justru memberikan output yang lebih besar jika dipakai hanya sendiri-sendiri.

Sekarang pilihan semua pada kita sendiri, apakah kita akan menggunakannya secara terpisah atau dengan cerdik mengkombinasinya pada saat yang tepat.

Labels:

1 comments:

Comment by aryo on Friday, December 01, 2006 8:33:00 AM

masuk akal vs masuk nurani?

pas buka tapakkaki, langsung ketemu judul ini, aku langsung bertaruh pada diriku sendiri, "ini pasti yang nulis awan!"

eh, ternyata diriku yang menang, dan aku kalah, yang nulis bukan awan, tapi iwan...

yang, cuma salah satu huruf, gpp, toh sama diriku sendiri. :D

benar, apa kata iwan, Masuk Akal dan Masuk Nurani bisa jalan secara bersamaan. kalo di dalam pembinaan, masalah yang diajukan kepadaku adalah, tinggal siapa memimpin siapa. Apakah akal memimpin nurani, ataukah nurani memimpin akal?

mungkin ndak pada nyangka. dalam halaqah aku justru menerima materi bahwa akallah satu-satunya potensi manusia yang bisa digunakan untuk mencari kebenaran. bisa juga nurani menemukan kebenaran, tapi kebetulan benar, bukan benar secara hakikat. kalo dalam matematika, berarti rumusnya kudu benar. kalo rumusnya salah, tapi hasilnya benar itu kebetulan saja. rumusnya benar, karna kurang teliti juga bisa saja hasilnya salah.

bagaimana kita bisa seperti yang dikatakan mas iwan "dengan cerdik mengkombinasinya pada saat yang tepat"?

silahkan kasih pendapat deh, semua pasti punya caranya sendiri2...

Post a Comment