NEW PARADIGM
Kata itu aku kenal pertama kali sewaktu sedang skripsi kuliah manajemenku tahun 97 lalu. Kata itu aku peroleh dari seorang trainer dari MDI Tack Training yang sedang memberikan pelatihan kepada calon Sales Representative di PT Hexindo Adiperkasa Tbk, juragan alat berat. Tidak menyesal aku meninggalkan posisiku sebagai asisten notaris waktu itu, padahal aku sudah mau disekolahin sama bos, supaya bisa ngelola kantor dia, tapi aku tolak. Hi..hi... lagi-lagi tipikal gemini, gak mau diatur atawa tergantung ma orang. Marah besar bos ku itu karena aku tolak, dan aku memilih jadi SALESMAN.
Aku sangat paham resiko dari pilihanku sendiri. Dari kenyamanan duduk di belakang meja dengan hanya membacakan akta trus terima duit, sering juga dapet sogokan dari pembuat akta tanah, blom lagi kiriman apel dan rambutan segerobakan, aku relakan demi mengejar tujuanku yang lebih besar "MENGALAHKAN RASA TIDAK PERCAYA DIRIKU" yang sudah akut. Dalam hal science dan sekolah, aku memang banyak pujian, tapi dalam soal berdiri di depan panggung, berpidato, berbicara di depan publik, "AKU SEPERTI AYAM KEHUJANAN".
Sejak aku kuliah sudah ku sadari kelemahan ini, berpikir ke dalam dan mengurai semua kelemahan sudah aku tekuni sejak kuliah, jadi lumayah paham lah soal kekurangan dan kekuatan diri sendiri. Makanya aku sering ikut lomba pidato, atau bicara di depan publik, atau kegiatan apapun yang berhadapan dengan massa. Yang muncul seringkali memalukan, karena aku seringkali tertegun kehilangan kata-kata, atau ada kata2 yang keluar tidak sepatutnya dan membuat semua orang tertawa. Tapi aku tidak peduli, karena yg aku cari bukan popularitas atau kemenangan, yang sedang aku cari adalah kepercayaan diriku sendiri.
Masuk ke Hexindo Adiperkasa (HAP) dan menjadi salesman alat berat dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Karena aku akan berhadapan bukan cuma dengan manajer-manajer menengah, tapi langsung direktur dan puncak pimpinan perusahaan yang sudah banyak makan asam-garam bisnis. Mendapatkan kepercayaan diri aja udah susah minta ampun, trus aku harus meyakinkan mereka tentang barang yang aku tawarkan memberikan keuntungan investasi buat perusahaan mereka. Aku benar-benar bekerja keras untuk hal itu.
Bagaimana aku bisa senekat itu, dari mana datangnya kepercayaan diri yang segede gundukan pasir itu ? Semua terjadi karena aku sempat mendapatkan training "Changing New Paradigm". Biaya trainingnya aja sehari 500rb per kepala, itu tahun 1997, sebelum dollar kena infeksi trus membengkak. Disana aku disana diajarkan berpindah dari satu paradigma ke paradigma yang lain. Pelajaran pertama adalah "MEMAKAN BELING BOHLAM LAMPU". Benar-benar pengalaman yang begitu membekas di kepalaku, aku benar-benar mengunyah bola lambu itu. Menghancurkan ketakutanku sendiri pada sudut pandang yang sedang aku pegang untuk mencoba melihat dari sisi yang lain.
Untungnya aku sebelumnya pernah membaca buku "Berpikir and Berjiwa Besar" sehingga urusan "BRAINWASHING" sudah tidak sulit bagiku melakukannya. Training itu berhasil membawaku kepada sebuah paradigma baru yang sudah aku lihat sejak kuliah dulu. Aku pernah diberi tahu bahwa "JENJANG KARIR MANAJERIAL TERCEPAT ADA DI MARKETING" so aku ikuti saran itu. Selesai 3 bulan training, aku sudah siap dengan semua semangat dan motivasi yang menjulang setinggi gunung Anjasmoro. Agenda besar, Suzuki Katana, dan semua fasilitas kantor sudah ditangan untuk bertempur dengan para cukong-cukong pemilik proyek, bahkan aku sudah siap untuk dilemparkan jauh-jauh ke Riau atau Balikpapan.
Tiba-tiba BOOOOOOOMMMMMMM...... Dollar jadi 5.000,- Aku jualan semua alat berat mulai dari Excavator, Skidder, Bull Dozer, Forklift, Dumper, dll itu pake Dollar. Harga satu alat saja sudah 200.000 Dollar. Sekarang harus jual dengan harga dua kali lipat, MATEEEEEEEE............
Disinilah yang aku sebut dengan training yang aku jalanin itu benar-benar berguna, aku berjuang keras menguasai diriku sendiri dan pikiran2 negatifku untuk terus memimpin diri sendiri memenangkan peperangan ini. "Aku tetap keukeuh se-keukeuh keukeuhnya bahwa dunia marketing adalah jalan tercepat menuju manajerial dan aku tidak akan kembali ke dunia balik meja lagi"
Keras dan Sengit, itu yang bisa aku gambarkan. Lagi-lagi ada saja yang mencoba meruntuhkan motivasiku, perusahaan mengencangkan ikat pinggang, Dollar 15.000,- dengan terpaksa aku yang masih junior harus dirumahkan. Yang senior aja gak sanggup jualan apalagi yang junior. Tapi aku gak mau menyerah dari dunia marketing, aku masuk ke industri lain, "Water Treatment"
Masih dengan semangat dan ide-ide tentang marketing, aku bekerja di water treatment company dari USA. Bonafid, tapi mahalnya minta ampyuuuuuunnn.... pesaing terdekatnya hanya 1/3 harganya. Tapi emang kualitasnya TOP ABIIIIIISSSS. Aku tetap berusaha memelihara semangat dan keyakinanku untuk tetap berjalan tegak di jalur marketing. Gak lama aku disini, trus aku ditawarin temenku untuk jadi surveyor di Bali. Nah disini pertama kali aku kenal Bali, yang indah, ramah, baik, penuh impian (gak seperti sekarang, gara-gara Bom sialan itu)
Dibali, kemampuan berpindah dari satu paradigma ke paradigma yang lain sangat membantuku untuk bertahan mencapai apa yang aku ingin raih. Kemampuanku dalam mengolah kata dan menyampaikannya dengan tutur yang terkesan cerdas memikat Pentolan Industri Surfing untuk mengajakku bergabung dengan perusahaannya. Kata-kata dalam interview untuk menjelaskan siapa diriku yang sampai sekarang masih aku pakai adalah : "Saya melihat dunia ini sudah terglobalisasi, oleh karena itu saya ingin mendapatkan pengalaman bekerja bersama orang asing, Batam atau Bali adalah tujuan saya. Dalam bekerja saya selalu melihat prospek perusahaan, Dimana ada prospek, disitu saya akan maju terus dan Gaji menjadi prioritas kedua (padahal begitu terima gaji nyesel juga sih…hiks..hiks..). Saya orang yang sangat cepat belajar, saya berpendapat tidak ada yang tidak bisa dipelajari asal ada kemauan. Saya sangat mengenal kelebihan dan kekurangan saya, karena saya tau kelemahan saya, saya berusaha mencari jalan keluarnya dan menjadikannya kekuatan, "Kelemahan bisa sekaligus menjadi Kekuatan saya"
And it worked, semua interviewer terpesona dengan kedalaman makna, ha…ha… dasar Gemini…..
Aku masih fokus dengan tujuannya, "Dunia marketing" Tapi kali ini berbeda bentuk, aku lebih lunak terhadap pilihan dengan marketing indoor yang tidak seradikal Outdoor. Perubahan cara pandang benar-benar mengagumkan, aku bisa melihat dari berbagai sudut mulai dan positif dan negatif (kalo lagi adem otak, kalo lagi hot kadang juga angot-angotan sih) sehingga aku bisa melihat sebuah tujuan tanpa perlu diterangkan, aku cuma membacanya dari perangkat yang sudah disediakan.
Kadang sisi negativenya kalo aku lagi berpikiran negative, aku jadi PARANOID, begitu banyak sudut pandang dan skenario yang menari di kepalaku. Tetapi akan kembali pulih dan berganti paradigma dengan yang lebih sehat. Kemampuan merubah paradigma dengan cepat sangat dibutuhkan dalam dunia yang sedang berubah dengan cepat ini.
Contoh kecil saja, ketika kita harus berhadapan dengan pertengkaran di tengah jalan karena kemacetan, Kadang orang melihat dan mengartikannya dengan kata "Sabar". Tetapi sebenarnya dengan tidak melibatkan diri pada situasi yg tidak produktif itu, kita telah menggeser paradigma kita. Setiap orang membuka peluang untuk membuat masalah dengan orang lain, tapi paradigma kita lah yang menentukan apakah melihat hal itu sebagai masalah atau ketidakmengertian orang lain.
Contoh kecil lain adalah ketika kita mendengar orang lain "seperti" menyuruh-nyuruh atau menasehati atau memaksa kita melakukan apa yang diucapkannya. Dengan paradigma lama kita akan merasa tersinggung dan tidak suka karena orang lain mencoba mendikte kita, karena orang lain mencoba memaksakan nilainya kepada kita, padahal kita sudah memiliki nilai yang sudah kita anut sendiri. Ketika amarah itu ditumpahkan, yang terjadi adalah salah paham, orang yang menasehati tersinggung karena maksud baiknya dibalas dengan cacian.
Dengan paradigma baru, kita melihatnya sebagai bentuk bantuan, karena "KATA" adalah hasil dari sebuah pengalaman, dan mendapatkan pengalaman orang lain bukan berarti kita harus mengikutinya, seperti buku, dia menceritakan pengalaman bukan mengajari kita untuk bagaimana mengalami hidup. Hidup itu sendiri adalah pengalaman, jadi kita akan hidup setelah kita mengalaminya dan KATA atau NASEHAT atau BUKU hanya menceritakan apa yang pernah terjadi. Dengan melihat cara seperti ini, kita akan mampu memandang semuanya dengan positif.
Setiap kita selain mahluk sosial adalah juga MAHLUK POLITIK yang secara sadar maupun tidak sadar, langsung maupun tidak langsung selalu berusaha mendominasi yang lain melalui kata-kata, pemikiran, harta maupun kekuasaan. Kata demi kata akan terlontar begitu saja berusaha untuk meyakinkan yang lain untuk mengikutinya secara sukarela maupun paksa. Jadi kemampuan dalam melihat dengan paradigma yang berbeda sangatlah menentukan bagaimana kita akan bereaksi yang berakhir pada sebuah pilihan yang kita tentukan sendiri. Memang terkadang kita juga mencela pandangan orang lain, oleh karena sifat Humanoid politika kita yang selalu menganggap pandangan dan nilai kita lebih baik dari yang lain, WAJAR. Dan titik PENCERAHAN terjadi ketika kita mampu memandang dengan PARADIGMA BARU dan kemudian MENERIMA nya sebuah nilai yang juga sama tingginya dengan nilai yang selama ini kita anut. PENCERAHAN itu ditandai dengan KEBIJAKSANAAN dalam kata-kata kita sendiri. Dan kita terus berproses dari satu pencerahan ke pencerahan yang lain, dari satu paradigma ke paradigma yang lain.
Dalam sisi pekerjaanku di Quiksilver, aku sering gunakan kemampuan berpindah paradigma ini dan sangat membantuku untuk melakukan adaptasi-adaptasi maupun menyusupkan pandangan-pandanganku mengenai pekerjaan kepada rekan-rekan kerjaku. Benturan-benturan selalu terjadi ketika orang lain belum melihat bentuk paradigma yang sedang kita pakai, dan usaha untuk mengiklankannya dalam bentuk komunikasi yang intensif maupun keterlibatan pekerjaan dengan mereka akan sangat membantu melakukan harmonisasi dalam budaya kerja. Memang tidak akan berhasil dalam waktu singkat, karena hal ini merupakan bagian dari proses perubahan kultur perusahaan. Beberapa berhasil, beberapa yang lain gagal total. Kegagalan aku temui ketika tidak aku temukan dorongan eksekutif untuk mendorong terjadinya perubahan paradigma dalam upaya lintas divisi yang menjadikan birokrasi lebih cair. Tetapi yang terjadi adalah dikotomi akut yang dipegang kuat oleh status quo yang melihat setiap upaya perubahan adalah sebagai usaha untuk menggoyang dan merebut kekuasaan. Selama belum ada upaya Top Eksekutif mendorong PERUBAHAN PARADIGMA perusahaan melihat semua secara adil, maka kultur perusahaan tidak akan berubah dan akan terjadi kontra produktif.
Mudah-mudahan pengalaman yang aku ceritakan ini jadi cerita yang hanya menceritakan untuk memberikan inspirasi kepada siapapun tentang NEW PARADIGM.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
I have been looking for sites like this for a long time. Thank you!
» » »
Excellent, love it! » » »
Post a Comment