5/08/2006 11:59:00 PM / /

Adhe Sebai Nakhar Akha Nab Manh Thadh Sina Thoren Adhe Phenhdhiri Dharona Nathi Ini Thikhadh Adhan Thorisa Adhe Nekhan Thorbabe Norinh Sossianadhan Nathidhe Enthedh Sonvinthai Khia Manh Thorbaranh Enthedhdhe Khia Manh Thadh Nonarennma Adhe Vinthai

Hidup menurut Tao,

Bahasa di atas adalah bahasa narapati, sebenernya aku tidak menciptakan bahasa itu, aku hanya memutar-mutar huruf-huruf dari bahasa kita sehari-hari. Jadi siapapun yang menemukan kunci pasangannya akan dapat menerjemahkannya sendiri. Tapi kali ini aku tidak ingin hal yang aku ungkapkan di atas dapat dimengerti dengan mudah. Karena memang sekarang ini aku sedang tidak bisa dimengerti dengan mudah atau bahkan tidak sama sekali.

Judul yang aku tulis itu untukku sendiri, aku mencoba kembali kepada apa yang pernah aku baca mengenai Tao, the way of living. Lebih kepada apa yang aku rasakan seperti yang aku tuliskan dalam bahasa Narapati. Jadi tulisan ini aku buat untuk menenangkan hatiku yang sedari pagi ini sudah kacau balau tidak mampu mengendalikan emosi. Korban-korban kekacauan emosiku hari ini, aku tidak mau minta maaf, karena aku sedang berada pada saat aku, dan kau sedang berada pada saat engkau. Kamu mengerti, terima kasih, tidak, juga terima kasih. Aku tetap biarkan semua berjalan menuju equilibrium Tao.

Tao mengajarkan aku hal dasar yang tidak aku dapat dari agamaku, Islam. Agama yang aku anut berdasarkan turun temurun tanpa mengerti dan paham benar keluasannya. Agama yang banyak bercampur aduk dengan pemikiran-pemikiran radikal masa lalu yang membuatku malah berpikir, sedemikian kah agama yang aku anut ? Orang boleh bilang itu tergantung pemahaman, tetapi kembali lagi, bahwa pemahaman yang diajarkan di dalamnya seringkali dikaburkan oleh perang jihad yang membuat orang menjadi radikal dan fanatis.
Ah...masa bodoh dengan pemikiran itu, aku sekarang mau menenangkan diriku dulu sebelum masuk ke dalam sebuah ritual kompleks di tengah malam.

Tao mengajarkan satu hal bahwa semua selalu ke titik nol. Berpasangan. Kepenuhan dalam Kekosongan, Kegelapan dalam Keterangan, Keberpengetahuan dalam Ketidakberpengetahuan.
Seperti seorang murid yang memahami Tao dengan baik, maka dia tidak hanya akan mengisi otaknya dengan semua yang diajarkan oleh gurunya, tetapi dia juga sekaligus mengosongkannya, agar pikirannya tidak seperti sebuah gelas yang berisi air, terus-menerus diisi akan cepat penuh, karena proses pengisian tidak disertai dengan proses pengosongan.

ah... sekarang lebih lega rasanya, hatiku lebih tenang..... terima kasih Tao.....

Labels:

1 comments:

Anonymous on Monday, July 24, 2006 7:31:00 PM

What a great site
»

Post a Comment