2/16/2006 04:35:00 AM / /

Harus gimana menyikapi karikatur Nabi saw.?

Ada 8 hal yang harus kusampaikan mengenai hal ini.


Pertama, menurutku ini harus menjadi tes keimanan pribadi.
Perasaan tidak bisa dibuat-buat. Susah-senang tidak bisa pura-pura.
Bagaimana perasaan kita masing-masing setelah melihat karikatur yang sangat mendiskreditkan nabi kita?
Sedih? Marah? Biasa-biasa aja? Atau malah senang?
Silahkan jawab sendiri dengan jujur. Jawabannya untuk direnungkan sendiri.

Kalo aku sendiri terus terang tidak semarah dan sesedih seharusnya.
Soalnya aku memang belum melihat sendiri gimana karikaturnya sampai sekarang.
Lagipula Nabi Muhammad saw. adalah manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi, beliau sudah meninggal dan dijamin masuk surga.
Tidak ada hinaan, celaan, fitnahan, dan kesalahpahaman, dari siapapun, kapanpun, dan dimanapun, yang bisa mengubah itu.
Pembelaanku adalah, bahwa aku bukannya tidak sedih dan marah karena tidak cinta pada Nabi.
Yang ingin aku katakan adalah bahwa sebenarnya aku sudah capek sedih dan marah.
Kenapa? Karena yang kedua :

Kedua, sebenarnya, selama tidak tegak Khilafah islam, selama itu pulalah selalu muncul hal2 menyedihkan bagi agama ini.
Pada satu episode 'lepas malam' hadirlah Dian Sastro sebagai bintang tamu.
Dian di situ diundang karena film barunya tengah diputar di 21.
Dalam filmnya Dian melakukan satu adegan ciuman.
Farhan sang presenter merekomendasikan film itu dengan komentar "ALHAMDULILLAH adegan ciumannya tidak disensor..."
Ini sudah bukan pelecehan terhadap Nabi saw., tapi langsung kepada Allah SWT., dan dilakukan oleh ORANG ISLAM sendiri.
Itu satu contoh saja. Jutaan lainnya tidak mungkin kutulis di sini.

Yang ketiga, secara hukum islam.
Bagaimana seharusnya pembuat karikatur itu, pemilik majalah, dan Denmark sebagai Negara yang membesarkan mereka?
Si pembuat karikatur wajib dihukum mati.
Pemilik majalah harus minta maaf.
Dan pemerintah Denmark harus memfasilitasinya (pelaksanaan hukuman mati dan publikasi permintaan maaf).
Sebenarnya hukuman mati harus dilaksanakan oleh pemimpin umat islam, tapi karena tidak ada, yang paling berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaan hukuman mati ini adalah pemerintah Denmark sendiri.

Yang keempat, bagaimana seharusnya umat islam bertindak? -Tentu saja secara hukum islam juga.
Seperti sudah dikatakan, paling afdhol yang menjalankan hukum adalah khalifah, pemimpin umat islam.
Oleh karena itu, mari tidak melupakan agenda besar kita, memperjuangkan tegaknya Khilafah Islamiyyah.
Jangka pendeknya, untuk sekarang tentu kita harus menuntut pemerintah Denmark menghukum mati si pembuat karikatur
dan mempublikasikan permintaan maaf resmi dari majalah bersangkutan kepada dunia islam.
Dan hanya itulah kapasitas kita.
Menuntut.
Meminta dengan posisi tawar yang rendah.
Kalau Pemerintah Denmark menolak, itu urusan dia, we're done.
Tidak perlu ada perusakan kedubes,
tidak perlu bentrok dengan aparat (aparat itu umat islam juga, saudara kita sendiri),
simpan telur dan tomat itu dan buatlah omelet yang lezat.
Tidak perlu jatuh korban dari saudara kita sendiri seperti di Pakistan.
Satu-satunya nyawa yang harus dihilangkan adalah si pembuat karikatur!
dan kembalilah konsentrasi pada perjuangan penegakan Khilafah Islamiyyah.

Kelima,
Bagaimana dengan boikot produk Denmark?
Tidak belanja produk Denmark?
Permintaan maaf pemerintah Denmark?
Atau kalau tidak, putus hubungan diplomasi dengan Denmark?
Sikap Hizbut Tahrir adalah "Semua itu bukan solusi!"
Secara syariat islam kita tidak wajib melakukan itu.
Pemerintah Denmark tidak salah, tidak perlu minta maaf.
Produk2 Denmark juga halal (kecuali yang haram) dan boleh dikonsumsi.
Tapi... Ada tapinya.
Memang boikot dan menuntut permintaan maaf
atau putus hubungan diplomasi dengan Denmark itu tidak wajib...
Tapi toh juga tidak dilarang?
Makanya ketika ormas2 islam lain menyerukannya, kita mengatakan itu bukan solusi, tidak wajib, tapi boleh dilakukan, dan very recommended.
Karena hukum islam tidak tegak,
dan hanya itulah yang bisa kita lakukan dengan sisa-sisa harga diri kita sebagai umat islam.
Ironis sekali, menyedihkan sekali.
Bagaimana kalau muncul anggapan dari orang2 kafir yang merendahkan orang islam?
"Lihat orang islam primitif banget, emosional, tidak rasional, imperior, dan penuh kebencian..."
Mungkin sementara kita bisa katakan "Persetan!" dengan anggapan2 itu.
Karena yang lebih perlu kita perhatikan adalah perasaan orang islam, saudara-saudara kita sendiri.
Kalau orang islam begitu sedih dan hanya bisa menyerukan itu, so be it...
Orang islam tidak ridho kita berhubungan dengan Denmark, tidak ridho kita beli produk Denmark, so be it...
Apakah kita lebih peduli pada keridhoan orang kafir daripada keridhoan saudara kita sendiri orang islam?

Karena yang Keenam, kami tidaklah bodoh.
Sebenarnya yang ingin kami perlihatkan dan ingin kami buktikan kepada umat islam adalah firman Allah
mengenai kebencian kaum kufar terhadap kita umat islam yang banyak sekali tersembunyi di dalam dada mereka.
Kami ingin memancingnya dari dalam dada mereka hingga keluar melalui mulut mereka.
Dan kami sudah berhasil beberapa kali, tapi nampaknya belum cukup.
Bush pernah keceplosan mengucapkan perang salib, musuh dunia adalah kebangkitan islam radikal,
Ratu Denmark Margarethe II sudah mengumumkan "Mari kita tunjukkan perlawanan kita kepada Islam"
Masih banyak lagi yang sudah jelas terlontar, dan percayalah masih banyak lagi di dalam dada mereka.
Dengan protes, dengan boikot, kami memancing lebih banyak lagi mereka memuntahkankan kebencian yang mereka simpan di dada itu.
Sampai kita semua sadar dan tidak terbuai mulut manis mereka.

Ketujuh, ingatlah, apapun yang menimpa kita, kesalahan selalu jatuh kepada kita.
Si pembuat karikatur tidak salah,
Denmark, Amrik, Inggris, dsb, tidak salah,
Ratu Denmark tidak salah,
Bush tidak salah,
Dan kita yang salah.
Kenapa? Karena mereka memang tidak punya aturan, kitalah yang punya aturan.
Oleh karena itu, apapun yang mereka lakukan tidak pernah bisa dikatakan melanggar peraturan karena mereka memang tidak punya aturan.
Kitalah yang terikat dengan aturan.
Kitalah yang memiliki benar dan salah.
Sebenarnya ketika tidak tegak aturan islam, pada hakekatnya tidak pernah tegak aturan apapun.

Kedelapan, waiting for the comments...

Labels: