4/19/2006 10:54:00 PM / /


GIE
Jadi penasaran juga sama film ini.
Karena sangat disayangkan menurutku, setelah teman kita nonton film tentang seorang tokoh pergerakan ini, kok komentarnya cuma : “Politik tai kucing”
Salah filmnyakah? Yang tidak memberi motivasi? Terus terang, aku nggak pernah tahu siapa Gie ini sebelum Miles memfilmkannya. Bagaimana sepak terjangnya, bagaimana pemikirannya. Tapi setelah nonton filmnya, aku jadi tahu bahwa Gie memang bukan sosok yang perlu dikenal. Mohon maaf sama Gie kalau ternyata Miles yang nggak becus menceritakan kisah hidupnya.
Di planet ini, yang kita sebut Bumi, yang penuh dengan kekayaan alam, hamparan tanah dan hutan hijau, dan bentangan samudera dan garis pantai yang luar biasa luasnya, hidup bermilyar-milyar manusia yang berbeda-beda suku, etnis, warna kulit, kebiasaan, kepercayaan, adat, dan lain-lain...
Bagaimana mengatur milyaran manusia ini supaya dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis? Bagaimana mereka dapat saling mengisi dan mengajari supaya timbul masyarakat pintar dan bijaksana yang mampu membangun keberadaban? Bagaimana mendistribusikan kekayaan alam secara adil?
Jawaban dari bagaimana bagaimana itu adalah politik. Dan kita sudah punya satu yang kita sebut kapitalisme.
Dan tidak ada satupun dari kita yang hidup, tidak satupun dari kita yang bernapas, yang pergi keluar rumah, membeli cabe rawit di pasar, belajar membaca “Ini Budi” di sekolah, nonton layar tancep di lapangan, pipis di wc, dan lain-lain, kecuali terikat -sadar atau tidak- dengan kapitalisme ini.
Oleh karena itu, kalau politik adalah tai kucing, maka sejatinya kita hidup tiap hari berkubang najis tai kucing itu. Every breath you take, every move you make.
Makanya menurutku kurang tepat kalau kita bilang “politik tai kucing!”, ketika mendapati berbagai kebusukan yang mewarnai hari-hari kita.
Kapitalismelah yang tai kucing!
Tidak bisa tidak, kita membutuhkan politik seperti halnya kita membutuhkan udara. Dan tentu kita layak mendapatkan lebih dari sekedar tai kucing. Ada politik yang berarti emas, dan kita bisa memperjuangkan itu. Itulah sistem politik yang dibangun Rasulullah saw. Itulah politik islam.
Berpulang kepada kita masing-masing apakah akan memperjuangkannya atau tidak.
Tapi, paling tidak menurutku, kalau kita muak pada semua kebobrokan ini katakanlah “Saya tidak setuju!” Kata-kata seperti itu lebih menunjukkan sikap, daripada kata-kata ‘politik tai kucing’ yang lebih menunjukkan ketidakpedulian, kemalasan berpikir, dan ignoransi.
Kata Luther King –yang selalu kukutip- “Aku tidak peduli berapa lama aku harus hidup dalam sistem ini, aku tidak akan pernah menyetujuinya!”

Labels:

0 comments:

Post a Comment