ketika sebuah pengalaman hidup menjumpai saya, seringkali saya dapati bahwa saya membuka kembali memory-memory lama. Mencari tahu kira2 strategi apa yang bisa digunakan untuk menghadapi tantangan yang saat ini.
Saya berhadapan, saya mengingat. Dari ingatan itu timbul ketakutan(jika pada pengalaman yang lalu saya gagal) atau timbul kepercayaan(jika pada pengalaman yang lalu saya berhasil).
jika pada pengalaman yang lalu saya berhasil, maka saya akan lebih percaya bahwa saya bisa mengatasi masa sekarang, saya akan lebih menikmati, saya akan lebih yakin. Tapi apakah itu menjamin kesuksesan? banyak variabel yang berbeda dari dulu dan sekarang. dan jika kemudian hasil dari strategi lampau tidak sesuai dengan yang diharapkan, saya mengalami kekecewaan. Bagaimana mungkin? dulu bisa berhasil, kenapa sekarang gagal?
Jika pada pengalaman yang lalu saya gagal, maka saya akan dibayangi ketakutan. Saya akan sering merasa khawatir. Benarkah strategi yang saya pilih? Bagaimana bila saya telah mengerahkan segala kemampuan dan gagal seperti masa lalu? Jika kemudian gagal lagi, maka saya akan mengalami kekecewaan dan mencari pembenaran. "sudah dibilang ga usah mencoba","saya mmg ditakdirkan tidak berbakat di bidang ini". Atau jika berhasil kita akan mengalami keyakinan...
kembali ke pola diatas, begitu seterusnya... silih berganti..
tapi apakah itu satu-satunya pola dalam menghadapi pengalaman hidup? mungkinkah ada hal yang lain?
saya adalah kumpulan ingatan masa lalu, oleh karena itu saya terikat dengan hasil dari masa lalu. tapi apakah masa lalu menjamin hasil dari masa sekarang?
apa yang akan terjadi, jika saya sekedar melihat, tanpa mengingat?
akankah itu akan menjadikan saya melihat pengalaman kehidupan dengan apa adanya?
Setiap hari adalah hari yang berbeda, setiap hal adalah pengalaman baru, dan tiap detik adalah detik yang baru, bukan tantangan, ancaman, cobaan...karena label tantangan, ancaman, cobaan muncul karena adanya ingatan.
Dan mungkinkah, label kalah, menang, sukses, gagal, juga muncul karena adanya ingatan pada masa lalu?
...
sahabat, mungkinkah kita terlalu banyak memberi porsi dalam mengingat, dan terlalu sedikit untuk "sekedar melihat"?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment