Gatal

8/10/2008 06:14:00 PM / /

ukhtiex: aslm,ah...walau sdh sering mengalami, yg namanya kekalahan itu ttp sj meninggalkan luka..


Sebutir air tertinggal di telinga saya. Dan ketika air itu meluncur turun, saya merasakan gatal yang bergulir. Muncul pertanyaan dalam batin, kapan terakhir kali saya melihat dengan benar-benar rasa gatal ini?

Sepertinya saya tidak pernah benar-benar merasakan gatal. Sekilas saya merasa gatal, dan secara refleks, tangan saya akan menghilangkan rasa tersebut.

Tapi apa sebetulnya rasa gatal? Apakah saya benar-benar melihat rasa gatal? Atau yang saya lihat hanyalah sebuah label yang dilekatkan pada sebuah sensasi, kemudian secara tidak sadar saya otomatis usahakan untuk hilang?

Jika saya biarkan butiran air itu turun tanpa saya usap oleh tangan, saya dapati bahwa hal itu adalah sebuah sensasi yang sebenarnya tidak memerlukan usaha untuk hilang. Sensasi pengalaman tanpa label "gatal" ternyata hanya numpang lewat untuk kemudian berakhir entah kemana. Datang dan pergi secara alami. Yang membuat saya bergerak untuk menghilangkannya adalah label yang saya berikan terhadap pengalaman itu.

Lalu apa hubungannya dengan sms yang saya terima diawal tulisan ini?

Saya bertanya-tanya, mungkinkah kemenangan dan kekalahan juga merupakan label dari sebuah pengalaman hidup?

Jika label "gatal" membuat saya berusaha tanpa sadar untuk menghilangkannya, mungkinkah label "kalah" juga membuat saya tanpa sadar malu mengalaminya? terbeban menjalaninya? frustrasi ketika hal itu datang dalam kehidupan saya?

Padahal mungkin saja dibalik label-label ini, pengalaman kehidupan terangkai sempurna apa adanya.

Lalu apakah saya pro terhadap rasa gatal? saya menyukai kekalahan? menganjurkan untuk tidak berbuat sesuatu terhadap kegagalan?

Saya hanya memberikan sebuah pertanyaan pada diri sendiri. Bahwa hal-hal yang tidak saya sukai dan saya usahakan -seringkali dengan mengorbankan semua hal tanpa mempertimbangkan yg saya miliki- mungkin hanyalah label belaka. Sementara pengalaman kehidupan yg telah sempurna sedemikian adanya, terkurangi, tersederhanakan, terkotak-kotak oleh "benci" dan "suka".

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang berdiri berjam-jam untuk Tuhannya sampai kakinya bengkak. Mungkinkah dia bisa melihat melampaui label rasa sakit?

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang mengabarkan kebenaran selama berpuluh-puluh tahun, tapi hanya memperoleh pengikut yang bisa dihitung dengan jari. Apa yang membuatnya terus berjalan? Mungkinkah dia mampu melihat pengalaman kehidupan dibalik label "sukses" dan "gagal"?

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang selalu dilempari kotoran ketika lewat didepan sebuah rumah, tapi ketika pemilik rumah itu sakit dia malah menjenguknya. Mungkinkah dia bisa melihat sesuatu dibalik benci dan suka?

...

Sahabat, label apa yang anda lihat saat ini? reaksi apa yang ditimbulkan oleh label itu? bersediakah anda melihat lebih dekat lagi tanpa melakukan usaha untuk menghilangkannya?

Labels:

0 comments:

Post a Comment