ada yang bilang, lebih baik katakan kejujuran walau itu menyakitkan. namun seringkali saya sulit untuk berkata jujur. tidak jarang disaat ingin berkata jujur, yang terucap justru kebohongan. dan untuk pembenaran, saya kerap menyebut itu sebagai white lies.
Sering saya berbohong agar kebodohan saya tidak tampak dimata orang lain. Dilain kesempatan saya berbohong agar kecerobohan saya tertutupi. Dan setelah melakukannya, saya akan berjanji bahwa ini adalah kebohongan terakhir saya. Suatu saat nanti, jika bertemu dengan keadaan yang serupa saya akan membayarnya dengan kejujuran.
Tapi hal itu tak pernah terjadi, karena bagaimanapun saya tak pernah bisa lepas dari kesalahan, lupa, atau kecerobohan.
Sebenarnya, saya bahkan tidak ingin terlihat sebagai pembohong walaupun saya melakukan kebohongan. dan jika telah sampai di titik itu kebohongan akan bergulir seperti bola salju yg turun dari atas bukit *blom pernah liat salju sih, tp maksutnya bakal terus membesar ^_^V*
jadi, kenapa usaha saya untuk selalu jujur tidak pernah berhasil?
mungkinkah permasalahannya bukan terletak pada usaha saya untuk berkata jujur?. Mungkin permasalahannya adalah pada nilai yang saya lekatkan pada diri saya. Saya ingin terlihat pintar, jadi saya berbohong menutupi ketidaktahuan saya. Saya tidak ingin terlihat sebagai orang yang ceroboh, dan pelupa. Saya ingin reputasi saya tidak tercemar sehingga saya mengarang berbagai cerita.
Kemudian sebuah pertanyaan muncul: jika saya bisa memandang diri saya apa adanya, mampukah saya mengucapkan kebohongan lagi?
sahabat, gambaran-diri yg manakah yang sering anda lindungi dengan kebohongan?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment