SATU JAM SAJA!

6/08/2008 11:23:00 PM / /

Suatu kisah klasik yang mungkin bisa mengilhami Inpres
No.10/2005 tentang
"penghematan Energi"dari dua anak yang melaksanakan
amanah ayahnya yang
meninggal. Amanahnya ialah : :supaya kedua anaknya
kalau pergi ketempat
kerja janganlah kena matahari dan jangan lupa makan
ikan setiap hari.
Anak pertama melaksanakan amanah ini dengan membuat
koridor yang dibangun
sepanjang jalan dari rumah sampai ke tempat kerjanya
untuk menghindari
panas matahari dan dia tak lupa makan ikan tengiri
setiap hari.Tapi ,
kemudian dia jatuh miskin . Sebaliknya anak kedua
menjadi kaya raya. Dia
berbeda pelaksanaannya. Dia berangkat pagi-pagi
sebelum matahari terbit dan
baru pulang setelah matahari tenggelam sehingga tidak
kena terik matahari
dan setiap hari makan ikan teri supaya hemat. Satu
amanah dengan dua
interpretasi yang berbeda dan memberikan hasil yang
beda. Anak pertama
menjadi miskin karena penafsiran yang naïf dan boros,
sedangkan yang kedua
menjadi kaya karena berfikir kreatif dan cerdas.

Demikian pula dalam kenyataan Inpres No.10/2005
dilaksanakan dengan
bermacam-macam interperetasi. Yang paling gampang
interpretasinya ialah
mematikan semua lampu pada waktu malam . Ada yang
pergi ke kantor
menunggang kuda. Ada yang melarang atau membatasi
kegiatan yang berhubungan
langsung dengan energi atau BBM. Penghematan yang
diartikan hnaya mengurangi
atau menghilangkan tanpa dasar yang rasional dapat
memberikan dampak negatif
terutama dalam jangka panjang.

Presiden Susilo Bambang Yudhojono mengatakan bahwa
bangsa Indonesia sangat
boros energi dan juga Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro
menyatakan bahwa
Indonesia memakai 2 kali energi untuk kegiatan yang
sama. Sasaran pemerintah
sekarang ini adalah menghemat energi.
Mengingat bahwa energi memiliki peran yang sangat
besar pada semua sektor
ekonomi dan kehidupan bangsa Indonesia ini. Ada
baiknya, Inpres ini yang
memiliki prinsip "Semangatnya mengurangi kenyamanan ,
tetapi tidak
meninggalkan kegiatan ekonomi" dapat dijadikan dasar
"gerakan effisiensi
nasional." yang berkaitan dengan semua sector.
Effisiensi nasional dan
produktivitas kita sangat rendah dan sangat prihatin
sehingga daya saingpun
rendah. Effisiensi dapat ditingkatkan dengan
menyederhanakan, subsitusi,
membuang yang tak perlu, memanfaatkan teknologi,
menggabung kegiatan yang
sama dan lain-lain, tetapi tujuan atau fungsinya tetap
tercapai. Dalam
era globalisasi , kita dituntut untuk terus untuk
lebih efisien, harga
murah, mutu yang tinggi dan waktu pengiriman yang
cepat. Dalam dunia tekstil
yang ,mengalami saingan sangat berat, , dituntut waktu
pengiriman 17
hari yang tadinya diizinkan waktu pengiriman 3 bulan
(90 hari). Begitu pula
produktivitas pekerja sangat rendah meskipun upah yang
sangat rendah( $0.25
perjam)dibandingkan dengan pekerja Jerman yang upahnya
$25 perjam
atau 100 kali upah Indonesia . Sehingga ada joke, yaitu
orang Jepang kalau
kerja berkeringat karena mereka adalah pekerja ulet ,
tetapi sebaliknya
orang Indonesia berkeringat sewaktu makan saja.

Sebetulnya banyak contoh untuk meningkatkan efisiensi
dalam kehidupan kita
sehari -hari dan
hampir semua orang pernah melihat atau mengalaminya.
Mungkin kita tak pernah
menghitung harga lubang ditengah jalan yang
diameternya sekitar 50 cm?
Kalau kita isi lubang itu dengan aspal , maka nilainya
adalah adalah sekitar
tidak lebih dari Rp. 20 ribu. Tapi kalau kita biarkan
, maka nilainya
lebih dari Rp100 juta atau 5.000 kali. Nilai ini
dihitung dengan adanya
antrian yang panjang, kecelakaan, atau kerusakan
kendaraan-kendaran karena
masuk lubang.

Kita simak lebih jauh lagi. Suatu berita dikoran Tempo
atas hasil survai
mengenai bangsa yang banyak bangun pagi-pagi. Bangsa
Indonesia dan juga
Vietnam termasuk jago bangun pagi. Tentu ini
membanggakan dari kaca mata
Indonesia . Tetapi kalau dilihat dari pandangan orang
Malaysia dan
Singapura, mareka akan mengatakan belum tentu. Mereka
akan bertanya :
rata-rata jam berapa bangsa Indonesia itu bangun pagi?
Kalau dijawab jam
lima pagi. Maka mereka akan mengatakan : itu sudah
siang. Jam lima
Indonesia itu adalah jam enam pagi di Malaysia dan
Singapura.Jam mereka
menunjukkan satu jam lebih cepat dari jam Indonesia
pasa saat yang sama.
Oleh karena itu sewaktu terjadi "Black Monday" yang
melanda pasar saham di
Amerika Serikat , maka pasar modal di Malaysia dan
Singapura sudah
bereaksi cepat dan kerja keras, tetapi Indonesia masih
tidur . Apalagi
Jepang dan Hongkong sudah mengetahui sebelumnya.

Kalau kita lihat bagaimana orang Eropa berkaitan
dengan jam yang mereka
ikuti. Cukup menarik. Setiap tahun , jam diubah dua
kali, Pada musim
dingin, jam digeser kedepan satu jam atau dipercepat
satu jam pada setiap
tanggal 31 Oktober. Jam yang menunjukkan jam 6 pagi
(atau jam 12 siang di
Indonesia
) diputar kearah jam 5 pagi dengan waktu yang
baru( tetapi jam
Indonesia tetap jam 12 siang di Indonesia ). Artinya
secara gampangan ,
orang Eropa disuruh tidur satu jam lagi karena
matahari belum terbit pada
jam 6 pagi waktu yang lama . Tetapi sebaliknya pada
musim panas, pada
tanggal 31 Maret, jam digeser kebelakang, artinya yang
tadinya jam 10 malam
diubah menjadi jam 9 malam waktu baru. Mereka akan
tidur lebih cepat satu
jam. Pergeseran-pergeser an ini disengaja dibuat
sehingga waktu kegiatan
memberikan dampak yang cukup besar bagi penghematan
listrik dan kehidupan
mereka.

Singapura apalagi Malaysia terletak sebelah timur
Indonesia . Tetapi mereka
memiliki waktu lebih awal dari Indonesia . Jam 6
Malaysia dan Singapore
sama dengan(=) jam 5 Indonesia .
Jam 6 Malaysia dan Singapura = jam 5 Indonesia
Artinya dalam saat yang sama orang Indonesia merasa
pagi-pagi sekali dan
masih tidur, tetapi orang Malaysia dan Singapura harus
bangun karena sudah
jam 6. Tetapi bila jam Indonesia digeser satu jam saja
atau bila jam 5
kita geser menjadi jam 6 juga ,yaitu sama dengan
Malaysia dan Singapur .
Jam 6 Malaysia dan Singapura = jam 6 Indonesia ,
Maka orang Indonesia dalam saat yang sama sudah bangun
seperti orang
Malaysia dan Singapura.

Dengan satu jam saja, kita telah mengubah pola hidup
kita ,. Matahari
akan terbenam jam 7 ,bukan jam 6. Jadi bila kita biasa
tidur jam 9 waktu
yang baru , maka sebenarnya tidur lebih awal yaitu jam
8 waktu yang
lama. Jadi suatu penghematan listrik yang sangat
besar. Kantor-kantor dan
toko swalayan akan tutup satu jam lebih cepat. .Begitu
pula kehidupan
sosial berbeda.dan positif . Keuntungan dari sudut
global berupa
memperoleh informasi lebih awal dan pembuatan
keputusan terhadap
perubahan- perubahan strategis. Perubahan "Satu Jam
Saja" ini memiliki
potensi penghematan yang luar biasa . Dugaan kuat
penghematan lebih dari Rp
satu trilyun pertahun.". Ini adalah suatu terobosan
yang menjanjikan untuk
penghematan energi dan memberikan dampak positif yang
luas dan untuk
jangka panjang.

Anang Zaini Gani
Bandung

Labels:

0 comments:

Post a Comment