TAPAK TAK BERJEJAK

10/09/2006 06:58:00 PM / /

Aku berjalan menuju lembah-lembah, dalam perjalanan ku di atas tanah yang hanya setapak aku dijumpakan rumput-rumput kering tapi berduri tajam. Kusangka ia tidak baik, karena kakiku dibuatnya berdarah. Tapi aku salah, rumput-rumput itu berkata "kami bukan duri, kami hanya kaki yang berusaha mencapai dataran lain. Mungkin karena kami terlalu kecil bagi kakimu, sehingga kami terasa seperti duri. Darahmu bukan karena kami, darahmu karena kakimu salah menempatkan diri" Ah.... benar ku pikir, mungkin karena dia terlalu kecil, jadi aku mengiranya duri. Aku kembali berjalan di atas tanah penuh tapak tak berjejak. Bingung aku melihat, tak aku kenali kemana langkah orang-orang terdahulu ini menuju lembah. Terlalu banyak tapak di atasnya, tapi tak satupun yang menunjukan jejak. Kuikuti saja naluriku yang tak setajam pisau dapur. Tapak demi tapak aku ikuti, walau setiap tapak berasal dari moyangku yang berlainan. aku mencoba merangkaikannya dan menjadikannya menjadi sebuah cerita sejarah yang pernah akurat sama sekali, tapi aku berharap itu bisa membawaku ke lembah yang aku tuju. Sejarah tapak moyangku yang tidak sama sekali aku mengerti hanya aku ikuti bersama nalurinya yang juga tak lagi murni. Ah.... rupanya aku tersesat juga akhirnya. Aku salah menerka kemana tapak-tapak itu menjejak. Tapi biarlah, dengan begini aku tahu ternyata ada jalan yang salah menuju lembah. Lagi pula tidak juga bisa dibilang aku ini tersesat, karena aku pun tak tahu dimana lembah itu berada. Karena aku pun mengikuti tapak moyangku pada arah yang sama. Dan aku yakin mereka pun tidak tersesat, karena tapak mereka tidak mengatakannya. Kemudian aku kembali mengulang apa yang aku lakukan tadi, mengulang, mengulang, mengulang, mengulang, mengulang, mengulang, tak bosan-bosannya aku mengulang karena aku tahu pada akhirnya aku akan sampai ke tempat tujuanku. LEMBAH

Labels:

0 comments:

Post a Comment