7/19/2006 07:11:00 AM / /

THE ANGER BEAUTY


Sesak sekali dadaku rasanya, aku benar-benar tidak bisa bernafas. Tiba-tiba saja seluruh ruangan terisi air. Aku mulai tenggelam, kulihat wanita berkulit coklat agak tua itu hanya diam mematung memandangku yang mulai tenggelam. Ahhh....blup.....blup.... haappp....... Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........

tiba-tiba aku tersadar dan tetap berada di ruangan berwarna putih tidak terlalu bersih. Tapi orang yang menunggu di pinggir tempatku berbaring bukan wanita berkulit agak coklat tua itu lagi, melainkan orang yang mengantarku ke klinik dengan motor. Kulihat wajahnya yang segera tersenyum begitu melihatku bangun dan......aku mengenalinya. "Wayan...." Aku menyapanya. "Bagaimana pak, masih terasa pusing ?" Wayan menanyakan keadaanku. "Ah...tidak" aku segera meraba-raba kantong celana mencari hp. Wayan yang menyadari apa yang sedang aku cari segera menyodorkan hp ku yang sudah ditangannya. Aku segera meraih hp itu dari tangan Wayan dan segera menekan tombol. Rumah adalah yang pertama aku ingat.

Berkali-kali aku berusaha menelpon ke rumah, tapi jaringan begitu sibuk. Aku tidak bisa menghubungi rumah. Aku langsung beralih ke sms dan alhamdulillah, bisa juga aku memberi kabar keluargaku. "Yan....gimana keadaan toko ?" aku mulai mengalihkan perhatianku kepada Wayan. "BRC sudah ditutup pak, tapi Roxy Shop ikut hancur. Semua staff selamat, tapi beberapa luka-luka terkena reruntuhan bangunan" Wayan menunduk dengan mata yang mulai memerah. Seperti disambar petir, aku merasakan rasa hangat dan denyut keras menjalari seluruh kepalaku. Mataku kembali berkunang-kunang, tapi aku bertahan dan memejamkan mataku berusaha meredakan hormon pingsan yang terus menyebar di kepalaku.

"Saya mau keluar, saya mau melihat lokasi" Kataku sembari bangkit dari tempat tidur. Tetapi Wayan segera mencegahku, "Pak lebih baik bapak disini dulu untuk sementara, jangan kembali ke kosan" katanya dengan mata menyiratkan rasa cemas. "Kenapa Yan, saya harus tahu kondisi semua staff BRC dan Roxy, mereka semua tanggung jawab saya" Kataku memaksa turun dari tempat tidur. "Diluar sedang gawat pak, masyarakat kuta sedang kalap, sweeping ktp dimana-mana" Aku langsung tertegun dan berhenti, hatiku langsung kecut seperti jeruk nipis yang disiram air cuka. Belum rasa menclos dalam dadaku hilang, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari depan.

"Sweeping....sweeping....tunjukin KTP, ada bangsat muslim di sini ?" suara keras disertai dengan gedoran-gedoran kayu ke tembok dan pintu. Jantungku berdegup kencang, aku tidak tahu akan ada dalam pikiran orang-orang itu jika mereka menemui akan mereka cari. Kepala menengok ke sana kemari sambil sesekali menatap Wayan yang aku pegang tangannya dengan kuat. "Tenang pak, tenang, kita tetap disini aja" Wayan berusaha menenangkan aku, tapi dalam getar suaranya aku merasakan panik yang sama seperti yang aku rasakan. Tiba-tiba tiga orang masuk ke ruangan ditempatku berada.
"KTP..... ayo bangsat jangan diem aja, mana KTPnya" seorang anak muda memakiku sambil menggedor pintu dengan sebatang kayu. Aku dan Wayan segera mengeluarkan KTP dan menyerahkannya kepada anak muda itu.
"Heh...bangsat kamu yang ngebom ya...annnjing...kamu, apa Tuhanmu yang anjing itu nyuruh kamu ngebom hah.... bangsaaaaaaat" teriak anak muda itu sampai dekat sekali ke telingaku.

"Ci...timpalne ni bangsat......Ci nak Gianyar ?" anak muda yang tadi memakiku melihat-lihat KTP Wayan dan memandangnya dengan mata melotot.
"Ten, cang megae, dia bos ne cang di Quiksilver" Wayan menjawab pertanyaan itu dengan nada gemetar. Dalam kekalutan itu, tiba-tiba muncul seorang lelaki yang aku kenal. "Heh....timpalne cang tuh, Wan....kamu disini ?" Tanya lelaki berkulit hitam yang baru muncul menghampiriku yang masih duduk gemetar di atas tempat tidur.
"Doring....." ah....leganya ada temanku asli kuta yang aku pikir bisa jadi jalan keluarku dari tempat ini.

Labels:

0 comments:

Post a Comment