dyatmika ??
Jumat kemarin, secara kebetulan ruangan IT didatengin ama dua orang cew cantik. Kedua nya berparas manis, berkulit putih dengan tinggi sekitar 167 cm, dengan postur peragawati disertai dandanan modis ala mahasiswi. Well, pertamanya emang ak nyangka kedua mahasiswi ini lagi training di Quiksilver. Walopun, hal ini jarang bgt ada, krn Quiksilver emang dikenal susah ditembus buat training. Usut punya usut, setelah ditelusuri dan diinterogasi oleh pecinta2 wanita di ruangan IT (baca:all of IT person ^_^) ternyata mereka adalah siswi SMU dyatmika kelas 2, yg sedang belajar mengenai bisnis proses yg ada di quiksilver. Yg mengejutkan, jelas krn mrk tidak punya tampang sbg anak smu (walo kliatan klo mrk dr kalang menengah keatas) dan yg kedua krn Quiksilver jarang skali membuka company nya untuk dipelajari bisnis proses nya.
Dan krn ak penasaran, ak mencoba menggali lebih dalam profil sekolahnya. Berkat bantuan Mr Google dan jg org2 Bali yg ada disini, ak jadi taw klo dyatmika tu sekolah anak org2 kaya dan kbanyakan blasteran bule - indo ato china - bule atopun bule asli. Sdikit bgt org indo asli yg skolah disitu. Yah, hal itu menjelaskan ttg 2 hal diatas, masalah perawakan yg enak diliat(bayangin kulit org cina dicampur prawakan bule + muka mix nya) dan jg gmn bisa nembus perusahaan spt quiksilver untuk ikut belajar dr sini.
Well itulah enaknya kuliah dilingkungan internasional dan mempunyai kurikulum yg mendukung siswanya untuk lebih maju. Coba bandingin ama sekolah kita, pasti sekolah kita kalah jauh..... benarkah....?
Belum selesai berpikiran spt itu, ak dpt tambahan bhn pemikiran dari Mega yg kebetulan mampir ke ruangan IT buat ngerumpi. potongan chat dari Mega di dept Accounting itu sebagai berikut :
Mega : Kenapa milih sekolah di dyatmika ?
X : Habis sekolah yg lain ga ada yg qualified sih....
Mega : (gubrak....!)
Mega : Sebelum tinggal di bali tinggal dimana aja ?
X : Klo luar negri di kanada, Aussie, ama UK. Klo di indo baru di Jakarta ama di Bali aja
Mega : Ooooohh..... Lebih suka dimana, di jakarta ato di bali ?
X : Kyknya jakarta deh, klo disini Gue bingung mo jalan kemana.....jadinya cuman dirumah aja nonton tv
Mega : (tambah gubrak....en ga nanya2 lagee.....)
Mungkin ini bukan potret bhw semua anak dyatmika seperti itu. Tapi dari situ ak berpikir ada hal2 lain yg merupakan keunggulan sekolah2 daerah. Mungkin bukan keunggulan2 yg bisa diukur dan dilihat oleh mata fisik. Mungkin bukan keunggulan untuk mengikuti mode terkini, tapi keunggulan untuk tetap hormat kpd orang yg lebih tua. Bukan keunggulan dalam hal berkomunikasi dalam bahasa2 internasional, tapi mungkin keunggulan dalam memilih kata2 untuk sedapat mungkin tidak menyakiti atau terkesan menganggap remeh orang lain. Keunggulan berbuat ikhlas tanpa pamrih, dan berempati terhadap golongan menengah kebawah yg ada di daerah-daerah.
Semoga hal ini bukan sikap permisif terhadap kebodohan dan ketertinggalan, tapi ak pikir kadang pikiran kita begitu diracuni oleh modernitas yg makin menggila dan mengarahkan pola dan pandangan hidup dengan apa yg diinginkan oleh globalisasi. Banyak orang mendefinisikan keren dan gengsi pada barang2 bermerek luar negeri dan gaya hidup yg orang luar lakukan. Padahal akar kata gengsi adalah perbuatan mulia yg dilakukan krn sudah membantu orang banyak. Dan tiap bangsa, tiap suku, bahkan tiap orang punya perilaku unik untuk bersikap dan merespon sesuatu hal.
Bukan berarti ak bebas dari hal2 negatif diatas (krn ak jg pernah mengalami kegamangan atas nama besar dan produk2 Quiksilver) tp menurutku perbaikilah yg harus diperbaiki, bukan mengubah hanya karena imagi kita telah diarahkan oleh mesin raksasa pencitraan modernisasi. Karena hal itu tidak hanya akan menghilangkan penghargaan kita terhadap hal2 yg tidak bisa diukur, tapi juga akan membawa kita kepada kekeringan hidup yg makin menjauhkan dari diri kita sebenarnya......
Labels:
awancool
Jumat kemarin, secara kebetulan ruangan IT didatengin ama dua orang cew cantik. Kedua nya berparas manis, berkulit putih dengan tinggi sekitar 167 cm, dengan postur peragawati disertai dandanan modis ala mahasiswi. Well, pertamanya emang ak nyangka kedua mahasiswi ini lagi training di Quiksilver. Walopun, hal ini jarang bgt ada, krn Quiksilver emang dikenal susah ditembus buat training. Usut punya usut, setelah ditelusuri dan diinterogasi oleh pecinta2 wanita di ruangan IT (baca:all of IT person ^_^) ternyata mereka adalah siswi SMU dyatmika kelas 2, yg sedang belajar mengenai bisnis proses yg ada di quiksilver. Yg mengejutkan, jelas krn mrk tidak punya tampang sbg anak smu (walo kliatan klo mrk dr kalang menengah keatas) dan yg kedua krn Quiksilver jarang skali membuka company nya untuk dipelajari bisnis proses nya.
Dan krn ak penasaran, ak mencoba menggali lebih dalam profil sekolahnya. Berkat bantuan Mr Google dan jg org2 Bali yg ada disini, ak jadi taw klo dyatmika tu sekolah anak org2 kaya dan kbanyakan blasteran bule - indo ato china - bule atopun bule asli. Sdikit bgt org indo asli yg skolah disitu. Yah, hal itu menjelaskan ttg 2 hal diatas, masalah perawakan yg enak diliat(bayangin kulit org cina dicampur prawakan bule + muka mix nya) dan jg gmn bisa nembus perusahaan spt quiksilver untuk ikut belajar dr sini.
Well itulah enaknya kuliah dilingkungan internasional dan mempunyai kurikulum yg mendukung siswanya untuk lebih maju. Coba bandingin ama sekolah kita, pasti sekolah kita kalah jauh..... benarkah....?
Belum selesai berpikiran spt itu, ak dpt tambahan bhn pemikiran dari Mega yg kebetulan mampir ke ruangan IT buat ngerumpi. potongan chat dari Mega di dept Accounting itu sebagai berikut :
Mega : Kenapa milih sekolah di dyatmika ?
X : Habis sekolah yg lain ga ada yg qualified sih....
Mega : (gubrak....!)
Mega : Sebelum tinggal di bali tinggal dimana aja ?
X : Klo luar negri di kanada, Aussie, ama UK. Klo di indo baru di Jakarta ama di Bali aja
Mega : Ooooohh..... Lebih suka dimana, di jakarta ato di bali ?
X : Kyknya jakarta deh, klo disini Gue bingung mo jalan kemana.....jadinya cuman dirumah aja nonton tv
Mega : (tambah gubrak....en ga nanya2 lagee.....)
Mungkin ini bukan potret bhw semua anak dyatmika seperti itu. Tapi dari situ ak berpikir ada hal2 lain yg merupakan keunggulan sekolah2 daerah. Mungkin bukan keunggulan2 yg bisa diukur dan dilihat oleh mata fisik. Mungkin bukan keunggulan untuk mengikuti mode terkini, tapi keunggulan untuk tetap hormat kpd orang yg lebih tua. Bukan keunggulan dalam hal berkomunikasi dalam bahasa2 internasional, tapi mungkin keunggulan dalam memilih kata2 untuk sedapat mungkin tidak menyakiti atau terkesan menganggap remeh orang lain. Keunggulan berbuat ikhlas tanpa pamrih, dan berempati terhadap golongan menengah kebawah yg ada di daerah-daerah.
Semoga hal ini bukan sikap permisif terhadap kebodohan dan ketertinggalan, tapi ak pikir kadang pikiran kita begitu diracuni oleh modernitas yg makin menggila dan mengarahkan pola dan pandangan hidup dengan apa yg diinginkan oleh globalisasi. Banyak orang mendefinisikan keren dan gengsi pada barang2 bermerek luar negeri dan gaya hidup yg orang luar lakukan. Padahal akar kata gengsi adalah perbuatan mulia yg dilakukan krn sudah membantu orang banyak. Dan tiap bangsa, tiap suku, bahkan tiap orang punya perilaku unik untuk bersikap dan merespon sesuatu hal.
Bukan berarti ak bebas dari hal2 negatif diatas (krn ak jg pernah mengalami kegamangan atas nama besar dan produk2 Quiksilver) tp menurutku perbaikilah yg harus diperbaiki, bukan mengubah hanya karena imagi kita telah diarahkan oleh mesin raksasa pencitraan modernisasi. Karena hal itu tidak hanya akan menghilangkan penghargaan kita terhadap hal2 yg tidak bisa diukur, tapi juga akan membawa kita kepada kekeringan hidup yg makin menjauhkan dari diri kita sebenarnya......
3 comments:
Cool blog, interesting information... Keep it UP » »
Cool blog, I agree...
However, they didn't represent all Dyatmika students' attitude...
Beberapa hari yg lalu, saya sekeluarga berkunjung ke Dyatmika. Tentu representative memberikan kesan yang rrrruuarrr biasa. Di kantin parkiran, kami bertemu siswa kelas 6. Satu adalah orang Korea asli, satu orang Bali (bukan Indo), mereka cas cis cus ngobrol. Suami saya tanya2. Wah, mereka ngobrol dengan suami dengan bahasa Indonesia dan sangat sopan. Mereka juga tanpa malu dan sungkan bertanya (dengan sopan). Biasanya anak2 diajak ngobrol, komunikasi berlangsung satu arah. Tapi ini komunikasi 2 arah dan enak.
That is a good PR.
Cool blog, I agree...
However, they didn't represent all Dyatmika students' attitude...
Beberapa hari yg lalu, saya sekeluarga berkunjung ke Dyatmika. Tentu representative memberikan kesan yang rrrruuarrr biasa. Di kantin parkiran, kami bertemu siswa kelas 6. Satu adalah orang Korea asli, satu orang Bali (bukan Indo), mereka cas cis cus ngobrol. Suami saya tanya2. Wah, mereka ngobrol dengan suami dengan bahasa Indonesia dan sangat sopan. Mereka juga tanpa malu dan sungkan bertanya (dengan sopan). Biasanya anak2 diajak ngobrol, komunikasi berlangsung satu arah. Tapi ini komunikasi 2 arah dan enak.
That is a good PR.
Post a Comment