mendamba rasa yg abadi

5/29/2009 09:02:00 PM / / comments (1)

kawan,
engkau mencari kemapanan
engkau mencari rasa santai
selama umur hidupmu sampai saat ini (20,30,50thn?)

tapi pernahkah engkau bertanya
apakah kemapanan yg kau usahakan itu benar-benar bisa abadi?
apakah rasa santai itu benar-benar bisa selamanya?

ataukah itu hanya sebuah "kondisi" belaka
santai adalah kondisi
sibuk adalah kondisi
senang adalah kondisi
menderita adalah kondisi

engkau menolak yang satu dan mendambakan kebalikannya.
jika engkau sedang sibuk, kau mendambakan rasa santai
jika engkau sedang kecewa, engkau mendambakan rasa puas.
padahal yg nyata saat ini adalah kesibukan dan kekecewaan.
tp engkau mendambakan rasa yg lain
tidakkah batinmu menderita karenanya?

jika engkau merasakan rasa yg kau damba
engkau merasa takut akan kehilangannya

engkau merasa bahagia, engkau menikmatinya beberapa saat,
kemudian engkau takut kehilangan sumber kebahagiaanmu
lalu berusaha mempertahankannya
dan jika kemudian rasa bahagia itu berganti dengan rasa sedih,
tidakkah batinmu menderita karenanya?

mungkin sbenarnya yg engkau inginkan adalah rasa yg
kau dambakan itu abadi...

senang yg abadi
santai yg abadi
tanpa beban yg abadi
kepuasan yg abadi
keinginanmu untuk mendamba rasa "enak" yg abadi...
bukankah itu yg membuat batinmu menderita ?

mungkinkah...
dengan mengenali kondisimu saat ini
tidak menolak rasa yg kau alami
tidak mendamba rasa yg tidak kau alami
engkau akan mengerti
"di dunia ini tak ada yg abadi"

dan yg nyata adalah saat ini
hanya saat ini.

===================================
for krish, smile up buddy :)

Labels:

bagaimanapun

5/11/2009 06:58:00 AM / / comments (1)

bagaimanapun... dan jalan apapun yang kita pilih
akan selalu ada yang mengkritik
akan selalu ada yang menyalahkan
akan selalu ada yang menyayangkan...

jalan apapun,
pilihan apapun... :)

Labels:

Seminar dan Workshop Linux di Puslitbang Sumber Daya Air

5/11/2009 03:07:00 AM / / comments (4)


Hari ini saya memberikan presentasi dihadapan para pejabat Puslitbang Sumber Daya Air. Acaranya diadakan di gedung PusAir Dago Bandung, dan saya diminta untuk membawakan materi tentang aplikasi Wine di Linux.

Sebenarnya saya agak2 ragu untuk mengiyakan tawaran mengisi acara seminar dan workshop ini. Masalah psikologis, antara iya dan tidak. Terutama karena pemberitahuannya mepet dan permintaan materi yang agak tidak jelas. Bahkan saya baru diberi tahu tentang detil informasinya 2 hari yang lalu.

Sempat terbersit untuk memberikan materi presentasi yang saya buat ke orang lain, agar orang lain saja yang mengisi.

Tp kemudian saya teruskan.

Sudah lama saya tidak berbicara di depan umum pada acara formal. Peserta yang hadir juga tidak begitu banyak, kira2 40-an orang. Dan walaupun saya sudah mempersiapkan materinya, tetap saya merasa agak grogi. Padahal saya tahu bahwa rasa ini akan hilang dengan sendirinya begitu saya maju ke mimbar dan mulai berbicara.

Mungkin karena saya sudah lama tidak berbicara di depan umum, saya tidak begitu menikmati presentasi saya. Sepertinya saya berbicara kurang greget.

Saya justru lebih menikmati tanya-jawabnya. Saya bisa merasakan dengan jelas dinamika nada suara saya ketika saya menjawab pertanyaan dari para audience.

Bahkan saya lebih menikmati di sesi workshop, karena saya bisa berputar-putar. ngobrol kesana kemari dengan bapak dan ibu yang antusias bertanya-tanya.

Setelah acara selesai, dan banyak orang yang ngobrol dan bertanya-tanya banyak hal kepada saya, saya merasa bahagia. Malah tidak terpikir bahwa saya akan mendapatkan honor atas ini.

Saya merasa... mencicipi perasaan inipun sudah lebih cukup, saya tidak dibayar pun tidak apa.

Bahkan 2 buku yang saya beli di gramedia kemarin sebagai bahan pembuatan presentasi, saya berikan kepada orang-orang itu.

ah asiknya perasaan ini :)

==================================
ternyata beritanya udah di update di website PU ini

Labels:

Mario Teguh Golden Ways

4/28/2009 11:40:00 PM / / comments (3)

saya baru saja pulang dari jakarta.
kebetulan kemarin saya chat dengan seorang kawan dan diajak untuk datang di acara mario teguh golden way di metro tv.
yang membuat saya menerima ajakan itu adalah karena saya akan datang bersama rombongan mario teguh super club bandung chapter yang kira2 berjumlah 60-an orang.
mengingat, aktifitas saya seminggu ini agak2 anti sosial (ngedekem terus dikamar) maka saya jadi tertarik untuk ikut.
dan kebetulan teman saya adalah salah satu koordinator acara tersebut sehingga bisa menyelipkan satu kursi untuk saya.

saya sering mendengar tentang mario teguh.
namun saya belum pernah membaca bukunya ataupun melihat penuh acaranya di metro tv.

pengalaman ini juga pengalaman saya terdekat dengan sesuatu yang bernama studio tv.
dan show kemarin dijadwalkan 2 kali.
yang pertama adalah show yang untuk direkam dan ditayangkan minggu depan,
proses taping dilakukan pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.00.
sedangkan sesi live show dilakukan pada pukul 19.00 s.d 20.00.

Judul episodenya adalah Long and winding road.
lagunya dinyanyikan oleh oddie agam dengan suara beratnya yang khas dan sangat berkarakter.
Kemudian di sesi live show judul episodenya adalah The Greatest Love of All.

saya bersyukur karena bisa mendengarkan suara indah seorang penyanyi wanita dengan suara yang sangat unik.
juga pemaparan tentang cinta dan anak2 oleh Pak Mario Teguh.
ada sebuah ajaran kebaikan yang disajikan dengan sangat menyentuh berkaitan dengan acara show mario teguh dan anak2 jalanan di sebuah rumah penampungan.
untuk edisi live nya bisa anda lihat di youtube:



















Bandung chapter yang heboh.
ternyata rombongan yang saya ikuti adalah rombongan yang paling heboh.
berisi dari temen2 mahasiswa bandung, temen2 di stec, juga ibu2 pensiunan yang tak kalah rame dan heboh dengan yang muda2.
kebetulan saya masuk di rombongan bis ibu2 pensiunan. tidak salah pilih karena makanan cukup berlimpah di bis itu.
salah satu ibu-ibu berkata "kalau anak kos kan suka laper...ambil yang banyak"
tentu saja kesempatan yang sangat baik untuk dimanfaatkan temen2 mahasiswa yang bergabung di bis tersebut sebagai ajang "pengembangan diri" (atau penggemukan diri ya ^_^)

sebenarnya bandung chapter terdiri dari rombongan2 kecil yang tidak saling mengenal.
tapi rupanya sebuah device yang sangat efektif mengeksploitir sisi kenarsisan individu bisa digunakan untuk tidak hanya mencairkan suasana, tapi juga membuat kita bisa tertawa2.
ya, kamera.
ternyata GSK yang dihembuskan cukup sukses mendapatkan respon positif.
baca: gerakan sadar kamera :)

sepanjang perjalanan tidak henti2nya kami berfoto2 ria.
juga melakukan kehebohan2 dengan yel-yel bandung chapter.
sampai rombongan lain juga terkejut2 melihat kami.
di setiap sudut kami berfoto2 ria.
di eskalator, di tempat kumpul, dimana-mana.
foto2 sekenyangnya sampai memori penuh atau kehabisan batre :)

ada juga yang berkostum kompakan pake kemeja, pake dasi (jadi mirip changcuter).

Cerita kehidupan.
dalam perjalanan pulang saya mendapat sebuah cerita kehidupan dari salah seorang ibu.
beliau adalah seorang pensiunan pns.
yang bercerita tentang banyak hal yang bisa menjadikan pelajaran bagi saya.
umurnya mungkin menginjak 60-an
dan beliau bercerita tentang adiknya yang berjumlah 7 orang.
sebelum ayahnya meninggal ibu ini pernah dipesani untuk titip adik2nya.

ibu ini bertanya apakah saya sudah menikah atau belum, dan saya menjawab saya ingin membantu orang tua untuk membantu menyekolahkan adik2 saya dulu.

dan ibu ini bercerita bahwa beliau juga anak pertama.
adiknya berjumlah 7 orang.
dan ayah beliau sebelum meninggal berpesan: "titip adik2 ya"
mungkin itu yang membuat beliau menikah baru di umur 25tahun.
ukuran tua untuk orang dahulu yang lazim menikah di usia belasan tahun.
"alhamdulillah adik2 sarjana smua" beliau berkomentar.
pesan itu juga yang membuat ibu ini memilih jalan lurus dalam bekerja sebagai pns.
jabatannya di departemen keuangan sebagai auditor di daerah2 membuat rumahnya sering didatangi pejabat2 daerah yang menawarkan berbagai hal untuk kelancaran turunnya dana.
dana yang bisa digunakan untuk kepentingan pribadi.
namun beliau tidak bergeming.
"saya diuji selama 33 tahun di departemen keuangan" katanya.

lebih lanjut beliau bercerita tentang anak2nya.
6 orang, tapi meninggal 2 orang.
yang paling tua meninggal karena kanker.
sewaktu kecil anaknya ini pernah jatuh sewaktu main bola.
waktu itu ketika diperiksa di rumah sakit tidak ada yang aneh.
ternyata ada darah menggumpal di perut dan terpicu oleh hormon remaja sehingga berubah menjadi kanker ganas.
ketika terdeteksi pada kelas 2 sma, anak tersebut divonis dokter umurnya hanya tinggal 1 minggu.
tidak puas dengan vonis itu, ibu ini mencari cara kesana kemari.
sehingga mendapatkan informasi pengobatan madu dari amerika.
seminggu beliau mengeluarkan dana 3 juta untuk mendatangkan obat itu.
dan dari 1minggu ternyata memanjang menjadi 14bulan.

14bulan yang normal.
namun ketika kumat sakitnya luar biasa.
14bulan kanker itu menjalar kemana2.
sampai akhirnya anak itu berkata kepada ibunya untuk mengikhlaskan.
dia meminta ibunya mengaji surat ali imron 5 kali.
dari ba'da maghrib sampai subuh.
dan pagi itu anak tersebut menghembuskan nafas terakhir.
pagi sebelum ujian nasional dilaksanakan.

ibu itu menerawang mengisahkan akhlak anak tersebut.
anak yang paling sholeh.
pernah suatu ketika anak ini membelikan beras 2 karung untuk diberikan di panti asuhan bayi.
bahkan sebelum meninggal dia mengumpulkan kakak dan adiknya untuk mengingatkan sholat dan menyisihkan 2.5% dari rezeki untuk mereka yang membutuhkan.

cerita2 ini memaparkan kepada saya sebuah sisi lain dari kehidupan.
ketegaran, tanggung jawab, keikhlasan, ajaran nilai2 kebaikan dan lain lain.

weekend yang mencerahkan :)

Labels:

Untuk ikhlas menjalani

4/25/2009 10:35:00 AM / / comments (0)

rasanya lama sekali saya tidak menulis disini.
dan menjentikkan jari2 saya di blog ini seperti pulang ke sebuah tempat yang sangat familiar, yang lama tidak saya datangi.

tak terasa 5 bulan sudah berlalu...
bulan-bulan yang sungguh menakjubkan, penuh dengan pengalaman yang kaya makna.
saya rasa tidak pernah didalam penggalan hidup saya sebelumnya, saya belajar sedemikian banyak, merasakan sedemikian dalam, mencoba sebegitu liar, juga melompat-lompat sedemikian ekstrem.

saya berjumpa dengan pemikiran yang begitu mengejutkan.
heran karena tidak menyangka bahwa saya mempunyai bagian yang begitu chaotic, kreatif sekaligus destruktif.

saya juga bertemu dengan berbagai macam orang,
menyerap-memilah-melepeh penuturan, pemikiran, perjalanan hidup termasuk juga opini2 dan idealisme mereka.

saya menerima dan menyesali, bersyukur kemudian mengutuk silih berganti.
menangis ketakutan yg kemudian digantikan tawa bangga.

proses yang terlihat stagnan namun berkembang di kedalaman.

di pihak luar saya adalah pengangguran,
di dalam saya menuangkan ide2 dan mengambil tindakan tanpa banyak bercerita angan-angan.

di luar saya maju mundur
di dalam saya mengenali salah satu sifat pikiran yang merupakan bagian dari kehidupan: keinginan yg selalu berubah, bertumbuh, tidak ada yang kekal.

di luar saya mendikotomikan antara karyawan dan pengusaha
di dalam saya menyadari bahwa banyak sekali ranah diantaranya.

ada orang2 yang tidak perlu dipusingkan oleh uang, tapi banyak permasalahan psikologis yang perlu dia hadapi.
ada orang2 yang berkutat dalam perjuangan mencari nafkah, untuk hanya menjadi bagian skenario besar kehidupan agar anak2nya mengalami pendewasaan melalui tutur pemikiran orang tuanya.
ada yang melesat cepat kemudian hilang, ada yang lambat melangkah tapi tetap tidak pernah mencapai tujuannya.
ada yang mempersiapkan semuanya tp berantakan dalam sekejap, ada yang mempersiapkan baik-baik kemudian mencapai apa yang dia inginkan.

semua ini mengikis sedikit demi sedikit kesombongan saya.
mengerik keimanan saya terhadap hal, cara, jalan yang saya anggap bisa menjamin kesuksesan.
bentuk syirik yang sangat halus.

ya semuanya berproses,dan proses butuh waktu.
saya dan anda sangatlah berbeda jika dilihat dari pengalaman, tanggung jawab keluarga, hubungan sosial dlsb.
mencoba menyamakannya adalah seperti memaksakan kue kering berbentuk bintang kedalam cetakan bulan sabit;mungkin bisa mungkin tidak, tp yang pasti ada yang hilang dan ada yang tdk terpenuhi.

mungkin apa yang saya tulis tidaklah praktikal.
tapi akhir2 ini saya menyadari bahwa hal-hal praktis sangatlah erat dengan kekinian;bukan perencanaan kedepan, juga bukan kekhawatiran terulang peristiwa yang sama seperti di belakang.

pengalaman saat demi saat, itulah yg akan selalu segar.

sehingga itu berarti untuk bersikap lebih sensitif lagi terhadap apa yang saya alami...

bukan menyesali, bukan mensyukuri, ttp mungkin lebih tepatnya...
untuk ikhlas menjalani...

salam,
Awan

Labels:

My Love

4/13/2009 03:39:00 AM / / comments (0)




My Love
The Bird and The Bee


My love let me go again
Right back, back to the top of the
Slide down sad clown
Oh oh oh oh oh

My clown let me love you
Whats that back to the back of the rebound
Clown hang around
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh

My light take me there again
up top to the top of the
free fall a great wall
Oh oh oh oh oh

My mouth let me kiss again
sift out, sift out all of the dust
hole black hole
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh..

Lyric:

My love let me go again
Right back, back to the top of the
Slide down sad clown
Oh oh oh oh oh

My clown let me love you
Whats that back to the back of the rebound
Clown hang around
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh

My light take me there again
up top to the top of the
free fall a great wall
Oh oh oh oh oh

My mouth let me kiss again
sift out, sift out all of the dust
hole black hole
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh

Hey boy wont you take me out tonight
Im not afraid of all the reasons why we shouldnt try

Hey boy wont you make me out tonight
I get excited when I think of crawling into your arms

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh..

Labels:

chasing pavements

3/20/2009 09:19:00 AM / / comments (0)




I've made up my mind,
Don't need to think it over,
If I'm wrong I am right,
Don't need to look no further,
This ain't lust,
I know this is love but,

If I tell the world,
I'll never say enough,
Cause it was not said to you,
And that's exactly what I need to do,
If I'm in love with you,

Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere,
Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?
Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere

I'd build myself up,
And fly around in circles,
Waiting as my heart drops,
And my back begins to tingle
Finally could this be it or

Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere,
Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?
Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere

Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere,
Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?
Should I give up,
Or should I just keep on chasing pavements?
Should I just keep on chasing pavements?

Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere,
Or would it be a waste?
Even If I knew my place should I leave it there?
Should I give up,
Or should I just keep chasing pavements?
Even if it leads nowhere

Labels:

Puisi Indah dari Rendra

3/13/2009 10:16:00 PM / / comments (0)

*PUISI INDAH DARI RENDRA*
------------------------------

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra

Labels:

Sudah Yang Terbaik ?

3/13/2009 02:15:00 AM / / comments (1)

I'll do my best.... hmmm rasanya itu yang orang ucapkan dan lakukan. Tapi hasilnya tetap mendapatkan celaan dan cacian orang. Beberapa bulan setelah bos berganti dengan yang baru, pekerjaanku yang ini terbilang paling pas.... berpikir!.

Hasilnya luar biasa, gak pernah aku pikirkan kebiasaan positif yang dulu aku benamkan dalam benak kini menuai hasil. Tapi itu karena sistem. Benar kata orang, kita akan bagus kalau sistemnya bagus, dan ikut rusak kalau sistemnya rusak.

Itulah yang terjadi dengan tempat kerjaku sekarang. Dulu hampir semua orang hanya bekerja seperti sapi perahan saja. Sekarang semua bekerja lebih smart dan tidak alergi dengan kritik dan lintas wilayah.

Tapi teteeeeeppp.... perubahan itu tidak semuanya bisa diikuti. Satu per satu teman-temanku di PHK... karena terlalu membangkang. Atau karena tidak bisa mengerti gaya bos baru. Yang menurut kacamataku sangat wajar reaksinya terhadap perusahaan yang sudah kocar kacir di pasar.

Aku jadi bagian yang membuat perbaikan. Inventory dan sekarang ditambah logistic. Center point awal memang pada pekerjaanku untuk perbaikan ini, dan aku mengerjakannya dengan sangat baik...menurut ku :)

Bos yang baru ini aku sudah kenal lama, dia tahu cara kerjaku bahkan kelemahanku. Sejauh ini di happy dengan hasil kerjaku, malah dia tambah kerjaan baru. Orang-orang yang dulu sehati dengan bos-bos lama, banyak yang menyindirku. Mereka bilang kalau aku anak kesayangan bos baru. Padahal menurutku, itu karena aku link dengan jalan pikirannya dan aku punya kualitas berpikir yang dia butuhkan untuk membantunya membawa perusahaan keluar dari masalah.

Lagi-lagi orang-orang yang berpikiran sempit. mereka hanya tahunya berkomentar tapi tidak mau cari tahu kualitas apa dalam diri mereka sendiri yang dibutuhkan si Bos. Tapi lagi-lagi perubahan bukan hal yang bisa dilawan. Cuma ada satu kata yang pasti sekarang "Berubah atau Tersingkir". Kata-kata itu yang pertama kali si Bos katakan padaku.

6 bulan pertama semua mencibir. aku tenang saja. Tapi aku tahu, mereka perlu dijelaskan apa yang sedang dilakukan si Bos. Sampai akhirnya berita yang tidak aku duga keluar, quarterly bonus dikeluarkan lebih cepat. Alangkah senangnya aku, bukan karena kebagian bonus, tapi lebih karena aku yang buat formulanya dan menjadi pembuktian pada semua karyawan kalau si Bos baru lebih peduli sama mereka. Artinya, apa yang aku kerjakan untuk membantunya termasuk nilai positif di mata semua orang.

Sekarang semua berubah, orang-orang lebih positif, lebih bergairah. Tapi aku kembali berpikir, ternyata bukti itu lebih penting dari sekadar janji. Mungkin sebaiknya aku mengubah kata-kataku menjadi "I do the most best". Menghilangkan unsur masa depan dan menggantikan dengan present time. Karena itu adalah yang sedang dikerjakan, bukan janji apa yang akan dilakukan.

mbuh ?

3/04/2009 04:26:00 AM / / comments (0)

lucu sekali,
malam minggu kemarin saya ngobrol hampir 6jam dengan seseorang.
dan besok paginya semua inti obrolan itu terungkap kembali oleh orang yang lain.
padahal saya yakin kedua orang ini belum pernah bertemu.

orang yang saya temui paginya adalah Bob Sadino.
pengusaha terkenal yang diundang di sebuah seminar yang saya hadiri.
dia berkata hal yang sama persis.
tentang ga usah kebanyakan mikir,
ttg jalan pikiran yang rumit2,
dsb dsb

dan emosi saya teraduk2
1000 orang di sana tertawa terbahak-bahak dengan celetukan2 Om Bob,
namun sepertinya hanya saya seorang yang mbrebes mili
bagai pembantu udik yang termehek-mehek nonton film india...

film india itulah pikiran saya yg konyol :p

Labels:

berita dari arab

3/02/2009 04:35:00 AM / / comments (0)

Alhamdulillah Wan, 1st day... kerudung langsung abis, mukena dah laku 13 biji dan blouse batik payetnya tinggal 7 biji... Doain ya... Semoga lancar... :)



Senang sekali mendapatkan sms itu dari seorang temen yang ada di Arab. Cerita sebelumnya saya kebingungan karena biaya kirim lebih besar daripada yang diperkirakan. Dihitung2 saya bisa nombok 2 juta untung pengiriman. Dan bagi saya yang baru mulai bisnis, uang segitu tentu saja sangat berharga.

Temen saya di Arab dah ga ada duit lagi buat nambahin biaya kirim, lagipula dia juga ragu apa bisa jual kalau biaya kirimnya segitu.

Makanya saya kelimpungan cari kargo yang bisa ngirim dengan skala kecil (40kg). Cari kesana kemari ga ketemu juga, sementara saya juga ga enak karena uang temen saya ini sudah saya belanjakan menjadi barang.

Sebenernya ibu saya menyarankan alternatif untuk menjual barang tersebut di Indonesia, dan uang temen saya dikembalikan lagi.

Tapi menjual barang tentu saja tidak bisa dalam waktu singkat. Maka itu saya putuskan untuk tetap mengirim barangnya.

Saya bilang: "biarlah sisa biaya kirim saya bayar. Kamu jual saja disana dengan harga yang kira2 biasa orang jual disana berapa. Kalau ternyata ada uang lebih bolehlah km kirim buat menambal ongkos kirim sisanya itu. Tapi klo ternyata enggak ada ya sudah enggak apa2..."

Eh ternyata kemarin dia sms barang disana laku keras. Saya tidak berbicara masalah untung, tapi saya senang karena teman saya ini bisa menjual barangnya... Yah namanya juga lagi sama-sama belajar dagang :)

late night news...

2/28/2009 04:41:00 PM / / comments (2)

it hurts...
it really2 felt hurts...

i pray the best,
i really do pray the best
...

Labels:
2/22/2009 11:53:00 PM / / comments (0)

i just knew that i can be so weepy...

how it will end ?

2/16/2009 07:35:00 AM / / comments (0)

kemarin seseorang bertanya pada saya,
kenapa jadi orang kok sukanya membuat susah diri sendiri?

sudah enak jadi pegawai tetap di sebuah perusahaan di bali,keluar...
sudah dapet kesempatan bekerja di perusahaan telekomunikasi,keluar lagi...
sudah dapet gaji besar di sebuah lembaga internasional,resign...

dan waktu itu saya tidak bisa menjawabnya,
selain hanya tersenyum...

apalagi waktu dilanjutkan dengan pernyataan:
"kyknya klo orang2 pengen kemapanan, kamu ini ga mau mapan..."
"mungkin km pengen dilihat...dan mencoba membuktikan bhwa km bisa"
"pengen dianggap hebat..."

kembali saya cmn tersenyum, tak bisa menjawab...

dan tadi siang saya ngobrol dengan seorang teman.
kemudian dia berkomentar...
"sekedar mapan atau puas ?"

kata-kata yg singkat. tp bisa merangkum semua jawaban yang bertele-tele...

ya saya tidak puas...
saya tidak puas dengan hal itu...
saya tidak puas dengan apa yang saya kerjakan
saya tidak puas dengan apa yang saya lakukan
apa yang saya ciptakan,
saya tidak puas...

makanya saya mencoba semua jalan
saya mencoba semua hal...

dan dalam prosesnya, saya bertemu dengan kebingungan saya
saya bertemu dengan ketakutan saya...
saya bertemu dengan kebimbangan...

yg paling aneh, saya tidak pernah tahu bagaimana jalan ini akan ber-ujung...


*keep hungry, keep foolish...*

Labels:

lovely wednesday :)

2/04/2009 08:57:00 AM / / comments (0)

hari ini dilalui dengan penuh harapan
ga tau apa karena banyak ketemu temen2(calon partner)
pagi tadi cerita kmungkinan kacang sama moms tersayang...

trus siangnya ada putri yg ngobrol punya ngobrol kmudian ambil blouse 2 biji.
lumayan, penglaris hehe... :p

sorenya ada ivan, QS PVJ
ngomongin fleece buat jaket kelas nya manda
ama bisnis distro-nya
mantap juga jadi tercetus beberapa peluang :)

trus malemnya ada orlando brahm
mau ak ajakin spreadshirt
tp stelah brainstorming sejenak
ternyata lebih berprospek yg xxx
bisnis bareng dia agak2 underground dikit :p
bikin adrenalin naik...
dan diputuskan untuk....hajar dah :)

seharian ni di rumah, online, chat, ngobrol...
banyak peluang buat dijaring besok! :)

tidur dulu aaah :)

Labels:

Surat seorang murid: Hampir Dua Bulan

1/28/2009 06:49:00 AM / / comments (2)

Guru...
Hampir dua bulan saya mencoba berbisnis.Dan selama itu pula saya merasakan gejolak yang turun naik. Kadang saya merasakan ide-ide bermunculan dan selanjutnya menelan saya dalam semangat untuk mengerjakannya. Dilain waktu ide-ide itu terasa hambar, seperti makanan kemarin... dingin, hampir basi, tidak lagi mengundang selera. Kemudian ada saat saya merasa amat yakin bahwa saya bisa sukses. Dikali lain saya merasakan ketakutan yang amat besar tentang kehilangan uang, tentang jalan yang saya pilih, tentang masa depan.

Jiwa saya masih labil Guru,
Mungkin saya masih dalam proses transisi. Karena sebelumnya saya tidak perlu pusing memikirkan cara mendapatkan uang. Dan sekarang saya harus bertanggung jawab kepada diri sendiri untuk sekedar membiayai hidup. Dibandingkan gaji saya sebelumnya, apa yang saya dapatkan ini baru 12.5% nya saja. Entah mungkin karena sebelumnya gaji karyawan saya memang besar, atau mungkin juga karena pendapatan bisnis saya yang kecil.

Ah Guru...
Kadang tergoda saya untuk kembali lagi jadi seorang karyawan. Tapi entah mengapa saya terus berada disini. Saya teringat dirimu pernah berkata: "Barang siapa yang bisa memandang ketakutannya, tidak akan pernah lagi menjadi orang yang sama". Dan disini saya memandangnya tanpa langsung berlari...

Guruku tersayang,
Malu rasanya bila ada yang bertanya tentang pekerjaan. Sungguh sulit menjawabnya. Bila saya berkata aktifitas saat ini adalah berbisnis, pasti dia akan mengejar "bisnis apa?". Bila saya jawab sedang bisnis batik, pasti dia akan kembali bertanya "masukin kemana?". Kemudian saya harus menjawab bahwa pengiriman saya terakhir adalah ke beberapa kota dan sebuah negara. Lalu saya dikira pebisnis yang banyak uang. Padahal apa yang saya kirimkan hanya berupa hitungan puluhan pcs saja. Belum pantas diceritakan, hasilnya juga belum seberapa, tapi pertanyaan itu akan selalu muncul untuk dijawab...

Apalagi jika bertemu dengan saudara-saudara yang mempertanyakan kenapa saya keluar dari pekerjaan yang mapan. Atau kenapa saya tidak bekerja di perusahaan dimana mayoritas teman-teman kuliah saya sekarang bekerja. Industri yang sedang menjadi primadona. Terpandang, dan mulai menata keluarga.

Guru...
Maaf jika semua ini terdengar seperti keluh kesah... Tapi inilah saya yang yang bersimpuh jujur bercerita kepada mu Guru, juga kepada diri sendiri. Karena saya masih teringat apa yang kau ucapkan, bahwa kejujuran adalah langkah awal untuk maju. Mengakui kondisi saat ini untuk bertindak. Menerima saya apa adanya agar bisa berbuat yang terbaik untuk saat ini.

Guru...
Tak terasa hampir 2 bulan saya telah lewati hari-hari seperti ini. Jika memang ini adalah fase saya bertemu rasa takut, bertemu rasa bingung, bertemu kebimbangan...biarlah...saya ikhlas... toh semua pendaki gunung pasti pernah merasakan tersesat dalam perjalanannya menuju puncak, biasa mengalami kebingungan menentukan arah di pekat malam, seringkali merasa takut dan khawatir dalam pendakian asing. Menggigil menahan dingin yang menusuk... Dan mengapa pula dia tidak tinggal di rumah saja? Berbaring di kasur hangat, nonton dvd beserta camilan?

Akan saya ingat ilustrasi pertanyaanmu terakhir itu Guru, bukan untuk dijawab tp untuk terus ditanyakan pada diri sendiri pada saat takut, bingung, dan bimbang datang menyapa...

salam...muridmu...

Labels:

Kaya Karena Sederhana

1/14/2009 11:32:00 PM / / comments (0)

by Gede Prama


Menjadi orang kaya, itulah cita-cita banyak sekali orang. Hal yang sama juga pernah melanda saya. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMU, kemudian menyaksikan ada rumah indah dan besar, dan di depannya duduk sepasang orang tua lagi menikmati keindahan rumahnya, sering saya bertanya ke diri sendiri : akankah saya bisa sampai di sana ?. Sekian tahun setelah semua ini berlalu, setelah berkenalan dengan beberapa orang pengusaha yang kekayaan perusahaannya bernilai triliunan rupiah, duduk di kursi tertinggi perusahaan, atau menjadi penasehat tidak sedikit orang kaya, wajah-wajah hidup yang kaya sudah tidak semenarik dan seseksi bayangan dulu.

Penyelaman saya secara lebih mendalam bahkan menghasilkan sejumlah ketakutan untuk menjadi kaya. Ada orang kaya yang memiliki putera-puteri yang bermata kosong melompong sebagai tanda hidup yang kering. Ada pengusaha yang menatap semua orang baru dengan tatapan curiga karena sering ditipu orang, untuk kemudian sedikit-sedikit marah dan memaki. Ada sahabat yang berganti mobil termewah dalam ukuran bulanan, namun harus meminum pil tidur kalau ingin tidur nyenyak. Ada yang memiliki anak tanpa Ibu karena bercerai, dan masih banyak lagi wajah-wajah kekayaan yang membuat saya jadi takut pada kekayaan materi.

Dalam tataran pencaharian seperti ini, tiba-tiba saja saya membaca karya Shakti Gawain dalam jurnal Personal Excellence edisi September 2001 yang menulis : ‘If we have too many things we don’t truly need or want, our live become overly complicated‘. Siapa saja yang memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul dibutuhkan, kehidupannya akan berwajah sangat rumit dan kompleks.

Rupanya saya tidak sendiri dalam hal ketakutan bertemu hidup yang amat rumit karena memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul diperlukan. Shakti Gawain juga serupa. Lebih dari sekadar takut, di tingkatan materi yang amat berlebihan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan keterikatan berlebihan mulai muncul.

Masih segar dalam ingatan, bagaimana tidur saya amat terganggu di hari pertama ketika baru bisa membeli mobil. Sebentar-sebentar bangun sambil melihat garasi. Demikian juga ketika baru duduk di kursi orang nomer satu di perusahaan. Keterikatan agar duduk di sana selamanya membuat saya hampir jadi paranoid. Setiap orang datang dipandang oleh mata secara mencurigakan. Benang merahnya, kekayaan materi memang menghadirkan kegembiraan (kendati hanya sesaat), namun sulit diingkari kalau ia juga menghadirkan keterikatan, ketakutan dan kekhawatiran. Kemerdekaan, kebebasan, keheningan semuanya diperkosa habis oleh kekayaan materi.

Disamping merampok kebebasan dan keheningan, kekayaan materi juga menghasilkan harapan-harapan baru yang bergerak maju. Lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Demikianlah kekayaan dengan amat rajin mendorong manusia untuk memproduksi harapan yang lebih tinggi. Tidak ada yang salah dengan memiliki harapan yang lebih tinggi, sejauh seseorang bisa menyeimbangkannya dengan rasa syukur. Apa lagi kalau harapan bisa mendorong orang bekerja amat keras, plus keikhlasan untuk bersyukur pada sang hidup. Celakanya, dalam banyak hal terjadi, harapan ini terbang dan berlari liar. Dan kemudian membuat kehidupan berlari seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri.

Berefleksi dan bercermin dari sinilah, saya sudah teramat lama meninggalkan kehidupan yang demikian ngotot mengejar kekayaan materi. Demikian tidak ngototnya, sampai-sampai ada rekan yang menyebut saya bodoh, tidak mengerti bisnis, malah ada yang menyebut teramat lugu. Untungnya, badan kehidupan saya sud> ah demikian licin oleh sebutan-sebutan. Sehingga setiap sebutan, lewat saja tanpa memberikan bekas yang berarti.

Ada sahabat yang bertanya, bagaimana saya bisa sampai di sana ? Entah benar entah tidak, dalam banyak keadaan terbukti kalau saya bisa berada di waktu yang tepat, tempat yang tepat, dengan kemampuan yang tepat. Ketika ada perusahaan yang membutuhkan seseorang sebagai pemimpin yang cinta kedamaian, saya ada di sana. Tatkala banyak perusahaan kehilangan orientasi untuk kemudian mencari bahasa-bahasa hati, pada saat yang sama saya suka sekali berbicara dan menulis dengan bahasa-bahasa hati. Dikala sejumlah kalangan di pemerintahan mencari-cari orang muda yang siap untuk diajak bekerja dengan kejujuran, mereka mengenal dan mengingat nama saya. Sebagai akibatnya, terbanglah kehidupan saya dengan tenang dan ringan. Herannya, bisa sampai di situ dengan energi kengototan yang di bawah rata-rata kebanyakan orang. Mungkin tepat apa yang pernah ditulis Rabin Dranath Tagore dalam The Heart of God : ‘let this be my last word, that I trust in Your Love‘ . Keyakinan dan keikhlasan di depan Tuhan, mungkin itu yang menjadi kendaraan kehidupan yang paling banyak membantu hidup saya.

Karena keyakinan seperti inilah, maka dalam setiap doa saya senantiasa memohon agar seluruh permohonan saya dalam doa diganti dengan keikhlasan, keikhlasan dan hanya keikhlasan. Tidak hanya dalam doa, dalam keseharian hidup juga demikian. Ada yang mau menggeser dan memberhentikan, saya tidak melawan. Ada yang mengancam dengan kata-kata kasar, saya imbangi secukupnya saja. Ada sahabat yang menyebut kehidupan demikian sebagai kehidupan yang terlalu sederhana dan jauh dari kerumitan. Namun saya meyakini, dengan cara demikian kita bisa kaya dengan jalan sederhana.

Labels:

Mr Cinema

1/12/2009 07:36:00 AM / / comments (0)

Akhir-akhir ini saya jarang nonton film.
Hampir ga pernah.
Saya sampai lupa film apa yang terakhir kali saya tonton.

Tapi malam ini, saya secara tidak sengaja menonton sebuah film yang sangat menyentuh.
Judulnya Mr Cinema.
Bercerita tentang idealisme beserta kegetiran dalam mempertahankannya.
Bagaimana jika kita bisa memegang prinsip, tapi orang2 yang kita sayangi menginginkan hal yang lain ?
Terselip cerita cinta.
Simple tanpa umbar romantisme fisik. Tapi sangat mengena.

Berkali-kali perasaan saya diaduk2 oleh plot film ini.
Tertawa geli dalam perselisihan antara bapak dan anak.
Trenyuh mendengar kelembutan seorang ibu yang mendamaikan keadaan yang panas.
Bertanya-tanya "inikah nasib orang yang memegang idealisme?"
Toh akhirnya hidup telah mengatur rapi semua yg terlihat sebagai kekacauan tersebut....

Hmm... buat yang penasaran bisa baca sinopsisnya disini....

Labels:

Persepsi

1/09/2009 06:15:00 AM / / comments (0)

Copass dari sebuah milis, sumbernya kurang tau tp ceritanya menginspirasi ^-^

==========================================================

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :

- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedangkan yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu bertanya kepada kedua orang anaknya mengapa hal itu terjadi kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :

"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".

"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.

Jawab anak sulung :

"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

=====================================================

pesan yang sama, persepsi yang berbeda, hasil yang berbeda pula... :)
sahabat, bagaimana anda memandang "pesan" yang datang dalam hidup anda ?

Labels:

Hanya Menyadari Saja, Tidak Memadamkan

1/05/2009 09:50:00 AM / / comments (0)

(wejangan Bhante Pannyavaro pada pembukaan retret akhir tahun di vihara mendut, magelang)

Dr. Hudoyo pembimbing meditasi,
Para Ibu, Bapak, Saudara peserta meditasi pada akhir tahun 2008 ini,

Sebagai Kepala Vihara Mendut, saya mengucapkan selamat datang kepada para peserta. Bagi para peserta yang sudah beberapa kali mengikuti meditasi di vihara ini, tentu ini selamat datang untuk yang kesekian kalinya. Bagi Ibu, Bapak & Saudara yang baru pertama kali mengikuti meditasi ini, tentu selamat datang yang pertama bagi Ibu, Bapak, Saudara. Selamat datang di Vihara Mendut untuk melatih diri mengenal meditasi dan sekaligus melatih meditasi.

Para Ibu, Bapak , Saudara,

Semua orang tentu menginginkan hidup bahagia. Kebahagiaan menjadi obsesi, menjadi tujuan hampir semua orang, apa pun agama, kepercayaan, tradisi, atau adat-istiadatnya. Kemudian, tiap-tiap orang berusaha untuk membuat rincian, meskipun mungkin tidak mendetail, gambaran apakah bahagia yang mereka inginkan? Apakah bahagia yang kita harapkan? Seperti apakah
kebahagiaan itu?

Ibu, Bapak & Saudara,

Cita-cita atau harapan kebahagiaan itu kemudian diusahakan untuk dicapainya. Sesungguhnya, harapan atau keinginan untuk bahagia itu kemudian menumbuhkan keinginan-keinginan yang sangat banyak. Mengapa keinginan-keinginan lain tumbuh sangat banyak? Keinginan-keinginan itu tumbuh seiring dengan usaha untuk mencapai hidup bahagia?

Apa yang menjadi fenomena, apa yang menjadi gejala kemudian? Sesungguhnya, yang terjadi kemudian adalah ketidakbahagiaan. Mengapa? Karena keinginan atau harapan untuk bahagia itu justru membuahkan penderitaan. Harapan menimbulkan kegelisahan, harapan menimbulkan kekhawatiran, harapan membuat seseorang, kita semua, waswas, dan kalau tidak terpenuhi, kecewa.

“Tetapi, Bhante,” ada yang menanyakan, “kalau keinginan atau harapan itu terpenuhi, bukankah kita bahagia?” Ya, kita bahagia sebentar, karena tidak ada bahagia yang abadi. Dan kalau bahagia sebentar itu lenyap, maka timbullah ketagihan, kecanduan, keinginan yang lebih berkobar-kobar.

Sesungguhnya, Ibu, Bapak & Saudara, kebahagiaan yang benar, dan “kebahagiaan” ini harus ditulis dengan tanda petik, tidak dicapai dengan keinginan. Kebahagiaan yang benar justru akan tumbuh—begitulah bahasa yang boleh kita pakai—kalau keinginan dikurangi. Bukan dengan menambah keinginan lalu tercapai, itulah kebahagiaan. Bukan! Tetapi dengan berkurangnya keinginan, lenyapnya keinginan, justru itulah kebahagiaan yang benar.

“Apakah mungkin, Bhante, melenyapkan keinginan, membuang keinginan, hidup di masyarakat, baik sebagai bhikkhu, rohaniwan ataupun sebagai perumah tangga?” Memang sulit, dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita hanya selektif, menyeleksi keinginan. Mengapa? Karena kalau keinginan bertambah, maka masalah bertambah. Kalau masalah bertambah, penderitaan bertambah. Ini bukan dalil agama, Ibu, Bapak & Saudara, ini adalah hukum alam. Kalau Ibu, Bapak & Saudara menambah keinginan, menambah harapan, maka waswas bertambah, gelisah bertambah, kekhawatiran bertambah, kekecewaan bertambah, penderitaan bertambah. Tetapi kalau keinginan dikurangi, maka masalah juga akan berkurang. Kalau masalah berkurang, ketegangan juga berkurang. kekhawatiran berkurang, penderitaan berkurang.

Tetapi, Ibu, Bapak & Saudara, selama Ibu, Bapak & Saudara tujuh hari mengikuti meditasi di vihara ini—meditasi yang kita kenal dengan nama Meditasi Mengenal Diri, atau boleh juga disebut meditasi Vipassana, atau hanya meditasi saja, karena nama tidaklah penting—Ibu, Bapak & Saudara bisa berlatih dan mengalami, untuk membuang hampir semua keinginan. Tidak perlu memikirkan besok masak apa, apa yang harus disiapkan, apa yang harus dikerjakan, karena semua sudah disiapkan oleh vihara ini, sederhana sudah tentu, sesuai dengan kemampuan kami, untuk membantu Ibu, Bapak & Saudara mempunyai latihan dan mengalami kondisi atau dimensi membuang keinginan secara maksimal. Tentu ada keinginan, tetapi keinginan itu keinginan yang fungsional, seperti ingin ke belakang, ingin melangkahkan kaki, makan pagi sebagai kebutuhan untuk kelangsungan fisik kehidupan ini, makan siang,
berbaring—keinginan-keinginan fungsional yang sangat terbatas. Keinginan yang lain ditiadakan.

Tetapi apakah mudah? Tidak. Meskipun Ibu, Bapak & Saudara, dan kita sudah bersepakat, selama tujuh hari ini saya tidak ingin mempunyai keinginan apa-apa; keinginan yang ada hanya sesedikit mungkin, keinginan-keinginan fungsional sehari-hari. Meskipun sudah disepakati seperti itu, keinginan itu muncul saja, mengganggu pemikiran kita. Bahkan mungkin semakin hebat, semakin hebat; apalagi Ibu, Bapak & Saudara yang belum pernah melatih meditasi, dan kali ini adalah kali yang pertama, dengan waktu yang cukup panjang, tidak hanya Jumat, Sabtu, Minggu, tetapi satu minggu.

Lalu, bagaimana cara kita untuk membuang keinginan itu? Membuang keinginan tidak dengan sederhana berucap, “Aku tidak ingin punya keinginan.” Dalam bahasa kasar, “Lho, mengapa masih muncul saja keinginan? Bukankah aku sudah sepakat untuk tidak mau punya keinginan?” Biar, Ibu, Bapak & Saudara, biar. Tidak usah marah, tidak usah merasa tidak berhasil. Tidak
usah menyalahkan diri sendiri, mengapa keinginanku masih saja berkobar-kobar, tidak bisa dibuang; dikurangi saja tidak bisa. Tidak usah marah, tidak usah menyalahkan diri sendiri, tidak usah kecewa. Keinginan yang muncul itu juga tidak usah dipadamkan. Dalam bahasa sehari-hari,
“Lho, mengapa tidak dipadamkan? Tadi di depan dijelaskan, keinginan harus dikurangi, dibuang sampai maksimal. Sekarang kalau keinginan muncul mengapa tidak boleh dipadamkan?” Kalau Ibu, Bapak & Saudara berusaha untuk memadamkan keinginan itu, maka ributlah pikiran ini. Keinginan yang muncul dilawan dengan keinginan untuk tidak mau punya keinginan. Maka keinginan perang dengan keinginan. Pusinglah, ramailah pikiran kita.

Meditasi hanya mengamat-amati saja, menyadari kalau keinginan muncul, keinginan ini keinginan itu, ingatan ini ingatan itu, mau seperti ini mau seperti itu. Tugas kita bermeditasi hanya menyadari saja; tidak memadamkan, tidak menggempur, tidak menganalisis dari mana datangnya, tidak merentang-rentang apakah ini wahyu, apakah ini vision, tidak. Kita hanya menyadari saja, menyadari dengan pasif, menyadari dengan pasif. Nanti keinginan-keinginan itu padam sendiri. Padam bukan dengan keinginan untuk dipadamkan, hanya disadari, disadari, disadari saja.

Itulah secara garis besar latihan Ibu, Bapak & Saudara selama seminggu ini. Tidak perlu doa, tidak perlu meminta-minta, tidak perlu mengharap berkah dari siapa pun, tidak ada ritual-ritual, upacara-upacara yang harus ditaati. Tetapi sadarilah pikiran, perasaan, jasmani; jasmani, perasaan, pikiran. Guru-guru meditasi sering menulis, kemukjizatan itu bukan kalau
kita bisa terbang, kemukjizatan itu bukan kalau kita bisa melihat makhluk-makhluk halus, kemukjizatan itu bukan pada saat kita duduk meditasi mengalami yang aneh-aneh; tetapi kemukjizatan itu pada waktu kita berjalan kita menyadari langkah kaki kita yang menempel di bumi ini; itulah kemukjizatan, kalau hal itu boleh disebut kemukjizatan.
Kemukjizatan bukan membaca pikiran orang, melihat makhluk halus, pergi ke alam lain, melainkan mampu menyadari timbulnya pikiran sendiri apa pun juga, mampu menyadari timbulnya perasaan sendiri apa pun juga.

Oleh karena itu, di dalam meditasi ini semua menjadi obyek: pikiran yang disebut baik, tidak baik, pikiran bagus, pikiran luhur, pikiran dosa, pikiran jorok, ingatan masa lalu, kenangan yang pahit, kenangan yang manis, khayalan, rencana segala macam, semuanya mempunyai fungsi yang sama: diperhatikan. Pikiran yang baik juga diperhatikan, pikiran yang buruk juga diperhatikan.
Dan tidak usah dinilai: ini baik, ini buruk. Perasaan senang timbul juga diperhatikan, perasaan tidak senang timbul juga diperhatikan; perasaan sedih timbul diperhatikan, perasaan gembira timbul juga diperhatikan, tidak dicegah, tidak dibesar-besarkan. Dan tidak usah diberi nama: “O, ini senang; o, ini tidak senang.” Untuk menjelaskan, memang, saya menggunakan kalimat: “Perasaan senang diperhatikan, perasaan tidak senang diperhatikan.” Tetapi di dalam praktik, sadari saja. Tidak usah diberi label, diberi nama: “O, ini senang, ini tidak senang.” Karena kalau kita memberikan nama, nanti kekuatan senang menjadi lebih besar, kekuatan tidak senang menjadi lebih besar. Kita lebih serakah pada yang menyenangkan, kita lebih benci pada yang tidak menyenangkan, karena konsep senang dan tidak senang dipertajam dalam meditasi dengan memberikan label, “O, ini senang, ini tidak senang.”

Jadi, kalau ada perasaan yang mengganggu, disadari saja, “O, perasaan begini,” sudah cukup. “O, pikiran muncul; o, pikiran muncul,” cukup. Di dalam penjelasan-penjelasan bahkan dikatakan, dalam meditasi yang sering dikenal dengan sebutan vipassana itu, pada tingkat-tingkat tertentu di dalam teori dikatakan akan timbullah yang disebut nyana, pengetahuan bukan dari hasil pemikiran intelektual, bukan dari hasil berfikir, tetapi hasil dari meditasi. Pengetahuan hasil meditasi itu pun juga kotoran batin yang halus, vipassana-upakilesa. Jadi, apa fungsi kita? Fungsi kita hanya menyadari saja, menyadari, pasif, menyadari, pasif. Tidak menjadi kebanggaan, tidak menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. karena kalau dikelompokkan pengetahuan yang muncul dari meditasi itu juga kelompok kotoran batin yang halus. Jadi diperhatikan saja.

Dengan memperhatikan, memperhatikan, memperhatikan, maka keinginan itu akan padam, padam, padam. Padamnya keinginan itulah lenyapnya penderitaan. Istilah ‘lenyapnya penderitaan’ lebih tepat kalau ingin digunakan, daripada menggunakan “kebahagiaan”. Lenyapnya penderitaan itulah “kebahagiaan yang benar” dalam tanda petik. Daripada menggunakan istilah “kebahagiaan”, ‘lenyapnya penderitaan’ menjadi kalimat yang lebih tepat
untuk menamakan padamnya keinginan.

Ibu, Bapak & Saudara,

Gunakanlah waktu tujuh hari ini untuk mengamati jasmani, langkah kaki, nafas, perasaan yang timbul, pikiran, termasuk ingatan, kenangan. Tidak usah tegang, tetapi tidak malas. Dalam bahasa Jawa dikatakan jangan ndlenger. Dalam bahasa gaul, banyak anak-anak muda yang ikut meditasi, mereka mempunyai istilah, “O, kalau kita ingin ikut vipassana, ingin ikut MMD ini, harus ‘sersan’,” katanya. Apa itu ‘sersan’? Serius tapi santai. Kalau serius saja, maka nanti keinginan akan muncul, keinginan “Saya ingin bermeditasi sungguh-sungguh, saya ingin membuang keinginan sungguh-sungguh,” apalagi kalau, “Saya ingin mendapatkan pengalaman yang aneh-aneh.” Serius. Ya, keinginan justru berkembang, bertambah, bukan berkurang. Tetapi kalau santai, tidak menghadirkan kesadaran, santai saja, banyak tidur—kalau nanti tidur di ruang tidur tidak enak, ya duduk di tempat meditasi tetapi tidur—ya, itu terlalu santai. Meditasi menghadirkan kesadaran dengan wajar; menghadirkan kesadaran itu yang oleh anak-anak muda di katakan serius, tetapi wajar, wajar itulah santai. Serius tapi santai, santai tapi kesadaran harus hadir.

Ibu, Bapak & Saudara,

Semogalah selama tujuh hari, Dr. Hudoyo akan mendampingi, memberikan bimbingan, Ibu, Bapak & Saudara akan mendapatkan kemajuan. Kalau saya menyebutkan ‘kemajuan’ di sini adalah mampu melihat pikiran, mampu melihat perasaan, mampu melihat gerak-gerik jasmani dengan kesadaran. Paling tidak kita mengalami berkurangnya keinginan. Pada saat keinginan berkurang itulah mulai bebas dari penderitaan.

Dan nanti setelah selesai meditasi ini, Ibu, Bapak & Saudara pulang ke rumah, Ibu, Bapak & Saudara bisa menggunakan pengalaman selama tujuh hari ini untuk menghadirkan kesadaran dalam keseharian. Karena tidak ada gunanya mengikuti retret kalau kesadaran dalam keseharian tidak dihadirkan.

Apalagi di antara saudara-saudara kita ada yang bangga, “O, saya sudah ikut retret sepuluh kali, Anda baru berapa kali, baru dua kali?” Tidak menjadi ukuran, sepuluh kali atau dua puluh kali ikut retret, tidak menjadi ukuran sejauh mana penderitaan berkurang, kebebasan bisa dialami.
Tetapi menghadirkan kesadaran itulah yang penting, di vihara ini maupun dalam kehidupan Ibu, Bapak & Saudara sehari-hari.

Semogalah latihan ini bermanfaat. Terima kasih.

Labels: