Surat seorang murid: Hampir Dua Bulan

1/28/2009 06:49:00 AM / /

Guru...
Hampir dua bulan saya mencoba berbisnis.Dan selama itu pula saya merasakan gejolak yang turun naik. Kadang saya merasakan ide-ide bermunculan dan selanjutnya menelan saya dalam semangat untuk mengerjakannya. Dilain waktu ide-ide itu terasa hambar, seperti makanan kemarin... dingin, hampir basi, tidak lagi mengundang selera. Kemudian ada saat saya merasa amat yakin bahwa saya bisa sukses. Dikali lain saya merasakan ketakutan yang amat besar tentang kehilangan uang, tentang jalan yang saya pilih, tentang masa depan.

Jiwa saya masih labil Guru,
Mungkin saya masih dalam proses transisi. Karena sebelumnya saya tidak perlu pusing memikirkan cara mendapatkan uang. Dan sekarang saya harus bertanggung jawab kepada diri sendiri untuk sekedar membiayai hidup. Dibandingkan gaji saya sebelumnya, apa yang saya dapatkan ini baru 12.5% nya saja. Entah mungkin karena sebelumnya gaji karyawan saya memang besar, atau mungkin juga karena pendapatan bisnis saya yang kecil.

Ah Guru...
Kadang tergoda saya untuk kembali lagi jadi seorang karyawan. Tapi entah mengapa saya terus berada disini. Saya teringat dirimu pernah berkata: "Barang siapa yang bisa memandang ketakutannya, tidak akan pernah lagi menjadi orang yang sama". Dan disini saya memandangnya tanpa langsung berlari...

Guruku tersayang,
Malu rasanya bila ada yang bertanya tentang pekerjaan. Sungguh sulit menjawabnya. Bila saya berkata aktifitas saat ini adalah berbisnis, pasti dia akan mengejar "bisnis apa?". Bila saya jawab sedang bisnis batik, pasti dia akan kembali bertanya "masukin kemana?". Kemudian saya harus menjawab bahwa pengiriman saya terakhir adalah ke beberapa kota dan sebuah negara. Lalu saya dikira pebisnis yang banyak uang. Padahal apa yang saya kirimkan hanya berupa hitungan puluhan pcs saja. Belum pantas diceritakan, hasilnya juga belum seberapa, tapi pertanyaan itu akan selalu muncul untuk dijawab...

Apalagi jika bertemu dengan saudara-saudara yang mempertanyakan kenapa saya keluar dari pekerjaan yang mapan. Atau kenapa saya tidak bekerja di perusahaan dimana mayoritas teman-teman kuliah saya sekarang bekerja. Industri yang sedang menjadi primadona. Terpandang, dan mulai menata keluarga.

Guru...
Maaf jika semua ini terdengar seperti keluh kesah... Tapi inilah saya yang yang bersimpuh jujur bercerita kepada mu Guru, juga kepada diri sendiri. Karena saya masih teringat apa yang kau ucapkan, bahwa kejujuran adalah langkah awal untuk maju. Mengakui kondisi saat ini untuk bertindak. Menerima saya apa adanya agar bisa berbuat yang terbaik untuk saat ini.

Guru...
Tak terasa hampir 2 bulan saya telah lewati hari-hari seperti ini. Jika memang ini adalah fase saya bertemu rasa takut, bertemu rasa bingung, bertemu kebimbangan...biarlah...saya ikhlas... toh semua pendaki gunung pasti pernah merasakan tersesat dalam perjalanannya menuju puncak, biasa mengalami kebingungan menentukan arah di pekat malam, seringkali merasa takut dan khawatir dalam pendakian asing. Menggigil menahan dingin yang menusuk... Dan mengapa pula dia tidak tinggal di rumah saja? Berbaring di kasur hangat, nonton dvd beserta camilan?

Akan saya ingat ilustrasi pertanyaanmu terakhir itu Guru, bukan untuk dijawab tp untuk terus ditanyakan pada diri sendiri pada saat takut, bingung, dan bimbang datang menyapa...

salam...muridmu...

Labels:

2 comments:

Anonymous on Wednesday, January 28, 2009 8:10:00 PM

Muridku... :P

Keep Fight ..

Comment by Awan on Friday, January 30, 2009 7:18:00 AM

wah salah satu Guruku muncul...

terima kasih guru... :)

Post a Comment