Kearifan Bukan Timbunan Pengetahuan

5/24/2008 01:19:00 AM / /

_
Pondok itu terletak tinggi di atas gunung, dan untuk sampai ke sana orang harus menyeberangi padang pasir yang lebar dengan mobil, melewati banyak kota kecil, dan melalui kebun-kebun mewah dan tanah-tanah pertanian subur yang telah direklamasikan dari padang pasir dengan irigasi dan kerja keras. Ada satu kota kecil yang amat nyaman dengan lapangan-lapangan rumput hijau dan pohon-pohon besar rindang, karena di dekat situ terdapat sebatang sungai yang mengalir turun dari pegunungan yang jauh langsung ke tengah padang pasir. Setelah melewati kota ini, dengan menyusuri sungai yang bergemuruh, jalan terbentang menuju puncak gunung yang berselimut salju. Sekarang tanah berbatu-batu, gundul dan gersang, tetapi terdapat banyak pepohonan di sepanjang tepi sungai. Jalan berbelok-belok, mendaki makin lama makin tinggi, dan menembus hutan-hutan pinus tua dengan bau sengatan matahari di sela-selanya. Udara menjadi sejuk dan segar, dan tidak lama kemudian kami tiba di pondok itu.

Setelah beberapa hari, ketika ia terbiasa dengan kami, seekor tupai berwarna merah-hitam sering datang dan duduk di ambang jendela dan seakan-akan mencela kami. Ia ingin mendapat kacang. Setiap tamu agaknya memberinya makan; tetapi akhir-akhir ini tidak banyak tamu datang, dan ia ingin menabung untuk musim dingin mendatang. Tupai itu sangat giat dan ceria, dan ia selalu siap mengumpulkan apa saja untuk menghadapi bulan-bulan mendatang yang dingin dan bersalju. Sarangnya berada di lubang sebuah pohon yang sudah mati selama bertahun-tahun. Tupai itu akan merenggut sebuah biji, lari menyeberangi lapangan menuju ke pohon itu, menaiki batangnya dengan suara bising, marah dan mengancam, lenyap ke dalam sebuah lubang, lalu menuruni batang itu begitu cepat sampai kami mengira ia pasti akan jatuh; tetapi ia tidak pernah jatuh. Kami menghabiskan waktu sepanjang pagi memberinya sekantung kacang; ia menjadi sangat bersahabat dan mendekat sampai masuk ke kamar, bulunya berkilat dan matanya yang seperti manik-manik besar bercahaya. Cakarnya runcing, dan ekornya berbulu tebal. Ia seekor binatang kecil yang ceria, penuh tanggung jawab, dan ia seakan-akan menguasai seluruh lingkungan di situ, karena ia menghalangi tupai-tupai lain masuk ke situ.

Ia seorang laki-laki yang menyenangkan, dan ingin memperoleh kearifan. Ia ingin mengumpulkannya seperti tupai itu mengumpulkan kacang. Sekalipun ia tidak kaya, agaknya ia sudah banyak bepergian, karena ia berjumpa dengan banyak orang di banyak negara. Tampak pula ia banyak membaca, karena ia menyebutkan satu dua kalimat dari seorang filsuf atau orang suci. Katanya ia mampu membaca bahasa Yunani dengan mudah, dan memahami sedikit bahasa Sanskerta. Ia mulai merasa tua dan ingin mengumpulkan kearifan.

Dapatkah orang mengumpulkan kearifan?

"Mengapa tidak? Pengalamanlah yang membuat orang arif, dan pengetahuan penting bagi kearifan."

Dapatkah orang yang menimbun menjadi arif?

"Hidup adalah proses pengumpulan, berangsur-angsur membangun karakter, pengungkapan yang berlangsung perlahan-lahan. Bagaimana pun juga pengalaman adalah penyimpanan pengetahuan.
Pengetahuan penting bagi semua pemahaman."

Apakah pemahaman timbul bersama pengetahuan, bersama pengalaman? Pengetahuan adalah sisa pengalaman, pengumpulan dari masa lalu. Pengetahuan, kesadaran [consciousness], adalah selalu dari masa lalu; pernahkah masa lalu memahami? Tidakkah pemahaman muncul pada selang waktu ketika pikiran hening? Dan dapatkah upaya untuk memperpanjang atau mengumpulkan saat-saat hening itu membawa pemahaman?

"Tanpa pengumpulan, kita tidak mungkin ada; tidak akan terdapat kelangsungan pikiran, tindakan. Pengumpulan adalah karakter; pengumpulan adalah kearifan. Kita tidak mungkin ada tanpa pengumpulan. Jika saya tidak tahu struktur mesin, saya tidak mungkin memahaminya; jika saya tidak tahu struktur musik, saya tidak akan mampu menghargainya secara mendalam. Hanya mereka yang dangkal menikmati musik. Untuk menghargai musik, Anda harus tahu bagaimana musik itu diciptakan, disusun. Mengetahui berarti mengumpulkan. Tidak mungkin ada penghargaan tanpa mengetahui fakta-faktanya. Suatu bentuk pengumpulan diperlukan bagi pemahaman, yang adalah kearifan."

Untuk menemukan harus ada kebebasan, bukan? Jika Anda terbelenggu, terbebani, Anda tidak bisa pergi jauh. Bagaimana bisa ada kebebasan jika ada pengumpulan dalam bentuk apa pun? Orang yang mengumpulkan, baik uang maupun pengetahuan, tidak akan pernah bebas. Anda mungkin bebas dari kerakusan terhadap benda-benda, tetapi kerakusan terhadap pengetahuan adalah juga belenggu, kerakusan itu mencengkeram Anda. Apakah jiwa yang terikat pada suatu bentuk pemilikan mampu menjelajah jauh dan menemukan? Apakah kearifan itu pengumpulan? Dapatkah jiwa yang mengumpulkan kearifan menjadi arif? Tidakkah kearifan itu kebebasan dari proses menjadi? Karakter bisa menjadi ikatan pula. Kearifan tidak pernah menjadi ikatan, tetapi semua pengumpulan adalah ikatan.

"Bagaimana mungkin terdapat kearifan tanpa pengalaman?"

Kearifan dan pengetahuan tidak sama; keduanya adalah dua hal yang berbeda. Pengetahuan adalah pengumpulan pengalaman; itu adalah kelangsungan pengalaman, yang adalah ingatan. Ingatan dapat dipupuk, diperkuat, dibentuk, dikondisikan; tetapi apakah kearifan perluasan ingatan? Apakah kearifan sesuatu yang mempunyai kelangsungan? Kita memiliki pengetahuan, pengumpulan dari zaman ke zaman; tetapi mengapa kita tidak menjadi arif, bahagia, kreatif? Apakah pengetahuan menghasilkan kebahagiaan? Mengetahui, yang adalah pengumpulan pengalaman, bukanlah mengalami itu sendiri. Mengetahui menghalangi orang dari mengalami. Pengumpulan pengalaman adalah proses terus-menerus, dan setiap pengalaman memperkuat proses ini; setiap pengalaman memperkuat ingatan, menghidupkannya. Tanpa reaksi terus-menerus dari ingatan, ingatan akan segera pudar. Pikiran adalah ingatan, kata, pengumpulan pengalaman. Ingatan adalah masa lalu, pikiran. Pikiran adalah yang dikumpulkan; bagaimana mungkin pikiran pernah bebas untuk menemukan yang baru? Ia harus berakhir agar yang baru bisa muncul.

"Saya dapat memahaminya sampai titik tertentu; tetapi tanpa pikiran, bagaimana mungkin ada pemahaman?"

Apakah pemahaman merupakan proses dari masa lalu; ataukah ia selalu ada pada masa kini? Pemahaman berarti tindakan pada masa kini. Tidakkah Anda pernah mengamati bahwa pemahaman berada pada saat kini, bahwa ia tidak berasal dari waktu? Apakah Anda memahami sesuatu secara berangsur-angsur? Pemahaman selalu berlangsung seketika [immediate], sekarang, bukan? Pikiran adalah hasil dari masa lalu; ia dilandasi oleh masa lalu, ia respons dari masa lalu. Masa lalu adalah yang dikumpulkan, dan pikiran adalah respons dari pengumpulan. Jadi, bagaimana mungkin pikiran memahami? Apakah pemahaman suatu proses yang disadari? Apakah Anda dengan sengaja mulai memahami? Apakah Anda memilih untuk menikmati keindahan suatu malam?

"Tetapi bukankah pemahaman itu suatu upaya yang disadari?"

Apakah yang kita maksud dengan kesadaran? Bukankah kesadaran itu respons terhadap tantangan, terhadap rangsangan, baik menyenangkan maupun menyakitkan? Respons terhadap tantangan inilah pengalaman. Pengalaman adalah menamai, memberi istilah, menghubungkan. Tanpa penamaan, tidak akan ada pengalaman, bukan? Seluruh proses tantangan, respons, penamaan, pengalaman, itulah kesadaran, bukan? Kesadaran selamanya adalah proses masa lalu. Upaya yang disadari, kemauan memahami, mengumpulkan, kemauan untuk ada, adalah kelangsungan masa lalu, yang mungkin dimodifikasikan, tetapi tetap masa lalu. Bila kita berupaya untuk ada atau menjadi sesuatu, sesuatu itu adalah proyeksi diri kita sendiri. Bila kita berupaya secara sadar untuk memahami, kita mendengar kebisingan pengumpulan kita sendiri. Kebisingan inilah yang menghalangi pemahaman.

"Jadi apakah kearifan itu?"

Kearifan ada ketika pengetahuan berakhir. Pengetahuan memiliki kelangsungan; tanpa kelangsungan tidak akan ada pengetahuan. Semua yang memiliki kelangsungan tidak mungkin bebas, menjadi baru. Hanya ada kebebasan bagi yang mempunyai akhir. Pengetahuan tidak mungkin baru, ia selalu menjadi tua. Yang tua selalu menyerap yang baru dan dengan demikian memperoleh kekuatan. Yang tua harus berakhir agar yang baru muncul.

"Dengan kata lain, Anda berkata, pikiran harus berakhir agar kearifan muncul. Tetapi bagaimanakah pikiran berakhir?"

Pikiran tidak akan berakhir melalui disiplin, latihan, paksaan apa pun. Si pemikir adalah pikirannya, dan ia tidak dapat menggarap dirinya sendiri; jika dilakukannya itu, itu hanya penipuan diri. Ia *adalah* pikiran, ia tidak terpisah dari pikiran; ia mungkin beranggapan ia berbeda, berpura-pura tidak sama, tetapi itu hanyalah kecerdikan pikiran untuk memberi dirinya kekekalan. Bila pikiran mencoba mengakhiri pikiran, ia hanya memperkuat dirinya. Apa pun yang dilakukannya, pikiran tidak dapat mengakhiri dirinya. Hanya apabila kebenaran ini terlihat, pikiran akan berhenti. Kebebasan hanya terdapat dalam melihat kenyataan *apa adanya*, dan kearifan adalah persepsi terhadap kenyataan itu. *Apa adanya* tidak pernah statis, dan agar dapat waspada secara pasif terhadapnya harus ada kebebasan dari segala pengumpulan.***

J Krishnamurti

Labels:

0 comments:

Post a Comment