Alasan

9/13/2008 11:53:00 PM / /

Banyak yg menanyakan alasan saya berhenti bekerja. Mengapa harus resign ketika kondisi kontrak masih panjang dengan gaji cukup, lingkungan nyaman dan juga karir yang menjanjikan ? Ada yang menyangka bahwa mungkin saya ada masalah di dalam pekerjaan. Ada yg mengira-ngira bahwa saya sudah diterima di tempat lain dengan gaji yg lebih besar. Ada juga yang berasumsi bahwa saya mau memulai kembali petualangan saya setelah terlalu lama berada di zona aman. Dan saya tidak menemukan jawaban yang bisa memuaskan rasa ingin tahu mereka yg coba menerka-nerka alasan dari keputusan yg saya ambil. Bahkan jika mau jujur, saya sendiri tidak bisa memberikan jawaban sederhana pada diri sendiri selain: memang begini adanya :)

Jangankan ditanya mau kemana dan mau apa, la wong alasannya saja saya tidak menemukan yg prinsipil.

Saya memang beberapa kali berpindah-pindah pekerjaan. Saya temukan bahwa semenjak kelulusan belum pernah saya menetap selama genap satu tahun bekerja di suatu tempat. Juga di Nanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai alam yg menakjubkan ini, kurang beberapa minggu untuk berkata genap 1 tahun. Namun jika sebelumnya saya tahu pasti alasan resign dan apa yg ingin saya lakukan. Kali ini saya tidak benar2 tahu alasannya tapi yakin bahwa keputusan ini yg harus saya ambil. Entah kenapa akhir2 ini alasan dan keinginan tidak begitu penting lagi dalam pikiran saya. Saya lebih mencintai tiap moment yg saya lewati tanpa berusaha melabeli dengan parameter-parameter yg menunjukkan ketidak-puasan di masa kini dan menjanjikan sesuatu di masa depan.

Ada yang bilang jika kita tidak punya keinginan maka hidup akan statis dan menjemukan. Ada yang berkata bahwa ketidak-puasanlah yang membuat hidup kita maju. Ada juga yang bilang kalau kita terlalu cepat puas maka kita akan terlindas oleh roda kehidupan yang selalu bergerak.

Tapi saya temui hal yang lain dalam menghidupi tiap detik saat-saat yang saya lalui. Jika sebelumnya saya maju dengan ketakutan dan kekhawatiran, kali ini saya maju dengan sekedar maju.

Maksud saya, bagaimana tanaman tahu bahwa ini saatnya bertumbuh keatas? bagaimana dia tahu bahwa inilah saatnya menumbuhkan kuncup? bagaimana anak burung tahu bahwa ini saatnya menerima makanan dari induk ataupun saat untuk jatuh dari ketinggian untuk belajar terbang? Mungkinkah semua ini adalah sebuah proses yang alami?

Adalah pikiran manusia yang menganalisa bahwa burung ini memiliki waktu sekian minggu untuk disusui induknya, sekian minggu untuk belajar terbang. Atau bunga ini akan muncul dalam waktu sekian bulan dan bunga yang itu akan muncul dalam beberapa tahun. Banyak orang dengan pikirannya mengkotak-kotakkan, menganalisa, memecah-mecah dalam fase2 untuk mencoba menemukan alasan dan memastikan masa depan. Padahal bisa jadi itu semua adalah proses kehidupan yang dijalani oleh tiap makhluk secara alamiah. Tidak cukup dengan itu, kita memecah2 hidup kita sendiri dengan berbagai label dengan dalih untuk belajar dari masa lalu agar mendapatkan yang lebih baik di masa depan dan kemudian terperangkap dalam ketakutan dan kebingungan akan ketidak-pastian. Banyak orang termakan analisa-nya sendiri. Tidak terkecuali saya, seringkali seperti itu.

Sering saya berkata untuk memandang sesuatu secara holistik tanpa mengalaminya sendiri dan membiarkan itu hanyalah menjadi sebuah pengetahuan intelektual.

Saat ini saya yakin bahwa tiap makhluk tahu kpn waktunya masing-masing untuk melakukan sesuatu dalam suatu waktu. Saat inilah tumbuhan memekarkan bunganya, saat sekarang anak ayam berciap-ciap mengikuti induk, saat ini semut melayani ratunya. Namun apa yang membuat banyak orang tidak mengetahuinya adalah karena ukuran-ukuran yang dibuat oleh diri sendiri berdasarkan kehidupan orang lain. Wah, dia sudah lulus, saya belum. Wah dia sudah kerja dengan gaji sekian, saya belum. Wah dia sudah punya anak dua saya belum, Wah dia sudah punya rumah, saya belum. dll.

Disaat kita mengukur diri kita sendiri dengan realitas luar, maka disaat itulah kita mengingkari bahwa kita adalah bagian dari alam semesta yang unik dan memiliki kebijaksanaan sendiri-sendiri untuk menjalani tiap momen kehidupan dalam waktunya masing-masing.

Seperti kata-kata Oracle pada Neo:
"...being the one is just like being in love. No one needs to tell you you are in love, you just know it, through and through."

Labels:

5 comments:

Comment by Aliep "aWik " Purwandono on Wednesday, September 17, 2008 6:30:00 AM

ya memang hidup harus kita lalui hari perhari
jangan terlalu memikirkan masa depan yang sering jadi beban
atau mengukur dengan ukuran orang lain
karena hanya kita dan tuhan saja yang paling tahu diri kita

JUST DO IT!!!!!

Comment by Awan on Friday, September 19, 2008 1:39:00 AM

:)

Anonymous on Monday, October 06, 2008 4:58:00 PM

chaos theory..
nilai suatu grafik yang random, tapi bagaimanapun hasilnya dia akan membentuk lukisan yang terpola.
cuma masalahannya saat ini adalah 1 pertanyaan dari temen2, mau kemana habis ini pak?
itu aja sih.. :D

Comment by Andhien's Journey on Monday, October 06, 2008 9:28:00 PM

hmm...jd iri
andai aku bs melakukan apa yg aku mau!

Comment by Awan on Sunday, October 12, 2008 1:57:00 AM

@catastrophe:
pengen bertapa dulu beberapa bulan, sbelum turun gunung ke dunia persilatan lagi :p numpang nikmatin kesejukan daerahmu bentar ya...hehehe...
kang, tak sms nomermu rak mlebu po?

@andhien:
u can.. u always can if u allow urself to realize ur being :)

Post a Comment