Jeda dan Waktu.

12/19/2007 10:22:00 PM / /

Seperempat abad sudah kulewati hidup. Ada senang, sedih, sakit, sehat, nikmat, sengsara, tangis dan sering kali tawa. Aku tahu berat memang tantangan kedepan. Aku tahu aku hanya salah satu pejalan hidup yang tak berarti apa”. Atau dalam bahasaku, From Nothing To Nowhere.
Aku rasai hidupku seperti mendaki pegunungan. Ada kala harus mendaki. Terjal dan berkeringat. Seringkali aku kepayahan dan harus sejenak berhenti. Ada naik, ada turun dan kadang mendatar. Aku nikmati semua itu senikmat-nikmatnya. Memang, kadang aku tak kuasa menahan berat beban di pundak. Jeda. Itu kata yang cukup mewakili. Dalam pendakian, sering aku harus berhenti. Sekedar untuk minum, melemaskan kaki dan melihat alam sekitar. Puncak gunung memang penting, tapi perjalanan yang mengasikkan seringkali lebih penting.
Serupa dengan itu. Hidup tak melulu tujuan, target ataupun cita-cita. Sering kali proses kesana begitu nikmat untuk dirasakan. Bahkan mungkin itu yang terpenting. Seringkali kita mendapat pelajaran didalamnya. Dan dalam proses itu aku sering kali kepayahan. Ketika itu jeda sering kali dibutuhkan. Untuk ‘men-charge’ semangat yang mulai memudar.
Aku tak muda lagi. Angka dua puluh lima adalah angka penting. Seringkali ulang tahun ke dua puluh lima dirayakan dengan pesta. Apakah itu umur seseorang, ataupun sebuah mahligai perkawinan. Duapuluh lima adalah milestone menuju pendewasaan. Karenanya tak seharusnya aku terus bersikap kekanak-kanakan. Meski terkadang itu perlu. Sekedar untuk istirahat sejenak dari proses pendewasaan yang menguras tenaga. Sekedar jeda sesaat.
Aku bersyukur kepada Tuhan. Dia masih mau memberi pada hampanya yang papa ini. Terlalu banyak nikmat yang Dia beri. Dan seringkali aku tak bersukur karenanya. Maafkan aku Tuhan. Maafkan aku yang selama ini menyianyiakan begitu banyak nikmatmu. Terutama waktu.
Waktu. Dimensi yang melengkapi dimensi ruang. Besaran yang ternyata sangat relatif. Seringkali aku merasa waktu itu pendek ketika membaca sebuah buku. Atau main game jaringan dengan teman-teman. Seringkali waktu itu terasa begitu panjang. Ketika harus berhenti dilampu merah ditengah hujan dan macet yang sangat. Atau menunggu seseorang yang telah lama dinanti.
Waktu, kata-kata pendek dengan berbagai makna. Dan Tuhan menganugrahkan kepadaku tanpa imbalan. Dia hanya minta pertanggungan jawab. Mulai sekarang, akan ku intensifkan penggunaanya. Itu mungkin wujud rasa syukur tertinggi yang bisa aku lakukan. Mengisinya dengan kegiatan positif dan membangun. Semoga.
Terima kasih Tuhan.

Labels:

4 comments:

Comment by Awan on Friday, December 28, 2007 4:07:00 AM

dan krn waktu yg ada, membuat kita mengenang yg telah lalu...

Comment by Aliep "aWik " Purwandono on Friday, December 28, 2007 6:33:00 AM

kata-kata yang bagus...
mungkin memang kita harus sesekali mengenang masa lalu..
minimal sebagai pelajaran..
pelajaran 12 semester(yang ini aku alami..hehehe...)

Comment by Unknown on Sunday, January 06, 2008 6:11:00 PM

wakakak.......salut men...
perjalannmu akan menyenangkan...yakin..
sakit senang tetaplah kenikmatan(dalam cara dan rasa yg berbeda) :)

Comment by Aliep "aWik " Purwandono on Monday, January 07, 2008 7:49:00 PM

iya sih..
memang semuanya tergantung gimana kita menyikapi dan berekasi terhadap hal tersebut.
tapi memang kadang aku masih susah untuk berekaksi positif jika ada aksi negatif. masih perlu latihan dan kerja keras.
pengenya si kayak pohon mangga di pinggir jalan, ditimpukin batu tapi ngasihnya buah. tapi hesek pisan oey.

sory jika ngaco...
hehehe....

Post a Comment