WE SURE, CAN CHANGE THE WORLD!
Berbahagialah kalian yang tidak membaca tulisan ini sampai akhir.
Benarkah impian George W. Bushyet tentang masa depan Amerika adalah mimpi buruk bagi umat manusia, seperti yang dicatat oleh Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies dari Inggris dalam ‘American Dream Global Nightmare’?
Coba simak fakta ini... Empat orang intelijen Amrik terbunuh di Falujjah. Dan itu adalah jumlah yang cukup banyak untuk Bush mengultimatum 300 ribu penduduk Falujjah hengkang dari tanah mereka dalam selambat-lambatnya 10 hari. Di hari ke-11 Bush bertitah siapapun yang masih tertinggal di Falujjah adalah teroris dan boleh dibunuh di tempat tanpa pengadilan. Titah edan Bush menimpa 100 ribu warga yang bersikeras tetap tinggal di Fallujah. Apa yang terjadi kemudian adalah ‘killing field’ yang mungkin sudah kita lihat dari foto-foto yang beredar di internet maupun mass media lainnya. Perlu diketahui, foto-foto itu bisa dipublikasikan berkat wartawan yang menyelamatkannya dengan merenangi sungai Eufrat, menghindari penggeledahan tentara Amrik.
Tentang takdir dan kepasrahan
Dalam pembinaan, aku mendapat pemahaman mengenai Qada dan Qadar, mengenai takdir, mengenai hal-hal yang kita kuasai dan hal-hal yang menguasai kita. Dan itu diamini juga oleh Stephen R. Covey dalam bukunya ‘7 Habits of Highly Effective People’. Pengertian Qada dan Qadar hingga kini masih melahirkan banyak perdebatan, tapi, untuk sementara aku lebih cenderung pada penjelasan yang ini. Coba bayangkan 2 lingkaran. The 1st circle is what God gives us to tell what it is. The 2nd is what God telling us what it is. The 1st circle is what we are. The 2nd circle is who we are. Kita dalam lingkaran kedua adalah orang Indonesia, berkulit gelap, berambut keriting, dan seterusnya. Kita dalam lingkaran pertama adalah jari mana yang kita angkat buat Bush, apakah jempol ataukah jari tengah.
Now, either you with us or with the stupid who said ‘there’s no way but to live the global capitalism, democracy, whatsofuckin’ever’.
Washington Irvin mengatakan bahwa 90% nasib buruk yang menimpa kita disebabkan oleh pola sikap mental kita yang memaklumi (letting) keadaan buruk yang menimpa kita. Self excusing attitude ini jelas wagu kalo disama-samain dengan konsep tawakal dalam Islam. Al-Qur’an sudah banyak menjelaskan bahwa tawakal adalah proses membiarkan hasil setelah didahului oleh usaha keras sebelumnya. Jadi, ‘letting after creating’. Dr. Denis Wetley membedakan antara orang berprestasi rendah dan tinggi pada sikap letting dan creating. Apakah kita letting atau creating? Kata Al-Qur’an “lettinglah after creating...” Ya gitu deh.
Michael Angier merumuskan ‘10 cara mengubah dunia’ dengan cukup bagus. Yup, 10 things to think about if you want to change the world. Here it goes...
Pertama, tentu saja sadarilah bahwa perubahan itu perlu. Caranya adalah melek. Manusia tidak akan berpikir untuk berubah kecuali dia melihat adanya fakta yang rusak yang harus diubah menjadi lebih baik. Tentu saja fakta yang rusak itu bukan materi. Baik-buruk, benar-salah itu nilai, bukan materi. Jadi harus ada pemahaman tentang apa itu kerusakan. Untuk mengihsas (mengindera) kapan satu fakta kita nilai sebagai ‘rusak’ dan ‘tidak baik’ inilah yang disebut dengan ihsasul fikri.
Berpikir melakukan perubahan tentu harus pula memiliki konsep akan bagaimana fakta yang baik disamping menyadari fakta yang rusak. Kalau tidak seperti itu tidak akan ada pemikiran untuk berubah, yang ada adalah sikap letting seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Pikirkanlah tentang tragedi Falujjah tadi, atau ingat-ingatlah kejadian di Pattani Thailand. Dulunya Pattani adalah termasuk negeri muslim yang berjaya selama 67 tahun lamanya. Nilai-nilai Islam yang agung dianut dan diterapkan di sana. Kini hampir 100 tahun sejak dianeksasi oleh Thailand lewat perjanjian Bangkok yang diteken bareng oleh Inggris dan Thailand tahun 1909, sejarah Pattani adalah sejarah yang penuh luka.
Kita tahu bagaimana Thailand. Negara bejat ini banyak mendapat devisa dari wisata seksualnya, dan Pattani menjadi bagian dari negara menjijikkan ini.
Penduduk muslimnya yang senantiasa menjunjung nilai-nilai moral kemanusiaan, harga diri, dan kehormatan ini kini diintimidasi dan selalu dipandang dengan mata sinis sebagi penyebar teror. Terakhir kita mendengar ribuan dari mereka dibantai saat mereka menunaikan kewajibannya berdakwah unjuk rasa menyampaikan al-haq kepada penguasa. Mereka melakukan itu di bulan ramadhan, dimana saat itu mereka juga tentu sedang menunaikan kewajiban lainnya yaitu berpuasa.
Di TV kita melihat bagaimana tidak manusiawinya perlakuan aparat Thailand pada saudara-saudara kita itu. Mereka diikat kedua tangannya di belakang, ditambat dengan tali panjang sesama mereka seperti mencucuk ikan. Kemudian mereka ditelanjangi dari pakaian, dan ditumpuk-tumpuk sesama mereka seperti anak-anak babi yang siap disembelih. Dengan keadaan demikian itu mereka diinjak-injak dan ditendangi hingga 91 dari mereka menemui syahid.
Nah, membicarakan masalah memang tiada habisnya kan? Setiap dari kita pasti sudah kenyang membicarakannya. ‘Masalahnya’ terlalu banyak masalah yang selalu dibicarakan tapi tidak mampu menjadi entry point mengusung perubahan.
Banyak dari kita yang sehari-hari selalu menggembar-gemborkan cinta, selalu mengklaim sebagai orang yang selalu mengikuti perasaan, selalu menyeru ikutilah hati nurani, selalu menyanyikan “follow your heart, your intuition...” tapi mana manifestasinya untuk hal-hal semacam ini yang jauh lebih besar membutuhkan ‘cinta’ kita?
Mbelgedez...
Kepanjangan ya penjelasannya? Tenang, yang kedua sampai terakhir nggak akan sepanjang tadi...
Kedua, milikilah keberanian untuk mengubah dunia. Ketika baru Khadijah sang istri dan Ali sang keponakan yang menjadi pengikut Rasulullah saw., beliau rasul saat itu sudah berani menyatakan misinya; “Kelak kita akan menguasai Kerajaan besar Persia dan Romawi!”. “Mimpi kali yee!!!” Mungkin gitu kali celaan musuh-musuh islam pada saat itu. Tapi nyatanya terbukti juga Persia dan Romawi tunduk pada Khilafah Islam.
Dasawarsa pertama sejak Hizbut Tahrir masuk Indonesia, dengan hanya 10 orang pengikut, Abdurahman al Baghdadi menegaskan visinya menyatukan kembali Negara-Negara Islam.
Ketiga, percayalah akan keberadaan diri kita. If you think that you are too small to do something, try sleep with mosquito. Itu kata-kata orang terkenal yang tidak saya kenal. Jangan merasa kecil, jangan merasa remeh, jangan merasa tidak berguna. Setiap orang punya kelebihan di balik kekurangan masing-masing. Optimalkan kelebihan ini untuk menggulirkan perubahan yang kita inginkan. Sekecil apapun itu.
Sebuah konferensi besar ‘Selamatkan Indonesia dengan Syariah’ diadakan bukan hanya oleh dua tiga pembicara yang begitu memukau di hadapan audience, tapi dia hadir dari hasil sebuah kepanitiaan yang di dalamnya ada seksi konsumsi, dekorasi, kebersihan, dan lain-lain.
Sekecil apapun itu, Allah sudah menjanjikan bahwa para penghuni surga kelak tidak akan menjumpai kesia-siaan.
Keempat, fokuskan setiap kegiatan yang kita lakukan pada perubahan. Jangan tempatkan perubahan pada ruang dan waktu tersendiri dalam jadwal keseharian kita. Jadikanlah setiap nafas kita, setiap langkah kita, setiap perbuatan kita, setiap ucapan kita, sebagai sesuatu yang berarti pada perubahan. Jangan enggan mengucapkan “tolak kenaikan BBM” walaupun kita tidak berdaya dan tetap bagaimanapun juga membeli bensin untuk kendaraan kita. Ingat, ucapan “tolak kenaikan BBM” adalah lingkaran pertama yang mendefinisikan diri kita. Jangan dengarkan orang yang selalu menyerukan sabar dan pasrah untuk kenaikan BBM sebagai sesuatu yang (menurutnya) tidak bisa kita tolak.
Kelima, milikilah komitmen pada perubahan. Dengan kapasitas sekecil apapun. Walaupun gelar kita cuma MA (mahasiswa abadi), ataupun profesi kita cuma pengacara (pengangguran banyak acara), mestinya itu tidak menghalangi kita menggulirkan perubahan. Perubahan bisa dimulai kapanpun hanya dengan sebuah komitmen pada modal awalnya.
Abraham Lincoln sudah berkomitmen menghapuskan perbudakan di Amerika dalam kondisinya sebagai anak dari keluarga jelata yang miskin. Komitmennya begitu tinggi dan berpengaruh hingga meletuskan perang saudara. Mungkin usia kita bahkan tidak cukup panjang untuk sebuah perubahan, tapi lebih baik mati berdarah-darah berkalang tanah sebagai pejuang dan hasilnya baru bisa dinikmati anak cucu kita kelak, daripada hidup tenang duduk diam pasrah mengasongkan hak-hak dan harga dirinya dengan harga yang rendah.
Keenam, jadikan perubahan sebagi tanggung jawab pribadi. Jangan tunggu orang lain memperjuangkan perubahan yang kita impikan. Jangan pula melemparkan tanggung jawabnya pada orang lain. Sebaliknya, perkenalkan diri kita sebagai orang yang menginginkan perubahan, dan bangunlah kredibilitas, niscaya dukungan akan datang. Apa yang dilakukan Rasulullah pada dakwah periode Mekkah? Rasulullah juga sendiri pada awalnya. Tapi beliau tetap berani ngomong, ngomong, dan ngomong. Dan dari omongan itu berubahlah Abu Bakar, berubahlah Umar, berubahlah banyak tokoh Mekkah pada saat itu. Dan kemudian mengalir pulalah dukungan, tenaga, finansial, wilayah, senjata, dan lain sebagainya.
Ketujuh, jangan terlalu terhambat dengan hal-hal organisatoris (terus terang, aku nggak begitu paham dengan point yang ini. Nevermindlah).
Kedelapan, jangan menunggu sampai segala sesuatunya sempurna. Nasehat para ulama yang sering diperalat untuk melegitimasi fatwa haram golput dalam pemilu adalah “Jika tidak bisa meraih semuanya, jangan tinggalkan semuanya”. Nasehat itu rasanya lebih pas diterangkan dalam konteks ini. Jangan menangisi kebokekan kita, jangan merenungi kesendirian kita, jangan menyesali minimnya fasilitas kita. Lakukan perubahan sekarang dengan apa yang kita miliki.
Jubir Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto mungkin sekarang sudah mampu membeli tiket pesawat untuk berdakwah keliling Indonesia, ataupun mendapat fasilitas dari panitia karena prestasi dan jam terbangnya. Tapi beliau memulai semua itu, dakwah keliling kota-kota di Indonesia dengan bus kelas ekonomi, dengan segala keterlambatan waktu, dengan segala gerah dan bau keringat, dengan segala kesesakan penumpang dan segala pencopet kurang ajar.
Kesembilan, pupuklah imajinasi. Semua perubahan, kata Einstein, bermula dari imajinasi. Stephen Covey juga bilang bahwa semua perubahan berawal dari mental creation yang kemudian diwujudkan melalui physical creation. Shiddiq al-Jawi tidak mengelak ketika presentasi ‘Menegakkan Kembali Khilafah Islamiyah’nya dicela oleh salah seorang audience sebagai “mimpi di siang bolong” dalam sebuah seminar. Beliau mengatakan, “Memang betul! Bahwa apa yang saya dambakan adalah mimpi di siang bolong. Tapi, mimpi sekalipun akan bisa terwujud bila diperjuangkan dengan segenap daya dan upaya!”.
Kesepuluh, Mulailah dari mengubah diri kita sendiri. Yang terakhir ini juga selalu dipakai oleh Aa Gym dalam ‘M’ yang terakhir dari ‘3M’nya. Yup, “Ibda' bin-nafsik” kata Nabi. Dan rasanya yang terakhir ini tidak perlu penjelasan panjang lebar, karna kita harus segera memulai bukan?
Tapi kalau boleh menambahi satu lagi -semoga Michael Angier tidak keberatan-, yang kesebelas, kumpulkanlah teman-teman yang setuju dengan 10 hal di atas... and go rockin’!!!