Pas nonton perdebatan poligami antara Puspowardoyo dan Yoyoh Yusroh vs Musdah Mulia dan M. Bilah, aku sama temen-temen layaknya nonton srimulat. Ketawa terus. Pak Puspo emang suka asal, tapi pede. Dalilnya ndak kuat, malah suka mancing-mancing emosi lawan.
Hanya karena aku sama temen2 ndak anti poligami, maka kita ketawa2 aja dengerin celetukan2 Pak Puspo yang kerap bikin gemes Ibu Musdah Mulia.
Tapi belakangan aku sadar, mencoba empati kepada istri-istri yang resah, opini2 Puspowardoyo emang kayaknya bener meresahkan deh...
Kalo dipikir-pikir para Ibu pasti gemes juga, namun ndak bisa berbuat apa2. Keresahan mereka serius, ndak main2, ndak cari sensasi, ndak bermaksud melawan agama. Makanya aku nulis ini, bukan buat membela Aa Gym, Puspowardoyo, atau yang lainnya, walaupun tetep aku ndak bisa setuju kalo poligami dilarang UU.
Hukum Poligami
Dalil tentang poligami itu di Al-Qur’an, bukan di Sunnah. Hukumnya mubah, alias boleh. Ndak dianjurkan, ndak sunnah, apalagi wajib (seperti yang dikatakan pak Puspo). Banyak yang khas pada poligaminya Rasul yang ndak boleh kita tiru. Kita ndak boleh beristri lebih dari 4, seperti Rasul. Janda Rasul juga ndak boleh dinikahi lagi oleh siapapun. Dan selama ini aku ndak pernah mendengar ada hadits, sunnah Rasul tentang poligami yang pernah diucapkan, kecuali saat Rasul melarang Ali menikah lagi. Jadi satu-satunya yang pernah keluar dari mulut Rasul mengomentari tentang poligami justru adalah larangan.
Jelaslah menurutku, menyetujui pak Nazarudin Umar, dalil poligami itu ngambilnya dari Al-Qur’an bukan dari Sunnah/Hadits, dan itu jatuhnya –sekali lagi- hanya mubah.
Dulu di Arab sudah biasa dan lazim laki-laki punya istri banyak. 10 istri, 20 istri, 30 istri, sudah biasa. Oleh karena itu Al-Qur’an turun dan membatasi hanya boleh 4 saja. Tentu saja ayat ini jadi agak bermasalah ketika sampai pada masa kita di mana lazimnya pernikahan adalah monogami.
Tapi ayat tentang poligami ndak di naskh, sampai sekarang masih berlaku, dan poligami hukumnya tetap mubah. Sesuatu yang mubah tidak ada kebaikan atau keburukan pada awalnya, akan tetapi kesananya bisa jadi membuat baik, membawa berkah, atau sebaliknya bisa juga membuat hina. Mangkanya ati-ati deh.
Perdebatan Poligami
Menurutku aneh kalau seuatu yang mubah itu diperdebatkan. Mubah itu kan boleh setuju, dan boleh pula ndak setuju. Boleh dilakukan, ndak salah juga kalau ditinggalkan. Perdebatan di SCTV antara Yoyoh Yusroh dan Puspowardoyo (sebagai pihak yang setuju) melawan Musdah Mulia dan M. Billah (pihak yang tidak setuju) sebenarnya ndak perlu dan buang2 waktu. Kenapa begitu? Karena solusinya sudah ada sejak mereka berempat duduk di studio SCTV. Mereka kan sudah berpasang-pasangan, Laki-laki dan perempuan, yang setuju poligami, dan yang ndak setuju. Ya sudah, silahkan aja Puspowardoyo cari istri seperi Ibu Yoyoh yusroh, dan Musdah Mulia cari suami seperti Pak M. Billah. Selesai kan? Allah maha adil kok.
Yang jadi masalah, memang kadang pihak yang ndak setuju poligami, kebablasan mengecam pihak yang berpoligami. Seperti menuduh istri pertama yang dipoligami pasti sebenarnya dipaksa sama suaminya untuk ngaku setuju. Dipaksa teken kontrak. Teh Nini pasti udah diajari Aa gym tentang apa yang diucapkannya dalam jumpa pers, dan lain-lain.
Atau kalau terpaksa mengakui bahwa memang ada perempuan yang rela suaminya poligami, mereka akan mendapat stigma sebagai “perempuan bermasalah” seperti yang dilontarkan oleh Musdah Mulia.
Juga mengatai pihak laki-laki yang berpoligami sebagai “tidak setia”, atau “seperti binatang yang tidak bisa mengendalikan nafsu” seperti yang diucapkan oleh M. Billah.
Please deh... Kalo sampai begini, jangan deh...
Benar, Teh Nini (ngambil studi kasus Aa gym) pasti sebenarnya sakit. Aku ndak bisa bilang “mengerti perasaan perempuan” karena memang aku ndak ngerti, tapi aku percaya lah kalo dipoligami itu perasaannya sakit. Akan tetapi kan sakitnya bukan karena ‘disakiti’, bukan karena dikhianati, bukan pula karena dicampakkan? Sakitnya karena memang begitulah naluri perempuan... Lagipula, niat baik memang membela Teh Nini, tapi siapa sangka ternyata Teh Nini jadi lebih sakit karena suaminya tercinta dikecam sana-sini. Nah lo...
Begitu juga kata-kata “seperti binatang”, ini kasar sekali. Memang kita harus mengendalikan nafsu. Tapi, Islam agama fitrah, nafsu ndak selamanya dikekang. Dia boleh dilampiaskan asal pada jalan yang benar sesuai syariat. Nafsu seksual ndak boleh dilampiaskan pada zina, boleh kalo sudah menikah... atau menikah lagi. Makanya, kita kudu menahan nafsu, tapi, ketika ada jalan yang diperbolehkan dengan aturan2 tertentu, syarat2 tertentu, dan konsekuensi2 tertentu, dan kita merasa mampu memenuhinya, kenapa tidak?
Yang jadi masalah memang, ada sebagian laki2 sok-sokan merasa mampu. Merasa alim, merasa kaya, merasa pemimpin, kemudian poligami... setelahnya? Berantakan deh keluarga karena sebenarnya ternyata laki2 itu hanya kebelet kawin lagi. “Biarlah istri marah, anak2 ndak terurus, yang penting aku udah nyicipin si Inem kembang desa yang buaahenol....” Kalo yang beginian sih emang meresahkan...
Bagaimana menghukum laki2 ndak tahu diri kayak gini yang poligami sembarangan? Memang kudu ada instrumen hukumnya. Tapi ndak pada tempatnya kita mengecam atau menghakimi keluarga orang lain yang poligami, dengan alasan takut menjadi contoh...
Aku pikir sebenarnya mereka percaya keluarganya Aa Gym bisa tetap baik atau lebih baik setelah poligami, justru itulah mereka jadi takut suaminya niru karena mereka pikir suaminya jauuuuhh segala-galanya dari Aa Gym?
Hhmmm, silahkan dinilai sendiri deh bagaimana suaminya... Para suami juga, pinter2 nilai diri sendiri, tahu diri, ngaca... Poligami itu masalah domestik kok, jadi, jangan kecam-kecaman lagi yaa? Mending didoain deh...
Daripada Selingkuh Lebih Baik Poligami?
Aku ndak nyaman dengan argumen itu. Aku pikir orang beriman ndak ada secuil pun pilihan selingkuh dalam benaknya. Selingkuh itu hukumannya paling berat, dirajam, ditanam di tanah, dilempari kepalanya pake batu sampai mati...
Kalo Naek L. Tobing pernah meneliti, dan hasilnya adalah, “2 dari 3 Bapak di Jakarta pernah selingkuh!”, Aku bener2 ndak setuju kalo kita sodori pilihan pada 2 dari 3 Bapak itu untuk poligami saja.
Seorang suami yang baik, bila ingin poligami, yang dia lakukan adalah memahamkan istri pertama berapapun lama waktunya (Aa gym saja harus 5 tahun mempersiapkan istrinya menerima poligami). Dan pada masa itu dia hendaknya sabar dan bijaksana. Ndak marah-marah, ndak maksa, mengatai istrinya ndak sholihah, dsb. Di situ juga ujian pertamanya, punya kesabaran, punya ilmu, dan punya kepemimpinan. Dan tidak pernah terbesit secuilpun di otaknya untuk selingkuh saja! Oleh karena itu tidak relevanlah kalimat : “Daripada Selingkuh Lebih Baik Poligami” itu kalimat pengecut.
Poligami dalam Konteks Penerapan Hukum Syara’
Yang terakhir, yang terpenting. Islam yang selain aqidah memili aspek syariat memang perlu institusi penerap dan penjaga. Hukum tanpa konstitusi ndak mungkin, konstitusi tanpa institusi lebih wagu lagi. Makanya, SBY kalo emang pingin menjadi pemimpin yang baik, perhatikan ini!
Poligami ini masalah hubungan laki2 dan perempuan. Hubungan laki2 dan perempuan rambunya jelas yaitu tidak boleh zina/selingkuh. Untuk menjaga itu Islam mempunyai konsep regulasi 9 lapis benteng yang kudu diwujudkan sebelum akhirnya menerapkan sanksi jilid dan rajam apabila ada yang nekat berzina.
Hanya karena aku sama temen2 ndak anti poligami, maka kita ketawa2 aja dengerin celetukan2 Pak Puspo yang kerap bikin gemes Ibu Musdah Mulia.
Tapi belakangan aku sadar, mencoba empati kepada istri-istri yang resah, opini2 Puspowardoyo emang kayaknya bener meresahkan deh...
Kalo dipikir-pikir para Ibu pasti gemes juga, namun ndak bisa berbuat apa2. Keresahan mereka serius, ndak main2, ndak cari sensasi, ndak bermaksud melawan agama. Makanya aku nulis ini, bukan buat membela Aa Gym, Puspowardoyo, atau yang lainnya, walaupun tetep aku ndak bisa setuju kalo poligami dilarang UU.
Hukum Poligami
Dalil tentang poligami itu di Al-Qur’an, bukan di Sunnah. Hukumnya mubah, alias boleh. Ndak dianjurkan, ndak sunnah, apalagi wajib (seperti yang dikatakan pak Puspo). Banyak yang khas pada poligaminya Rasul yang ndak boleh kita tiru. Kita ndak boleh beristri lebih dari 4, seperti Rasul. Janda Rasul juga ndak boleh dinikahi lagi oleh siapapun. Dan selama ini aku ndak pernah mendengar ada hadits, sunnah Rasul tentang poligami yang pernah diucapkan, kecuali saat Rasul melarang Ali menikah lagi. Jadi satu-satunya yang pernah keluar dari mulut Rasul mengomentari tentang poligami justru adalah larangan.
Jelaslah menurutku, menyetujui pak Nazarudin Umar, dalil poligami itu ngambilnya dari Al-Qur’an bukan dari Sunnah/Hadits, dan itu jatuhnya –sekali lagi- hanya mubah.
Dulu di Arab sudah biasa dan lazim laki-laki punya istri banyak. 10 istri, 20 istri, 30 istri, sudah biasa. Oleh karena itu Al-Qur’an turun dan membatasi hanya boleh 4 saja. Tentu saja ayat ini jadi agak bermasalah ketika sampai pada masa kita di mana lazimnya pernikahan adalah monogami.
Tapi ayat tentang poligami ndak di naskh, sampai sekarang masih berlaku, dan poligami hukumnya tetap mubah. Sesuatu yang mubah tidak ada kebaikan atau keburukan pada awalnya, akan tetapi kesananya bisa jadi membuat baik, membawa berkah, atau sebaliknya bisa juga membuat hina. Mangkanya ati-ati deh.
Perdebatan Poligami
Menurutku aneh kalau seuatu yang mubah itu diperdebatkan. Mubah itu kan boleh setuju, dan boleh pula ndak setuju. Boleh dilakukan, ndak salah juga kalau ditinggalkan. Perdebatan di SCTV antara Yoyoh Yusroh dan Puspowardoyo (sebagai pihak yang setuju) melawan Musdah Mulia dan M. Billah (pihak yang tidak setuju) sebenarnya ndak perlu dan buang2 waktu. Kenapa begitu? Karena solusinya sudah ada sejak mereka berempat duduk di studio SCTV. Mereka kan sudah berpasang-pasangan, Laki-laki dan perempuan, yang setuju poligami, dan yang ndak setuju. Ya sudah, silahkan aja Puspowardoyo cari istri seperi Ibu Yoyoh yusroh, dan Musdah Mulia cari suami seperti Pak M. Billah. Selesai kan? Allah maha adil kok.
Yang jadi masalah, memang kadang pihak yang ndak setuju poligami, kebablasan mengecam pihak yang berpoligami. Seperti menuduh istri pertama yang dipoligami pasti sebenarnya dipaksa sama suaminya untuk ngaku setuju. Dipaksa teken kontrak. Teh Nini pasti udah diajari Aa gym tentang apa yang diucapkannya dalam jumpa pers, dan lain-lain.
Atau kalau terpaksa mengakui bahwa memang ada perempuan yang rela suaminya poligami, mereka akan mendapat stigma sebagai “perempuan bermasalah” seperti yang dilontarkan oleh Musdah Mulia.
Juga mengatai pihak laki-laki yang berpoligami sebagai “tidak setia”, atau “seperti binatang yang tidak bisa mengendalikan nafsu” seperti yang diucapkan oleh M. Billah.
Please deh... Kalo sampai begini, jangan deh...
Benar, Teh Nini (ngambil studi kasus Aa gym) pasti sebenarnya sakit. Aku ndak bisa bilang “mengerti perasaan perempuan” karena memang aku ndak ngerti, tapi aku percaya lah kalo dipoligami itu perasaannya sakit. Akan tetapi kan sakitnya bukan karena ‘disakiti’, bukan karena dikhianati, bukan pula karena dicampakkan? Sakitnya karena memang begitulah naluri perempuan... Lagipula, niat baik memang membela Teh Nini, tapi siapa sangka ternyata Teh Nini jadi lebih sakit karena suaminya tercinta dikecam sana-sini. Nah lo...
Begitu juga kata-kata “seperti binatang”, ini kasar sekali. Memang kita harus mengendalikan nafsu. Tapi, Islam agama fitrah, nafsu ndak selamanya dikekang. Dia boleh dilampiaskan asal pada jalan yang benar sesuai syariat. Nafsu seksual ndak boleh dilampiaskan pada zina, boleh kalo sudah menikah... atau menikah lagi. Makanya, kita kudu menahan nafsu, tapi, ketika ada jalan yang diperbolehkan dengan aturan2 tertentu, syarat2 tertentu, dan konsekuensi2 tertentu, dan kita merasa mampu memenuhinya, kenapa tidak?
Yang jadi masalah memang, ada sebagian laki2 sok-sokan merasa mampu. Merasa alim, merasa kaya, merasa pemimpin, kemudian poligami... setelahnya? Berantakan deh keluarga karena sebenarnya ternyata laki2 itu hanya kebelet kawin lagi. “Biarlah istri marah, anak2 ndak terurus, yang penting aku udah nyicipin si Inem kembang desa yang buaahenol....” Kalo yang beginian sih emang meresahkan...
Bagaimana menghukum laki2 ndak tahu diri kayak gini yang poligami sembarangan? Memang kudu ada instrumen hukumnya. Tapi ndak pada tempatnya kita mengecam atau menghakimi keluarga orang lain yang poligami, dengan alasan takut menjadi contoh...
Aku pikir sebenarnya mereka percaya keluarganya Aa Gym bisa tetap baik atau lebih baik setelah poligami, justru itulah mereka jadi takut suaminya niru karena mereka pikir suaminya jauuuuhh segala-galanya dari Aa Gym?
Hhmmm, silahkan dinilai sendiri deh bagaimana suaminya... Para suami juga, pinter2 nilai diri sendiri, tahu diri, ngaca... Poligami itu masalah domestik kok, jadi, jangan kecam-kecaman lagi yaa? Mending didoain deh...
Daripada Selingkuh Lebih Baik Poligami?
Aku ndak nyaman dengan argumen itu. Aku pikir orang beriman ndak ada secuil pun pilihan selingkuh dalam benaknya. Selingkuh itu hukumannya paling berat, dirajam, ditanam di tanah, dilempari kepalanya pake batu sampai mati...
Kalo Naek L. Tobing pernah meneliti, dan hasilnya adalah, “2 dari 3 Bapak di Jakarta pernah selingkuh!”, Aku bener2 ndak setuju kalo kita sodori pilihan pada 2 dari 3 Bapak itu untuk poligami saja.
Seorang suami yang baik, bila ingin poligami, yang dia lakukan adalah memahamkan istri pertama berapapun lama waktunya (Aa gym saja harus 5 tahun mempersiapkan istrinya menerima poligami). Dan pada masa itu dia hendaknya sabar dan bijaksana. Ndak marah-marah, ndak maksa, mengatai istrinya ndak sholihah, dsb. Di situ juga ujian pertamanya, punya kesabaran, punya ilmu, dan punya kepemimpinan. Dan tidak pernah terbesit secuilpun di otaknya untuk selingkuh saja! Oleh karena itu tidak relevanlah kalimat : “Daripada Selingkuh Lebih Baik Poligami” itu kalimat pengecut.
Poligami dalam Konteks Penerapan Hukum Syara’
Yang terakhir, yang terpenting. Islam yang selain aqidah memili aspek syariat memang perlu institusi penerap dan penjaga. Hukum tanpa konstitusi ndak mungkin, konstitusi tanpa institusi lebih wagu lagi. Makanya, SBY kalo emang pingin menjadi pemimpin yang baik, perhatikan ini!
Poligami ini masalah hubungan laki2 dan perempuan. Hubungan laki2 dan perempuan rambunya jelas yaitu tidak boleh zina/selingkuh. Untuk menjaga itu Islam mempunyai konsep regulasi 9 lapis benteng yang kudu diwujudkan sebelum akhirnya menerapkan sanksi jilid dan rajam apabila ada yang nekat berzina.
1. Iman.
Ini lapis terdalam yang ada di dalam seorang muslim. Iman. Dia taat pada Allah, takut berzina karena tahu sanksinya di neraka.
2. Menundukkan pandangan
Iman aja ndak cukup, Islam ndak hanya melarang zina, ‘awas kalo zina dimasukkan neraka!’ tapi Islam juga memberi petunjuk detil seperti menyuruh tidak mengumbar pandangan. Harus dijaga, ndak jelalatan, karena biasanya dari mata turun ke hati, dari hati turun entah kemana lagi...
3. Menutup aurat
Menundukkan pandangan ndak ada gunanya kalo pakaian juga ndak diatur. Kalo boleh pamer paha, pamer dada, dan seterusnya yang indah2, trus Islam menyuruh menundukkan pandangan, namanya ndak fitrah dong. Berarti pakaian juga diatur, aurat kudu ditutup rapat pat pat. Batas2nya laki2 dan perempuan, aku kira dah pada tahu lah.
4. Larangan Ikhtilath dan khalwat
Menundukkan pandangan dan menutup aurat tapi boleh berdua-duaan di tempat sepi, atau bercampur baur laki2 perempuan di satu tempat? Emangnya Allah bego? Kaga pake! Ndak ada pacar2an! Ntar aja kalo dah nikah, ndak ada palentin2an, ndak ada konser2an. Bubaaarr!
5. Berantas Pornografi
Semua itu belum cukup. Kita kudu tegas sama industri berideologi kapitalis. Apa aja yang laku dijual, dijual. Mentang2 laki2 suka yang bening2, diterbitkanlah majalah playboy, diedarkan film2 biru... Oo ndak bisa, pornografi juga kudu dienyahkan.
6. Kurikulum pendidikan Islam
Semua itu ndak akan bisa kalo basis kurikulum pendidkan kita masih ndak jelas. Ada pelajaran agama, ada pelajaran sejarah pitecantropus, ada teori Darwin, haa piyee? Basis pendidikan kudu Islam sejak SD. Supaya suasana keimanan ada di masyarakat. Supaya ndak ada lagi Islam2 keturunan, Islam2 kebetulan. Suasana di kota santrii....
7. Nikah dipermudah mahar dipermurah
Kalo sudah gede, siap nikah, rasanya naif ya kalo ketemu masalah2 klise seperti belum ada kerjaan, ndak punya duit... Gimana sewa gedung? Gimana ngurus ini, ngurus itu...? Dalam sistem Islam ndak gitu, nikah mah nikah aja... Ndak punya pekerjaan? Datang ke Negara, dikasih pekerjaan. Gimana acaranya, alaah itu mah kebiasaan ndak penting... ndak usah gede2an, mahar juga ndak usah mahal2, birokrasi catatan sipil gampang...
8. Sistem ekonomi Islam
Lha kok gampang banget Negara ngasih pekerjaan? Emang Negaranya makmur? Ya jelas to! Kan sistem ekonominya pake islam... ndak ada judi, ndak ada riba... Sistem ekonomi berbasis sektor riil, kekayaan alam dikelola Negara, tendang Freeport, tendang Newmont, enyah IMF!!! Lapangan pekerjaan melimpah... sekolah bisa gratis, ntar kalo dah sarjana kerja sama Negara, ikut membangun Negara, disamping membangun keluarga bahagia sejahtera... Membangun keluarga dengan baik dan bermoral sama juga membangun negara lho, karena negara kan bergantung pada moral rakyatnya yang ndak suka korupsi, ndak doyan zina, ndak ada penyakit menular macem2 yang ndak ada obatnya... bikin susyee. Supaya Negara lebih makmur lagi, bisa nggratisin sekolah lagi buat anak cucu kita nantinya, dan begitu seterusnya.
9. Poligami diperbolehkan
Ndak usah dijelaskan.
Kalo sudah begitu masih ada yang ndableg berzina, jangan nangis... sanksinya jilid atau rajam.
Kita lihat, dalam konteks yang utuh, ternyata poligami adalah lapis ke-9 dalam regulasi Islam. Sekarang? Islam ndak ada... 8 lapis sebelum poligami ndak wujud.
Suasana iman minim sekali, Mata-mata nafsu jelalatan, Pakaian pada u-can-see (all of my body?), pacaran gayengnya bukan main, bahkan terus dikipas-kipasi oleh sinetron2 ndak mutu, pornografi edan-edanan dari yang original sampai bajakan, tabloid murahan sampai majalah kantoran, pendidikan sekuler menghasilkan mental pacaran, tawuran, lulus njur kebut2an, coret2an baju, nikah dipersulit, cerai malah dipermudah, ekonomi kapitalis awut2an, aset negara dilelang abis2an, utang bank gede2an, pedagang digusuri, ekonomi ambrug, negara bankrut rut rut.... Mau dibawa ke mana Negeri kita ini....?
Kalo sudah begitu masih ada yang ndableg berzina, jangan nangis... sanksinya jilid atau rajam.
Kita lihat, dalam konteks yang utuh, ternyata poligami adalah lapis ke-9 dalam regulasi Islam. Sekarang? Islam ndak ada... 8 lapis sebelum poligami ndak wujud.
Suasana iman minim sekali, Mata-mata nafsu jelalatan, Pakaian pada u-can-see (all of my body?), pacaran gayengnya bukan main, bahkan terus dikipas-kipasi oleh sinetron2 ndak mutu, pornografi edan-edanan dari yang original sampai bajakan, tabloid murahan sampai majalah kantoran, pendidikan sekuler menghasilkan mental pacaran, tawuran, lulus njur kebut2an, coret2an baju, nikah dipersulit, cerai malah dipermudah, ekonomi kapitalis awut2an, aset negara dilelang abis2an, utang bank gede2an, pedagang digusuri, ekonomi ambrug, negara bankrut rut rut.... Mau dibawa ke mana Negeri kita ini....?
Kalo sudah gitu bolehnya poligami emang menjadi masalah. Dibolehkan banyak yang ndak tanggung jawab, mau dilarang... emangnya berani mengharamkan apa yang sudah dihalalkan Allah? Nantang ni ceritanya? Susye kan?
Makanya, aku ulangi lagi, poligami memang wilayah domestik. Boleh ndak setuju, boleh setuju. Yang ndak setuju, percayalah, somewhere, someplace, poligami bisa baik dan membahagiakan... Bukan hak Anda untuk mengecam apalagi melarang.
Buat yang setuju, setuju bukan berarti pelaku, tapi kalo emang udah pingin ngelakuin, pinter2lah menilai diri sendiri, ngaca, ngaca, dan ngaca... Kalo emang udah cakep, Bismillah, kami turut mendoakan....
Labels:
aryo
Makanya, aku ulangi lagi, poligami memang wilayah domestik. Boleh ndak setuju, boleh setuju. Yang ndak setuju, percayalah, somewhere, someplace, poligami bisa baik dan membahagiakan... Bukan hak Anda untuk mengecam apalagi melarang.
Buat yang setuju, setuju bukan berarti pelaku, tapi kalo emang udah pingin ngelakuin, pinter2lah menilai diri sendiri, ngaca, ngaca, dan ngaca... Kalo emang udah cakep, Bismillah, kami turut mendoakan....
8 comments:
Pasti sudah pada bosen dengan tema ini?
Emang sih, tadinya aku berpikir politik poligami. SBY yang sok mendengarkan keluh kesah rakyatnya, padahal, dari dulu juga banyak sms yang ndak kalah banyaknya tentang Freeport, BBM naik, import beras, Lapindo, mengecam karikatur Nabi SAW., menolak kedatangan Bush, dan lain-lain.
Bagaimana kelanjutan sms-sms yang beginian?
Tapi ternyata tentang poligami ini sama saja, hangat-hangat tai ayam.
Revisi UU segala macem juga bakal sama dengan UU lain, mubazir.
Soalnya yang poligami Da’i kondang, kehebohan ini hanya ulah infotainment2 aja.
Poligami...
berat ya tanggungjawabnya buat kaum adam, ga cuma di dunia tapi dia khirat juga
berat juga buat kaum hawa,biarpun bilang ikhlas tetep aja sakit
dalemnya hati siapa yg tau toh
aduuhh satu ajah ga habis kok ya
^_^
hmm, memuaskan juga penjelasannya yak...
tapi gimana tuh yang pernah ditampilkan di TV?
pengusaha minyak yang istrinya 9, semuanya kumpul serumah, g ada yg berjilbab...
Poligami ama threesome sama gak yah.....
poligami ndak sama ama threesome, karna walopun kita beristri 2, threesome itu jelas2 dilarang.
bahkan kudu dipisah beda rumah.
yang beristri 9? jelas haram... wajib menceraikan 5 di antaranya.
gitu.
kebetulan aku kenal sama anaknya yg punya istri 9 itu
kehiduapnnya tak seindah yg orang luar lihat
apanya yg adil???
anak2 yg jadi korban
undang perwakilan dari agama lain dong, biar bisa ngomong "boleh" dan "ga boleh" dari sudut pandang yg berbeda....
kalo ada dari agama lain mau nimbrung aku sih seneng2 aja... tambah wawasan.
cuma ngasih informasi aja tapi, bukan debat...
soalnya ini kan bukan masalah aqidah, tapi syariat (apalagi yang statusnya hanya mubah).
kalo dari agama lain ada yang bilang ga boleh, ya udah silahkan utk tidak melakukan sendiri...
Post a Comment