Membaca artikel mengenai gudeg pawon di Kompas Cyber Media beberapa waktu lalu mengingatkan saya akan kota Jogjakarta dimana saya lahir dan dibesarkan..Gudeg kemudian menjadi ikon kuliner tersendiri untuk Jogjakarta..makanan ini memang ngangenin. Ada banyak tempat di setiap sudut Jogja yang menawarkan gudeg, tentunya dengan ciri khas masing-masing tetapi tetap tidak meninggalkan pakem atau citarasa dasar masakan itu sendiri..
Hhh..saya jadi ingin makan gudeg dengan sambal krecek pedas dan ayam kampung...*ngeces..
Harga jual gudeg dan cara penyajiannya pun bermacam-macam..mulai dari harga mahasiswa yang dijual di emperan toko sepanjang Gejayan dan jalan Solo sampai gudeg yang dijual di warung-warung gudeg yang sudah cukup terkenal. Beberapa tempat yang saya ingat yaitu Gudeg Bu Amad, Gudeg Ginuk, Gudeg Kebondalem, Gudeg Wijilan, Gudeg Joyo dan masih banyak lagi..
Yang pasti, saya harus makan gudeg untuk mengobati kekangenan saya kalau suatu saat saya berkesempatan untuk datang kesana..
Jogja menyimpan banyak kenangan tersendiri buat saya..Sebagian besar dari masa studi saya habiskan di kota ini..keanekaragaman suku dapat dengan jelas dirasakan di Jogja..kebanyakan pendatang adalah pelajar..Jogja memang dikenal sebagai kota pelajar karena sistem dan mutu pendidikan serta pilihan tempat studi dirasakan lebih baik daripada di tempat lain.. Selain itu, daya tarik Jogja adalah keramahan masyarakatnya, kemudian harga- harga yang relatif murah, serta iklim dan ritme hidup yang nyaman dan bersahabat.. Jogja juga merupakan destinasi pariwisata kedua setelah Bali..
Hmmm...memang tak akan pernah ada habisnya kalau saya menceritakan kenangan saya tentang Jogja..mulai dari masa transisi SLTP ke SMA, sampai masa perkuliahan saya..seluruh rasa dan kenangan akan Jogja adalah bagian dalam diri saya yang tidak akan bisa saya tinggalkan...Saya akan menyebut dengan bangga kalau ditanya dari mana saya berasal, "Saya dari Jogja!!" begitu kata saya..dan itu adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk memulai percakapan..orang-orang pasti akan dengan antusias bertanya tentang Jogja, terutama perkembangan terakhir setelah Jogja diguncang gempa pada 27 Mei lalu...
Kebetulan saya berada di Jogja ketika gempa terjadi, saya sedang mempersiapkan kepindahan saya ke Bali ketika itu. Suasana pagi hari dengan sinar matahari yang mulai menghangat berubah menjadi rasa cemas dan takut yang luar biasa ketika lantai bergetar hebat dan semua terasa bergoyang..keadaan di luar rumah menjadi sangat mencekam ketika isu tsunami dihembuskan oleh orang-orang tak bertanggungjawab...beberapa saat setelah semua kecemasan dan ketegangan mereda, saya mengunjungi sanak saudara dan keluarga yang tinggal di bagian tengah dan selatan Jogja, sepanjang perjalanan saya melihat bangunan-bangunan yang rubuh dan orang-orang yang terkapar di pinggir jalan..sirine dimana-mana..Jogja benar-benar berbeda ketika itu..semua bentuk komunikasi terputus, listrik padam dan malamnya hujan deras...benar-benar pengalaman mendekati kematian paling nyata dalam hidup saya..
Setelah hampir 6 bulan berselang, Jogja masih berbenah diri-menurut keterangan beberapa teman- mengembalikan semuanya menjadi seperti dahulu..*sigh
Jogja...saya harus kembali kesana...benar-benar harus kembali kesana..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
tulisan dengan punch line yg sangat mengena....
ade' gue cup...jangan macem macem lu yaaa...*whistlin....
Post a Comment