Makaci buat Wiwied… It’s all comin’ together now…
Aku pingin comment, tapi lebih baik apresiasiku kutulis dalam postingan baru ajalah.
Sebelumnya, aku juga punya satu cerita tentang happiness buat semua.
Apa itu kebahagiaan?
Ada cerita tentang seorang istri yang sudah tidak lagi bahagia dalam kehidupan pernikahannya dalam salah satu novelnya Mira W.
Dia, aku lupa nama tokohnya –sebut saja Wiwied :-)- tidak tahu alasannya sendiri mengapa dia tidak bahagia. Suaminya pun bukan suami yang buruk, bahkan terlalu sempurna malah menurut dia. Suaminya masih berdedikasi dalam pernikahannya, itu yang membuat Wiwied tidak ingin minta cerai dari suaminya. Wiwied juga bisa menahan godaan selingkuh yang terkutuk, walau teman pria di kantor banyak yang diam-diam maupun terang-terangan mendambakannya... (Ceritanya si Wiwied ini berparas jelita dan menjadi primadona di kantor)
Tapi entah kapan Wiwied bisa menahan diri untuk tidak berselingkuh?
Bukankah ‘Rockeeer juga manusia...’?
Guess she’s just boring... But what it takes to get trough this?
Wiwied datang curhat kepada teman-temannya, wiwied juga mencoba berkonsultasi dengan psikolog. Tapi semua menjawab sama : “Intinya komunikasi, neng...” Dead end.
Akhirnya, jawaban yang dia cari-cari ternyata didapat dari orang yang sama sekali tidak ada dalam ‘curhat list’nya. Wiwied mendapat jawaban yang memuaskan dari ibunya sendiri.
Apa kata ibunya? Bahwa hidup mereka (dia dan suaminya) sudah berbeda sekarang. Bahwa mereka sudah terikat dalam sebuah komitmen, hingga hidup mereka sekarang sudah mencapai tahap dimana sudah bukan saatnya untuk memburu kesenangan/kepuasan pribadi.
Hidupnya sekarang adalah untuk suaminya, melayaninya, memasakkan sarapan untuknya... Begitu juga dengan sang suami, sudah bukan saatnya untuk keluyuran, sudah nggak pantes kongkow-kongkow begadang sampai tengah malam, sudah bukan ‘anak nongkrong’ lagi, sudah harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan bujangan lainnya. Hidupnya sekarang adalah lari kesana kemari mencari pekerjaan, bekerja membanting tulang mencari nafkah, pulang untuk makan malam, dan sebagainya.
Terlebih dari semua itu, hidup mereka sekarang adalah menghadapi kenakalan anaknya, terbangun tengah malam ketika si kecil menangis, menyuapinya, mencebokinya, mengajarinya, dan sebagainya.
Ibunya mengatakan lebih lanjut, bahwa setiap pasangan suami-istri pasti akan mengalami kebosanan. Itu sebuah keniscayaan. Kalau sudah begitu, bagaimana bertahan dengan kebosanan itu, karna dedikasi mereka sekarang adalah bagaimana membesarkan anak mereka sebaik-baiknya.
Tentu pada awalnya Wiwied begitu sulit menerima pendapat ibunya.
Tapi, Wiwied mencoba melaksanakan apa kata ibunya dengan sabar. Dan ternyata, setelah Wiwied menjalani semua itu, justru di sanalah akhirnya dia menemukan kebahagiaan. Dia menemukan ketulusan, dia menemukan cinta. Dia mendapati bagaimana dia begitu dicintai, dan yang paling penting adalah bagaimana dia begitu mencintai. Ternyata mencintai itu jauh lebih nikmat daripada dicintai! Katanya... Bener nggak sih?
Wiwied menikmati bagaimana harus memarahi anaknya yang begitu bandel, dia menikmati membukakan pintu untuk suami yang pulang larut malam karna lembur, memanaskan sup untuknya. Kadang kecewa kalau suaminya sudah makan malam di luar.
Romantisme itu dia dapatkan...
Filosofinya adalah : Kalau kita berorientasi pada kewajiban, kita pasti bakal mendapatkan hak, kadang lebih dari yang kita bayangkan. Tapi ketika kita selalu menuntut hak, bukan hanya kita akan selalu lupa kewajiban, tapi bahkan bagaimanapun hak kita dipenuhi, kita tidak akan pernah merasa cukup atau puas.
Nah... Say what?
Tentu aku setuju kalo Wiwied (Ya, Wiwied kamu... bukan Wiwied yang tidak bahagia) bilang bahwa, “Cinta... sayang... suka... whatever... adalah anugerah terindah dari-Nya...“ Kita merasakan indah dengan perasaan, bukan akal. Makanya benar banget kalo kemudian Wiwied melanjutkan “Cinta itu kan rasa... perasaan itu energi... energi yang mampu membuat seseorang rela mengorbankan apapun bahkan nyawanya sendiri demi seseorang/sesuatu yang dicintainya...”
Tentu aku setuju kalo Wiwied (Ya, Wiwied kamu... bukan Wiwied yang tidak bahagia) bilang bahwa, “Cinta... sayang... suka... whatever... adalah anugerah terindah dari-Nya...“ Kita merasakan indah dengan perasaan, bukan akal. Makanya benar banget kalo kemudian Wiwied melanjutkan “Cinta itu kan rasa... perasaan itu energi... energi yang mampu membuat seseorang rela mengorbankan apapun bahkan nyawanya sendiri demi seseorang/sesuatu yang dicintainya...”
Yang masih selalu menjadi pertanyaanku kan gini, kenapa cinta yang indah itu kok kerap menjadi menjijikkan? Perzinahan, perselingkuhan, pemerkosaan, aborsi, dll.
Dalam pembinaan aku mendapat pemahaman bahwa potensi yang diberian Tuhan pada manusia itu ada dua : akal dan perasaan. Inilah yang dulu kerap menjadi muskilah antara aku dan Awan. Apakah kita mengikuti akal, atau perasaan? Aku nggak tahu apakah masih ada muskilah di antara kita, tapi aku akan bilang begini :
Aku setuju bahwa cinta adalah rasa, dan itulah anugerah terindah dari Tuhan untuk kita. Tapi bukannya akal nggak berarti. Kubilang, akal adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan untuk kita.
Terindah dan terbesar... Hebat mana? Tidak ada yang perlu dilebihkan antara satu dengan yang lain. Semua memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Akal bisa dipakai untuk mencari kebenaran, perasaan tidak. Aku tegas dalam masalah itu.
Lantas di mana peran perasaan? Perasaan kita gunakan untuk mengikatkan diri kita dengan kebenaran itu.
Maksudku begini : Baik dan buruk. Itulah yang bisa diakses cinta. Tapi itu relatif. Semua punya potensi untuk dicintai. Tergantung lingkungan kita, pengalaman kita, orang-orang yang dekat dengan kita.
Ada orang yang sangat suka nonton, tapi dia nggak bisa memaksakan bahwa yang namanya kesenangan adalah nonton, karna memang ada juga orang yang nggak suka nonton. Jadi ini sangat subjektif. Di dunia yang kita pikir sama sekali nggak asik pun, ada orang yang bisa bersenang-senang di dalamnya. Mungkin nggak pernah terpikir oleh kita di luar sana ada orang yang senang membunuh, hobi mencuri, ketagihan nyilet. Dan ternyata ada juga orang-orang yang benci setengah mati pada hal-hal yang kita pikir full of fun kayak dugem, clubbing, ngegame, pacaran, dan lain-lain.
Forum-forum pengajian, perdebatan fiqih, para aktivis yang meneriakkan tuntutan penegakan syari’ah di tengah terik matahari, bahkan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di sudut selnya yang gelap dan pengap, anak-anak Palestina yang menghadapi tank-tank Israel dengan batu, dan semua hal yang mungkin selama ini amat jauh dari keseharian duniawi kita, yang mungkin menurut kita membosankan, ternyata ada orang-orang yang senantiasa bergelut di sana dengan segenap perasaan suka citanya.
Pointku adalah, cinta memang seharusnya tidak boleh berdiri sendiri. Cinta tidak semestinya difungsikan secara spontan. Karna bisa-bisa kita mencintai sesuatu yang salah.
Aku setuju sama lagunya Dewa19, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku, beri sedikit waktu biar cinta datang karena tlah terbiasa...”
Akal kita menemukan betapa rokok sangat merugikan bagi kita dan tidak layak untuk dicintai, tapi kita terlanjur tidak dapat hidup tanpanya. Akal kita meyakini bahwa sholat itu wajib dan sangat berdosa meninggalkannya, tapi begitu susah mata kita dipalingkan dari televisi. Dan lain-lain..
Itu namanya akal dan perasaan nggak nyambung. Mana yang harus dikompromikan? Akal atau perasaan?
Cinta harus didahului akal yang bisa dipakai untuk mencintai kebenaran. Kemudian berusahalah mencintai kebenaran itu, agar kita mudah dan senang mengamalkannya.
Agar kita tidak sabar menunggu waktu sholat, agar kaki kita ringan untuk melangkah ke masjid, agar kita mantap putus atau nikah dengan pacar kita, agar kita jijik dengan pornografi, agar kita lilo legowo menyisihkan sebagian harta kita untuk menyumbang korban gempa ;P, dan seterusnya.
Di situlah akal dan cinta bersinergi, sebagaimana yang diinginkan Allah yang memberikannya untuk kita.
Cari, kenali dan cintailah kebenaran!
Mari berusaha dan tetap semangat!
3 comments:
dalam skala yg lebih kecil =
kata temenku yg nasehatin temenku yg lain ttg cowonya tukang selingkuh tp belon diputus2in: "cinta si boleh aja non, tapi pake rasio dounks...."
kalo saat ini ak lebih milih yg pake perasaan hehehehe ^_^
alasannya ? mbuh... lah wong irrasional kok...pake perasaan hehehe... makanya jomblo terus...hehehe... ups... lebih baik jomblo ya yo.... terus nikah... hehehe... ups... ga jelassshhh hehehe.... ^_^
Gimana kalo bikin pantijomblo :p
www.pantijomblo.blogspot.com
hihihi...
This is very interesting site...
hartford insurance career radar laser detector search online+auto+insurance+quote modesto web hosting services car price quotes mortgages forex signal system trading 20 mortgage leads security officers toronto webhosting suported sender mails accounting career unsecured loan direct loan servicer 2nd mortgage refinancing in the united kingdom cow seat covers new cars refinance mobile home mortgage holders hotel in venice dedicated server
Post a Comment