Sebentar lagi lebaran tiba. Akan ada hajatan besar yang dilakoni oleh bangsa indonesia. Hajatan yang akan melibatkan jutaan orang dan trilyunan rupiah yang akan mengalir dari kota-kota ke desa-desa. Mudik namanya. Entah sejak kapan hajatan itu berlangsung. Tidak ada catatan resminya.
Saya akan jadi salah satu dari mereka. Banyak pemudik yang rela menempuh jarak ribuan kilometer atau berhari-hari untuk merayakan lebaran dikampung halaman. Bahkan banyak yang rela berlelah-lelah ria di gerbong sesak kereta api ekonomi dengan bau yang sangat tidak enak. Mereka berpikir "Yang penting sampai dan ketemu handai tolan." Bahkan saya pernah menjumpai orang yang rela tidur di kamar kecil gerbong-gerbong pengap tersebut. Uhh... begitu dasatnya budaya mudik itu.
Ada fenomena menarik tahun-tahun terakhir ini yang saya jumpai dikampung kecil saya yang berada dipelosok Madiun. Setiap mudik seperti ada perlombaan untuk saling memperlihatkan kesuksesan di perantauan. Ada yang bawa kendaraan pribadi, sewaan, kreditan yang baru di bayar dua bulan atau menyewa mobil bersama sopir. Begitupun soal pehiasan dan pakaian yang dipakai. Huuuh...berat boss.
Memang ada pendapat yang menurutku kurang tepat selama ini. Setiap perantau harus sukses di perantauan, jika belum atau tidak sukses mereka malu untuk kembali ke kampung halaman. Dan kesuksesan selama ini hanya dimaknai dengan materi (baca: uang). Tidakah pengalaman, kedewasaan, kematangan mental dan masih banyak lagi nilai positif yang didapat merupakan suatu kesuksesan. Karena akupun mengalami sindrom itu. Hehehe.
Sekarang memang tergantung niat dalam memaknai lebaran. Apakah niat pamer kesuksesan, bersilaturahmi dengan sanak saudara, jalan-jalan mencari udara segar karena sumpek dengan rutinitas kota dan masih banyak lagi yang lain. Kalau niatnya melenceng dari nilai-nilai suci lebaran ya saat sekarang meluruskan niat itu, terutama buat saya pribadi. Jadi setelah lebaran kita benar-benar fitri.
Ada satu hal lagi yang harus diperhatikan juga, keselamatan kita selama diperjalanan mudik dan balik. Baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Berhati-hati selama diperjalan sehingga kita bisa merayakan lebaran dengan kebahagian.
Maafin Awak jika awak silap.
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1429 H !!!
Salam otak terbatas dan keterbatasan otak!!
Banyak yg menanyakan alasan saya berhenti bekerja. Mengapa harus resign ketika kondisi kontrak masih panjang dengan gaji cukup, lingkungan nyaman dan juga karir yang menjanjikan ? Ada yang menyangka bahwa mungkin saya ada masalah di dalam pekerjaan. Ada yg mengira-ngira bahwa saya sudah diterima di tempat lain dengan gaji yg lebih besar. Ada juga yang berasumsi bahwa saya mau memulai kembali petualangan saya setelah terlalu lama berada di zona aman. Dan saya tidak menemukan jawaban yang bisa memuaskan rasa ingin tahu mereka yg coba menerka-nerka alasan dari keputusan yg saya ambil. Bahkan jika mau jujur, saya sendiri tidak bisa memberikan jawaban sederhana pada diri sendiri selain: memang begini adanya :)
Jangankan ditanya mau kemana dan mau apa, la wong alasannya saja saya tidak menemukan yg prinsipil.
Saya memang beberapa kali berpindah-pindah pekerjaan. Saya temukan bahwa semenjak kelulusan belum pernah saya menetap selama genap satu tahun bekerja di suatu tempat. Juga di Nanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai alam yg menakjubkan ini, kurang beberapa minggu untuk berkata genap 1 tahun. Namun jika sebelumnya saya tahu pasti alasan resign dan apa yg ingin saya lakukan. Kali ini saya tidak benar2 tahu alasannya tapi yakin bahwa keputusan ini yg harus saya ambil. Entah kenapa akhir2 ini alasan dan keinginan tidak begitu penting lagi dalam pikiran saya. Saya lebih mencintai tiap moment yg saya lewati tanpa berusaha melabeli dengan parameter-parameter yg menunjukkan ketidak-puasan di masa kini dan menjanjikan sesuatu di masa depan.
Ada yang bilang jika kita tidak punya keinginan maka hidup akan statis dan menjemukan. Ada yang berkata bahwa ketidak-puasanlah yang membuat hidup kita maju. Ada juga yang bilang kalau kita terlalu cepat puas maka kita akan terlindas oleh roda kehidupan yang selalu bergerak.
Tapi saya temui hal yang lain dalam menghidupi tiap detik saat-saat yang saya lalui. Jika sebelumnya saya maju dengan ketakutan dan kekhawatiran, kali ini saya maju dengan sekedar maju.
Maksud saya, bagaimana tanaman tahu bahwa ini saatnya bertumbuh keatas? bagaimana dia tahu bahwa inilah saatnya menumbuhkan kuncup? bagaimana anak burung tahu bahwa ini saatnya menerima makanan dari induk ataupun saat untuk jatuh dari ketinggian untuk belajar terbang? Mungkinkah semua ini adalah sebuah proses yang alami?
Adalah pikiran manusia yang menganalisa bahwa burung ini memiliki waktu sekian minggu untuk disusui induknya, sekian minggu untuk belajar terbang. Atau bunga ini akan muncul dalam waktu sekian bulan dan bunga yang itu akan muncul dalam beberapa tahun. Banyak orang dengan pikirannya mengkotak-kotakkan, menganalisa, memecah-mecah dalam fase2 untuk mencoba menemukan alasan dan memastikan masa depan. Padahal bisa jadi itu semua adalah proses kehidupan yang dijalani oleh tiap makhluk secara alamiah. Tidak cukup dengan itu, kita memecah2 hidup kita sendiri dengan berbagai label dengan dalih untuk belajar dari masa lalu agar mendapatkan yang lebih baik di masa depan dan kemudian terperangkap dalam ketakutan dan kebingungan akan ketidak-pastian. Banyak orang termakan analisa-nya sendiri. Tidak terkecuali saya, seringkali seperti itu.
Sering saya berkata untuk memandang sesuatu secara holistik tanpa mengalaminya sendiri dan membiarkan itu hanyalah menjadi sebuah pengetahuan intelektual.
Saat ini saya yakin bahwa tiap makhluk tahu kpn waktunya masing-masing untuk melakukan sesuatu dalam suatu waktu. Saat inilah tumbuhan memekarkan bunganya, saat sekarang anak ayam berciap-ciap mengikuti induk, saat ini semut melayani ratunya. Namun apa yang membuat banyak orang tidak mengetahuinya adalah karena ukuran-ukuran yang dibuat oleh diri sendiri berdasarkan kehidupan orang lain. Wah, dia sudah lulus, saya belum. Wah dia sudah kerja dengan gaji sekian, saya belum. Wah dia sudah punya anak dua saya belum, Wah dia sudah punya rumah, saya belum. dll.
Disaat kita mengukur diri kita sendiri dengan realitas luar, maka disaat itulah kita mengingkari bahwa kita adalah bagian dari alam semesta yang unik dan memiliki kebijaksanaan sendiri-sendiri untuk menjalani tiap momen kehidupan dalam waktunya masing-masing.
Seperti kata-kata Oracle pada Neo:
"...being the one is just like being in love. No one needs to tell you you are in love, you just know it, through and through."
dulu saya menganggap bahwa tiap pertanyaan selalu mempunyai jawaban.
Dan lalu saya berusaha mencari pasangan jawaban dari pertanyaan yang selalu muncul mengganggu.
Saya membaca arti simbol, menterjemahkan berbagai pertanda, melupakan apa yg ada. Saya bertanya, mencari, kebingungan untuk kemudian merasa mendapatkan jawaban, sedikit.
Dan lalu, jawaban yang sedikit ini ternyata tidak memuaskan. Alih2 mencerahkan, jawaban ini ternyata berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan lain yang kemudian harus saya telusuri lagi satu demi satu untuk memuaskan keinginan saya atas pasangan jawaban.
Yang terjadi adalah saya melalui jalan yang sama kembali. berputar-putar diombang-ambingkan oleh kebingungan dalam hubungan antara pertanyaan dan jawaban. telur dan ayam. ayam dan telur.
Tapi mungkinkah ada pertanyaan yang memang akan tetap berupa pertanyaan?
Pertanyaan yang ada, dan muncul begitu saja tanpa dimaksudkan untuk berpasangan dengan jawaban?
Pertanyaan yang berupa cermin, dan bukan digunakan untuk membandingkan jawaban mana yang benar dan yang salah. Bukan untuk mengkotak-kotakkan antara jawabanmu ataupun jawabanku, tetapi ada secara sederhana tanpa perlu diperumit oleh segala asumsi, perumpamaan, skenario, riwayat, atau apapun juga.
sahabat, pertanyaan apakah yang sering muncul dalam benak anda hari ini?
Kemarin, saya mendapatkan kesempatan berbincang dengan salah seorang kawan.
Dia bercerita tentang pencarian, kemudian terlintas di benak saya suatu hal.
Selama ini saya selalu diajarkan untuk mencari. Untuk mendapatkan sesuatu, saya harus mencari hal itu.
Kemudian mungkin saya berusaha mencari untuk selanjutnya saya mendapatkan apa yang saya cari. Lalu saya merasa puas karenanya, sedikit berbangga, mungkin melihat yang lain gagal timbul sedikit rasa sombong.
Skenario lain saya menghabiskan banyak waktu untuk mencari, tetapi tidak mendapatkan apa yang saya cari. Dan saya kecewa, frustrasi, merasa gagal. Mungkin melihat yang berhasil timbul rasa iri, yg jika diteruskan menjadi dengki. saya berhenti disini, menyimpan semua perasaan itu rapat-rapat. Lalu memulai pencarian lain.
Atau bisa saja saya tidak puas, saya melipat gandakan usaha pencarian saya. Kembali mencari kesana-kemari, menghabiskan lebih banyak waktu, mengalami kembali rasa iri, frustrasi, perasaan tidak lengkap, prihatin, khawatir akan masa depan. Tetapi tetap saja tidak mendapatkan apa yang saya cari. Namun ketika saya berhenti, kecapaian dipermainkan oleh pikiran, tiba-tiba saja saya mendapatkan apa yang saya cari begitu saja.
Pikiran dualitas selalu mengakui kedua sisi. Ada kanan karena ada kiri. Ada baik krn ada buruk. Ada mendapatkan krn ada mencari. Maka itu saya menganggap bahwa kemungkinan terakhir (mendapatkan karena berhenti mencari) adalah juga berada dalam dualitas mencari dan mendapatkan. Saya berpikir bahwa walaupun saya mendapatkan ketika berhenti mencari, tetapi hal itu terjadi karena diakibatkan pada awalnya saya melakukan usaha pencarian.
Tapi mungkinkah, dalam pemikiran itu sebenarnya saya masih terperangkap dalam ilusi pencarian? Maksud saya, benarkah saya akhirnya mendapatkan karena saya memulainya dengan pencarian?
Bagaimana jika ternyata "itu" sudah ada bahkan sebelum saya memulai pencarian?
Bagaimana jika ternyata "itu" ada begitu saja diluar hubungan pencarian-penemuan?
Jika benar "itu" ada bahkan sebelum saya memulai pencarian, bisakah "itu" disebut penemuan?
Mungkinkah dengan mengalami kesadaran ini saya kemudian mengerti bahwa semua konflik, stress, perasaan tertekan, perasaan takut, perasaan gagal, perasaan rendah diri, perasaan sombong, perasaan frustrasi, iri-dengki yang timbul dari drama pencarian sebenarnya sama sekali...sama sekali tidak diperlukan?
"Berhentilah mencari maka engkau akan menemukan". Dan "penemuan" yang ini adalah sesuatu yang mungkin tidak berkaitan dengan pencarian ataupun berhentinya pencarian.
Sahabat, apa sebenarnya yang kita cari? mengapa kita mencarinya? apa yang akan kita lakukan setelah mendapatkannya? mengapa kita bahkan tidak bisa sekedar mengalami hidup, disaat ini?
ente keluar kerjaan lagi boss???
wah selamat ya!!! anda berani keluar dari cangkang anda, selamat!!!
Satu kalimat buat anda>>>> Kapal emang aman jika bersandar di dermaga, tapi bukan untuk itu sebuah kapal dibuat!!!.
jadi ya selamat berlayar lagi yah!!!! good luck!!!
Sudah lama sekali rasanya.... nggak upload di blog ini. sebenarnya tidak ada alasan, kompie rusak, nggak ada waktu,atau alasan lain sebagai pembenaran. yang mungkin lebih tepatnya karena niat ngapdet yang kurang aja. sudah lebih empat bulan oey.
mulai bulan september ini saya akan berusaha untuk memosting deui. meski nggak sekeren awancool ataupun sweetjilan. ya baru segini yang saya bisa. ya setiap orang diberi kemampuan berbeda. makanya cara memandang sesuatupun juga berbeda.
saya yakin setiap orang memiliki perbedaan dalam melihat sesuatu. tinggal dari mana kita lihat sudut mana. meskipun melihat dari sudut yang sama pun belum tentu sama menilainya. contohnya ketika kita melihat novel teenlit. ada yang bilang itu hanya mainan. ada yang bilang kita harus mulai dari yang mudah dulu. teenlit penting karena berguna untuk menumbuhkan minta baca, dan masih banyak lagi yang berpendapat berbeda. banyak faktor yang memengaruhi, bisa umur, kebiasaan, hobi dan ah pusing oey...
Udah kodratnya kita dibuat beda ma tuhan. ada miskin kaya, pintar oon, baik buruk dll. biar dunia nggak boring kan!!!!. coba banyangin kalo dunia ini isinya sama semua...ihh ngeriiii....makanya dunia ini indah kan!!!
Beberapa hari yang lalu yang lalu abdi ketemu jeung teman-teman kuliah dulu. mereka sudah ya lumayan berubah lah.. ada yang lebih baik dari pada waktu kuliah, tapi ada yang lebih ancur...hehehe... ini menurut ukuran saya loh...
banyak cerita dari mereka. ada yang kerja dengan gaji yang luar biasa, ada yang ditempat biasa, ada yang buat makan saja susah(kemungkinan aku masuk yang golongan ini), pengusaha perminyakan sukses dengan puluhan bahkan ratusan juta untung bersihnya, ada yang udah menikah, jomblo(masuk lagi nih), pacarnya cantik banget, pacarnya biasa ajah dll.
sempat ngiri juga lihat mereka yang menurut saya lebih sukses dari saya. tapi ngiri doang nggak ngaruh apa-apa, dan sering membuat nggak bahagia(nggak enjoy je!!!). juga sempet kasihan ngelihat yang lebih susah dari aink(menurut ukuranku lho!!!).
kemarin sempat merenung(ceile...merenung je?? nggak salah!!!) jika dipikir-pikir emang gaji, pacar dan tetek bengek itu ngaruh banget ya ma kebahagiaan. tapi kan itu kan sebenarnya ngaruhnya makin kecil jika kita nrimo(bahasa yang lebih keren bersyukur), bahkan bisa ilang sama sekali jika udah nggak terikat ma dunia(ini kelasnya sufi2 boss!!).
makanya dari pada mikirin sesuatu yang nggak bisa kita dapet mendingan kita syukurin aja yang kita punya sekarang. harapan untuk lebih baik memang perlu, sangat perlu bahkan karena itu energi kita buat terus berusaha.
jadi mungkin langkah terbaik yang bisa kita ambil adalah mensyukuri keadaan kita sekarang dan tetep terus berusaha. nggak perlu ngiri2 atau mikirin orang lain, biarlah dia lebih sukses atau lebih tajir, yang penting kita enjoy menjalani hidup ini, tanpa berhenti untuk berusaha lebih baik.
ooh iya ini kan lagi puasa nih....
selamat menunaikan ibadah puasa ya!!
trus maapin ya jika saya banyak salah!!!
maapin yahhh!!