Kembalilah Tersenyum - 2

1/30/2008 07:33:00 PM / / comments (2)

Lanjutan:

IBU….AYAH..
Sungguh betapa mulia dan hebatnya kalian, betapa besar dan megahnya jasa-jasa kalian, banting tulang untuk memberikan sesuap nasi untuk kami, membelikan penutup badan ini demi kehangatan tubuh kami. Walaupun darah ini mengalir untuk kalian, takkan terbalas jasa-jasa kalian.

Percayakah….? Dan ini memang sebuah realita.

Kedua manusia mulia tadi (pohon cintaku) Ibu dan Ayahku, yang sewaktu kecil orang hanya melirik dengan sebelah mata, yang mereka pandang dan mereka ketahui adalah mereka merupakan keluarga yang sangat miskin, pohon cinta itu yang hanya mengecap bangku Sekolah Rakyat (SR), bukan karena mereka tak ingin untuk melanjutkan sekolah tapi sekolah di kala itu bagi mereka bak bermimpi di siang hari.

Percayakah…?

Ternyata mereka mampu menamatkan ke enam anaknya sampai Perguruan Tinggi. Subhanallah…Inilah ke Maha Besaran Allah. Dari menumpang sampai menetap, dari emperan sampai bangunan. Sebuah pelajaran yang dapat kita petik hikmah bahwa Allah sudah menyediakan sesuatu untuk Kita, karena Allah tahu kebutuhan kita, Allah tahu keadaan kita, Allah Maha melihat kita, Allah takkan mungkin menelantarkan hamba-hamba nya, hanya butuh waktu untuk semua itu, meski di dunia kita belum mendapatkannya, mungkin balasan di akhirat akan kita dapatkan, Tapi Allah tak akan menyia-nyiakan semua pengorbanan kita. Jangan lah sampai kita menyalahkan Allah, kenapa Allah menakdirkan keadaan kita susah…? Mungkin lihatlah kedalam diri kita sejauh mana pengorbanan kita dalam meraih hidangan Allah, karena Allah tak menyediakan Cuma-Cuma, butuh perjuangaan, pengorbanan, dan proses untuk meraihnya, karena dengan kesusahan itulah Allah menguji Hamba-hamba nya, tak selamanya kesulitan itu bencana, karena Allah menjanjikan suatu kenikmatan (pahala) yang besar apabila di hadapi dengan sabar tetapi sabar yang aktif (bangkit) bukan sabar yang pasif ( pasrah ). Dan tak selamanya kemudahan itu selalu akan mudah, karena di balik kemudahan pasti tersimpan secuil kesulitan, kemudahan merupakan ujian sejauh mana wujud syukur kita terhadap nikmat yang di berikan.

Terima kasih ya Allah….
Kau anugerahkan orang tua yang mengajarkan hidup kepada ku, mereka mengajarkan perjuangan, mereka mengajarkan penerimaan atas keadaan seraya bangkit dari keterpurukan, mereka mengajarkan hidup, mereka mengajarkan kegigihan dengan goresan peluh mereka, dengan tinta keringat yang membasuh tubuh mereka., mereka mengajarkan bahwa hidup terkadang diatas dan terkadang dibawah, mereka mengajarkan bahwa keberhasilan bukanlah seberapa tinggi ilmu kita, seberapa banyak S1,S2,S3 kita, seberapa panjang gelar setelah tanda titik dibelakang nama kita. Tetapi mereka mengajarkan kegigihan, bangkit dari keadaan, perjuangan, keberanian, kehebatan jiwa,, itulah kunci keberhasilan mereka.

Ibu kembalilah Bangkit….!!
Ibu Kembalilah Tersenyum..!!

Lihatlah kembali foto-foto putra-putimu yang terpampang indah di sudut ruang tamu, foto-foto wujud keberhasilan mu, kaulah yang menyematkan toga di kepala mereka, kaulah yang membuat mereka sampai di foto itu. Perjuangmulah yang menghantarkan kami, peluh dan keringat mu lah yang mengharumkan kami.

Ibu….

Lihatlah kembali album-album foto, bukalah kembali…!! Kenanglah kembali…!! Dulu apakah orang akan menyangka seorang yang terlahir dari keluarga yang sangat miskin, pendidikan yang terbatas, ilmu agama yang seadanya, ternyata saat ini di dalam album foto itu terpampang wajahmu nan jernih di atas sebuah unta kau berpose dengan kerudung berwarna putih di temani suami mu nan hebat, siapa yang menyangka kau bisa melempar jumrah, kau bisa berthawaf, ingatlah kembali di waktu kau bercerita bagaimana tangis yang tak terbendung di waktu kau berwukuf, kau bisa berangkat menuju panggilan Allah Ke rumah nya yang Suci.

IBu…..
Kenanglah kembali masa lalumu….
Sungguh…
Engkaulah pemimpi yang berhasil mewujudkan mimpimu.

IBu…Dari hati yang tulus kuucapkan "Terima Kasih". Dengarkanlah ikrarku, ikrar didalam hatiku, ikrar yang takkan ku ucapkan, ikrar yang akan ku perjuangkan untuk mewujudkan. "Tangismu" adalah hujaman batu di hatiku, karena selama ini aku sering membuat mu menangis, "Tawamu" adalah motor hidupku, karena selama ini aku sering menertawakanmu. "Harapmu", adalah penggerak jiwaku.

"Ya Allah, Ampunilah dosa kedua orang tua hamba, peliharalah mereka sebagaimana mereka memelihara kami, selamatkanlah mereka sebagaimana mereka memperjuangkan kami, tempatkanlah mereka di tempat yang mulia sebagaimana mereka meneduhkan kami dari hujan, jikalau Engkau mematikan mereka, matikanlah mereka dalam keadaan Khusnul Khotimah, sebagaiman mereka rela mati untuk keberhasilan kami ".


Tulisan ini di kutip sebuah Realita Kehidupan, semoga tulisan ini dapat menjadi sebuah pelepas dahaga bagi mereka yang berada dalam gurun nan gersang, yang tak tahu harus bagaimana, yang tak tahu kemana lagi akan melangkah, yang tak tahu kepada siapa lagi mereka harus berharap. Dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf sebesar-besarnya apabila tulisan ini terasa menggurui, dan tak berkenan di hati

Labels:

Kembalilah Tersenyum - 1

1/30/2008 07:05:00 PM / / comments (0)

Hari ini adalah sebuah perjalanan yang cukup melelahkan, kereta api yang ku naiki melaju dengan cepat, kereta api yang setiap harinya selalu dipenuhi dengan padatnya para penumpang yang hendak pulang menemui keluarganya yang menunggu kedatangan mereka. Suara para pedagang silih berganti bersorak-sorai sambil sahut-menyahut menjajakan dagangannya. Tampak para penumpang yang berdiri tak henti-henti menyibak peluh yang mengalir terus di permukaan wajah dan tubuhnya. Terlihat raut-raut iri melihat para penumpang yang duduk sambil tertidur pulas (..ups..sambil ngorok dan beriler lagi). Hilir mudiknya para pedagang, lalu lalangnya para penumpang yang turun dan naik, membuat suasana didalam kereta api semakin ramai.

Memang terkadang sering muncul rasa sebal dalam diriku karena kondisi kereta yang nyaris memprihatinkan, para pemilik tangan panjang (read : pencopet) selalu siap mengancam para penumpang yang lengah terhadap barang bawaannya dan perhiasan lainnya, bahkan aksi yang mereka lakukan terkadang secara terang-terangan mereka lakukan. Ditambah lagi dengan sesaknya penumpang yang sulit untuk bergerak, udara yang tidak bersahabat dengan berbagai aroma yang timbul. Tapi itulah sebuah realita hidup yang harus kuterima. Siapakah yang salah.. ??? yah..tapi tak ada gunanya mencari siapa yang salah hanya untuk menyalahkan, setiap pihak punya tanggung jawabnya masing-masing.

Tapi dibalik semua itu masih banyak hal-hal yang bisa membuat ku tersenyum dengan berbagai tingkah polah para penumpang yang berusaha melakukan sebuah hiburan sebagai bahan penghilang jenuh dan bosan.

Tak terasa hari mulai senja, matahari pun pun mulai merona memerah tampak tersipu malu, dengan perlahan ia tenggelam untuk menyinari bagian bumi yang lain, gelap pun mulai menghampiri menyelimuti hari ini. Tak lama kemudian kereta pun telah sampai di tempat tujuanku, kulangkahkan kakiku melangkah menuju istana mungil milik kedua Pohon Cintaku. Perlahan ku berjalan…dengan penat yang masih terasa di kakiku. Akhirnya sampailah aku di istana mungil itu dengan warna yang merona kekuning-kuningan menggambarkan kegembiraan ku saat itu.

Ternyata pintu istana itu tampak tak tertutup. "Assalamu’alaikum….."….ucapan yang pertama kali ku dendangkan, ku uratkan seutas senyuman dan tampak bidadari kecil "keponakanku" tertawa menjerit menyambut kedatanganku, kuhampiri ia dan seutas ciuman manis pun ia semaikan di pipiku, semua tertawa saat bidadari kecil itu menciumku, kusalami Ayahku, kakak-kakakku, tetapi ada sesuatu yang terasa kurang di sudut bangku ruang tamu, Ibuku dengan wajah yang sedikit redup tanpa seutas senyumpun terjulai dari bibirnya, kuhampiri ia dan ku genggam tangannya dan kucium dengan rasa sayangku. Memang sudah hampir dua bulan ini Ibuku sakit, ia hanya menghabiskan waktunya terbaring di tempat tidur. Tubuhnya lemas, senyumnya yang mulai luntur, keceriaan yang tak tampak lagi dari dirinya.

Dahulu ibuku adalah seorang yang Hebat, ia wanita yang Power Full, gigih, penuh semangat dengan bekerja membanting tulang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Pagi sebelum kami terjaga ia sudah rapih bersiap berangkat untuk mencari sesuap nasi dengan merapihkan dan menggunting rambut orang-orang kebetulan profesi ibuku seorang tukar cukur, di temani ayahku karena ayahku seorang pedagang yang hampir setiap harinya berada di tempat keramaian. Dengan modal seadanya mereka mengais rezeki di rantau orang (oh..iya..Aku dari kelurga perantau dari Ranah Minang ). Menumpang dirumah orang itulah awal hidup keluargaku di Rantau.

Sebelum merantau, dahulu di kampong, ayahku terbilang pengusaha yang cukup sukses, sebagai seorang penyortir kerbau dalam jumlah yang lumayan banyak di pasar taranak ( tempat transaksi), saat itu boleh dikatakan ayahku sudah menjadi Bos karena sudah bermain dalam partai penjualan yang cukup besar. Dari situlah perekonomian keluarga ku mulai bangkit, pertama yang Ayahku lakukan adalah membangun gubuk kecil nan sudah reot. Ayahku sering bercerita dan terkadang ia sedih, karena ledekan dari warga kampung terhadap gubug Kakek dari Ibuku tempat ayah dan keluargaku tinggal itu merusak pemandangan kampung, sehingga sebaiknya di buang saja karena kebetulan gubug itu berada di pinggiran jalan, alhasil Ayahku harus menggeser gubug itu jauh kebelakang sehingga jarak gubug itu menjadi jauh dengan bibir jalan, karena memang ayah dan ibuku berasal dari keluarga yang sangat miskin, tetapi walaupun mereka miskin materi, mereka tidak miskin hati, tapi mereka kaya akan semangat.

Akhirnya gubug yang tadinya reot sekarang sudah kuat berdiri tak goyah lagi di tebas angin meskipun masih sederhana. Dan usaha ayahku pun semakin maju, tak lama berselang sebuah motor berwarna hitam pun neBenk..!! dengan genitnya di depan rumahku, yang sehari-hari di pergunakan Ibuku untuk mengantar sekolah kakak-kakakku, tak hanya si hitam, si merah pun ( sebuah motor ) ikut neBenk lagi di pekarangan. Saat itu kampung ku belum masuk listrik, ayahku lah yang membuat pancang listrik yang pertama (maklum..Bos..he3.."Afwan").

Tetapi ternyata Allah punya rencana lain buat keluargaku, Allah berkehendak lain, usaha yang telah dibangun ayahku dari bawah itu harus bangkrut karena kasus penipuan yang dilakukan oleh rekan usahanya. Akibatnya utang kesana-kemari. Jual ini dan itu. Bangkrut…itulah mungkin kata yang tepat untuk keluargaku saat itu, karena perekonomian keluarga yang semakin terperosok akhirnya Ayahku memutuskan untuk cari peluang di Negeri Jiran (uh…Ilegal loh..) selama beberapa tahun untuk membiayai anak-anaknya. Tapi malang tak dapat dihalau, dan ternyata memang benar bahwa suatu saat cara yang salah pasti akan mendapatkan akibatnya, saat akan melakukan perjalan pulang ke kampung dengan kapal Tongkang, ternyata polisi laut mengetahui kapal yang illegal itu dan menangkap seluruh awak penumpang itu, dan jadilah beberapa hari harus tidur dalam sel (… kebanyakan cerita yah…).


Kembali ke Rantau, sampai dimana yah jadi lupa…., (oh ya)…menumpang dirumah orang, yach…itulah awal keluarga ku dirantau dengan membawa ketiga anaknya dan ketiga anaknya yang lain termasuk aku di titipkan di kampung. ayahku mencoba mencari peluang untuk yang kesekian kalinya, kali ini tujuannya adalah Pulau Jawa. Dengan modal badan dan pakaian yang melekat pada badannya ayahku mulai mencoba berdagang dengan pinjam modal sana-sini, dagang pete di emperan, dagang es, bahkan hampir semua nya sudah ia jalani. Yang penting Halal. Bayangkan anak yang harus dibiayai enam orang, tetapi penghasilan dirantau pun masih belum tetap dan bahkan super seadanya. Ayahku yang hanya tamat SR (Sekolah Rakyat) begitu juga Ibuku, tak mengenal putus asa, tak merasa rendah diri, dengan gigih mereka berjuang dirantau orang meski menumpang, dan makan seadanya. Semoga Allah memuliakan mereka.

Setelah ayahku dapat penghasilan yang cukup tetap meskipun belum stabil, aku dan kedua kakakku yang di titipkan di kampung dibawa kerantau. Semenjak itulah aku belajar arti hidup, karena ia selalu membawaku yang saat itu masih belum sekolah untuk berdagang di emperan (kaki Lima), yang selalu kuingat ia selalu meletakkan ku diatas ambennya yang terbuat dari bilah-bilah bambu. Tak lama berselang setelah semua keluarga berkumpul di rantau, kami pun mulai mengontrak rumah walaupun dengan kontrakan yang serba wah ( wah…baunya…., wah…kotornya…wah…kecilnya…,wah…), Ayahku mulai berdagang pakaian anak-anak, dan akulah sebagai maskotnya karena aku selalu di letakkan diatas barang dagangannya….he…he…dengan perawakan kurus dan kecil di tambah dengan kulit yang sawo kematengan (…jadinya item deh..).

Tapi baru sampai disitu adalah proses yang panjang dan tak mudah bagai membalikkan telapak tangan, semua itu butuh pengorbanan yang mungkin setiap orang tak sanggup menghadapinya dan kalah serta mengalah oleh keadaan. Dengan modal nol dan sebuah keberanian dari tuntutan hidup yang membuat Ayah dan Ibuku kuat, mungkin karena kehidupan di kala kecilnya yang membuat mereka seperti itu, ayahku yang hanya sebagai tukang cangkul sawah orang, tukang angkut hasil panen, terkadang di beri upah terkadang tidak, membajak sawah. Sedangkan ibuku hanya pesuruh untuk mengantarkan nasi kesawah-sawah orang. Bagai "DuO sejoli", Terkadang Aku ikut terharu dan sedih di saat mereka menceritakan masa lalunya, dimana binar-binar air mata terlukis dari wajah mereka, dimana sebuah kenyataan yang harus mereka akui dengan melihat orang yang berada saat itu makan makanan yang enak, sedangkan mereka makan dengan serba seadanya. Tapi itulah jua yang mungkin membuat mereka tegar.

Tulisan mereka bukanlah dari sebuah pena, bacaan mereka bukanlah buku, ilmu mereka bukanlah sebuah pendidikan yang jauh bagaikan angan-angan, kesusahan adalah pena mereka, kenyataan hidup adalah ilmu mereka. Walau keadaan mereka susah tapi mereka tak membuat diri mereka bertambah susah.



Labels:

Konsumerisme

1/27/2008 11:46:00 PM / / comments (0)

Beberapa hari ini aku dapat tugas stand by di daerah Surabaya barat. Sebuah Mall megah bernama PTC. Akronim dari Pakuwon Trade Centre. Kulihat hilir mudik pengunjung Mall. Kebanyakan mereka adalah anak-anak muda. Mereka bergerombol beberapa orang. Tapi kebanyakan berpasang-pasangan. Mereka penuh suka cita dan tentunya canda ria.
Ku perhatikan denga seksama. Mulai dari atas sampai bawah. Mulai dari jepit rambut sampai sandal jepit. Hampir semuanya merek-merek terkenal. Dan terlihat keren tentunya. Minimal itu membuat mereka lebih ‘pd’.
Jadi teringat dulu waktu masih di Bandung. Aku begitu merek minded. Kalau tidak bermerek mentereng rasanya malu untuk memakainya. Memang merek mencitrakan kualitas barang. Seringkali aku membeli bukan karena fungsionalitas atau keawetan dan kenyamanan barang tersebut, tapi lebih pada gengsi semu yang ditawarkan merek tersebut. Sebuah kesemuan yang dibuat oleh sang merek untuk membutakan pikiranku. Dan sekarang budaya semu itu terlihat dimana-mana. Dan aku melihat begitu nyata disini. Di Mall ini.
Tapi tak bisa dipungkiri. Televisi begitu kuat memberi pengaruh budaya semu tersebut. Jangankan di Surabaya, di kampungku yang terpencil di lereng Gunung Wilis pun budaya itu mulai tumbuh. Dari mulai baju, sepatu, celana, tetapi yang paling mencolok adalah ‘tunggangan’ dan handphone.
Dulu kami terbiasa jalan kaki atau maksimal naik sepeda untuk jarak tempuh sekitar satu kilometer, dan bahkan lebih. Tetapi sekarang, untuk jarak beberapa ratus meter saja kami enggan naik sepeda, apalagi jalan kaki. Kami gunakan motor. Kami mulai malu kalau naik sepeda atau jalan kaki. Itu akan menurunkan derajat dalam masyarakat. Begitu pikir kami. Dan kami masih bersaing, tentang model, merek serta kebaruannya.
Serupa handphone. Dulu tak ada handphone di kampung kami. Datanglah era telepon nirkabel dengan GSM sebagai ‘babonnya’. Kampung kami tak mengenal AMPS. Awalnya kami membeli handphone sekedar bisa telpon dan sms. Tetapi sekarang, kami begitu membanggakan handphone yang penuh fitur, modern dan baru tentunya. Walaupun kami tak tahu kegunaan fitur-fitur tersebut. Yang penting terlihat canggih dan keren.
Ataupun yang paling kasat mata adalah gaya pacaran. Dulu kami paling pacaran di rumah ataupun kalo keluar paling” ketempat wisata. Sekarang, emms... Mall” yang makin menjamur dengan kafe-kafenya yang nyaman tapi mahal menjadi tujuannya. Dengan semakin menjamurnya ‘gaya hidup modern’ tersebut, makin kuatlah sang konsumerisme menancapkan kuku-kukunya. Menghujamkan pengaruhnya.
Tak bisakah hal tersebut dicegah? Atau dihilangkan sekalian?...Susah dan nyaris mustahil. Mungkin yang bisa kita lakukan adalah mengurangi hal-hal tersebut dari daftar kebiasaan dan keinginan kita. Tak perlu drastis. Cukup mengurangi frekwensinya saja. Dari yang biasa belanja pakaian setiap minggu menjadi setiap bulan, dari ganti handphone setiap bulanya jadi per setengah tahun dan seterusnya.
Saya yakin, kita tak akan jadi orang purba ataupun orang terbelakang jika tidak melakukan hal-hal tersebut. Dan mungkin budget dari hal-hal tersebut bisa kita alihkan untuk yang lain. Membeli buku, berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan, atau yang lain. Saya yakin itu akan lebih menumbuhkan kebahagiaan. Bukan kebahagiaan semu yang menuntut pengakuan orang lain. Bukan kebahagiaan yang timbul karena kita diakui sebagai orang gaul, atau orang modern. Kebahagiaan yang lebih dalam dari sekedar itu. Semoga.

Labels:

Puisi-Puisi Satire

1/27/2008 11:19:00 PM / / comments (0)

Rokok

Pagi hari yang sunyi
Kau temani diriku
Ku hisap kau pelan-pelan
Kau masuki setiap inci paru-paruku

Kurelakan tubuhku kau rasuki
Ku tahu itu
Ku rasakan itu

Kopi cinta sebagai pasanganmu
Menemani hari-hariku
Tak lebih tak kurang
Penghancur pelan
Dengan nikmat sesaat

Makin ku hisap dirimu
Makin tak kuasa ku tolak
Walau ku sadar kau wahai racun jingga
Yang mengotori setiap tetes darahku

Aku harus berhenti menjadikanmu teman
Kau harus kutinggalkan di hari-hariku kini
Walau dalam kesendirianku
Dalam kesunyian dan kesepian
Aku yakin aku bisa
Selamat tinggal racun jingga



Cinta Tuhan

Kurangkaki pagi ini dengan doa
Ku berjalan dengan mantap menuju-Mu
Dengan harap tanpa tepi
Ku yakin Kau ada

Atas nam cinta
Aku terus bekerja
Atas nama cinta
Ku relakan tubuhku berkelana

Ku teriak dalam sunyi
Ku berontak dalam hati
Ku tahu Kau takkan diam
Ku tahu aku milik-Mu

Ku tepekur dalam keramaian dunia
Jiwaku berjalan dalam kematian hati
Sepercik cahaya terlihat dari lorong gelap
Ku hanya ingin kesana
Menuju Mu
Bersama Mu

Labels:

ViRus BOR!Ng.........,

1/26/2008 09:31:00 PM / / comments (5)

Sudah menjadi takdir manusia untuk terpesona dengan sesuatu hal yang BARU.

Bukan, berarti ngelupain yang lama sihhh…, hanya paling tidak untuk beberapa saat, perhatian kita akan tersedot oleh sesuatu yang baru - lebih FRESH atawa lebih BENING ^_^

Seperti halnya; mobil baru, Hp model ter'GRESS', Café tempat HangOUT baru, lagu baru, temen baru, gawean yang baru sampe ke cowo / cewe baru.
Pokoknya segala yang masih baru apalagi menjanjikan akan menarik perhatian kita, walau mungkin hanya sesaat, sekian detik…., menit…., jam…, bahkan mungkin buat selamanya (whuehehehehehe ;D…..)

Gak bisa disalahkan sih….,
coz Manusia diciptakan dengan naluri alamiah 'KEBOSANAN' yang di install diam-diam, tinggal berapa kapasitas memorynya aja ditiap individu.
Persis seperti VIRUS yang menyerang setiap sel manusia – dari ujung kaki sampai ujung rambut.
KeBARUAN lah menjadi Vaksin yang sesaat bisa meREFRESH KEBOSANAN, so lambat laun melumpuhkan kata-kata: "I'M BORED !!!!"

Hanya sesaat…., karena tidak berapa lama lagi KEBOSANAN akan kembali merayap.

Pernah nggak, bertemu anak kecil yang minta merajuk dibacakan cerita dongeng yang sama sebelum tidur setiap malam selama berbulan-bulan ???
Atau pernah gak mengalami ketika kita hanya mau makan dengan satu macam lauk selama beberapa minggu ???

Itu karena VIRUS KEBOSANAN mulai menjangkit, dan mengambil alih dirinya.
Nanti....., semakin bertambah umurnya, VIRUS akan menguasai diri dan dia akan merasakan KEBOSANAN yang terus menerus, tiba-tiba menghinggapi tanpa permisi.

Mungkin karena dorongan VIRUS KEBOSANAN itulah yang membuat aku terus mencari hal-hal baru yang bisa aku lakukan.
Itu juga yang membuatku jatuh cinta pada dunia PuBlic Relations, karena disini aku menemukan persoalan-persoalan yang berbeda setiap harinya.
Tidak ada KEBOSANAN, karena selalu ada yang baru menanti di tikungan sana - selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka hingga nantinya mereka PUAS.

Anehnya, sampai saat ini malah aku yang belum mencapai titik SATISFACTIONS itu.
So….., saat ini aku tengah dijangkiti VIRUS KEBOSANAN.

Bosan ma sesuatu yang sedang aku jalani saat ini…..,
Bosan ma lingkungan kerjaku sekarang yang MONOTON tanpa ada sesuatu yang baru,
Bosan ma Hidup yang gak kaya ROllerCoaster lagi !!!!!!

Yahhhh.....,

Manusia seperti aku ini memang selalu BORING dan gak pernah PUAS ^_^ !!!!!!!!



Labels:

gih sanah...

1/23/2008 10:06:00 PM / / comments (4)

2 org temenku lg berusaha nemuin ak sm seorang wanita
dia bilang si cantik
liat di friendster jg not bad lah...

yg satu ngasih nomor hp dan membuka percakapan menggunakan akoun ym ku
yg satu cerita klo kmrn ketemu dan orangnya emg "high quality"

dan krn ngeliat ak yg males2an berusaha nampaknya mereka gerah
dan berusaha mempertemukan ak dengan dirinya

apakah mereka dan segala provokasinya berhasil ?
mbuhlah...

pas kmrn kbeneran online ada jg temenku di smrg yg nanyain udah dapet pacar di aceh ato belum...
knpa skrg semuanya ttg pacar, nikah, matchmaking dan lsbg ?

malesbangetdotcom
terutama ttg masalah yg satu ini.

kalo kata aryo: tahun ini semua org nikah kecuali kita wan... hehehe...

Labels:

Kematian Paman Gober

1/17/2008 01:03:00 AM / / comments (2)

Oleh: Seno Gumira Ajidarma

Kematian paman gober ditunggu-tunggu semua bebek. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang mereka ingin ketahui hanya satu hal : apakah hari ini Paman Gober sudah mati. Paman Gober memang terlalu kuat, terlalu licin, dan bertambah kaya setiap hari. Gudang-gudang uangnya berderet dan semuanya penuh. Setiap hari Paman Gober mandi uang disana, segera setelah menghitung
jumlah terakhir kekayaannya, yang tak pernah berhenti bertambah.

Begitu kayanya Paman Gober, sehingga ia tak bisa hafal lagi pabrik apa saja yang dimilikinya. Bila terlihat pabrik di depan matanya, ia hampir selalu berkata, "oh, aku lupa, ternyata aku punya pabrik sepatu." Kejadian semacam ini terulang di muka pabrik sandal, pabrik rokok, pabrik kapal,pabrik arloji, maupun pabrik tahu-tempe. Boleh dibilang, hampir tidak ada pabrik
yang tidak dimiliki Paman Gober. Ibarat kata, uang dicetak hanya untuk mengalir ke gudang uang Paman Gober.

Meskipun kaya raya, anggota klub milyarder no.1, Paman Gober adalah bebek yang sangat pelit. Bahkan kepada keluarganya, Donal bebek, ia tidak pernah mewmberi bantuan, meski Donal telah bekerja sangat keras malah Donal ini, beserta keponakan-keponakannya Kwak, Kwik, dan Kwek, hamper selalu diperas tenaganya, dicuri gagasannya, dan hasilnya tidak pernah dibagi. Cendekiawan jenius Kota Bebek, Lang Ling Lung, yang dimuka rumahnya tertera papan nama
Penemu, Bisa Ditunggu, pun hamper selalu diakalinya.

Sudah berkali-kali Gerombolan Siberat, tiga serangkai kelas kakap, menggarap gudang uang Paman Gober, namun keberuntungan selalu berada dipihak Paman Gober. Pman Gober tak terkalahkan, bahkan oleh Mimi Hitam, tukang tenung yang suka terbang naik sapu. Sudah beberapa kali Mimi Hitam berhasil merebut Keping Keberuntungan, jimat Pman Gober, namun keping uang logam kumuh itu selalu berhasil direbut kembali. Tidak bisa dipungkiri, Paman Gober memang pekerja keras. Masa mudanya habis dilorong-lorong gua emas. Sebuah gunung
emas yang ditemukannya menjadi modal penting yang telah melambungkannya sebagai taipan tak tersaingi dari Kota Bebek.

Suatu hal yang menjadi keprihatinan Nenek Bebek, sesepuh Kota Bebek yang mengasingkan ke sebuah pertanian jauh di luar kota, addalah kenyataan bahwa Paman Gober dicintai kanak-kanak sedunia. Pman Gober menjadi legenda yang disukai. Pman Gober begitu rakus. Pman Gober begitu pelit. Tapi ia tidak dibenci. Setiap kali ada orang mengecam,menyaingi, pokoknya mengancam reputasi Paman Gober sebagai orang kaya, justru orang itu tidak mendapat simpati. Paman Gober bisa menangis tersedu-sedu meski hanya kehilangan uang
satu sen. Ia sama sekalli bukan tokoh teladan, tapi mengapa ia bisa begitu dicintai?

"Dunia sudah jungkir balik," ujar Nenek Bebek kepada Gus Angsa, yang meski suka makan banyak, sangat malas bekerja. Namun Gus Angsa sudah tertidur sembari bermimpi makan roti apel.

"Suatu hari dia pasti mati," ujar Kwik.

"Memang pasti, tapi kapan?" Kwak menyahut.

"Kwek!" Hanya itulah yang bisa dikatakan Kwek. Dasar bebek.

Begitulah, setiap hari, Lubas, anjing dirumah Donal, membawa Koran itu dari depan pintu ke ruang tengah.

"Belum mati juga!"

Donal segera membuang lagi Koran itu dengan kesal. Karena memang tiada lagi berita yang bisa dibaca di Koran. Banyak kabar, tapi bukan berita. Bnyak kalimat, tapi bukan informasi. Banyak huruf, tapi bukan pengetahuan. Koran-korantelah menjadi kertas, bukan media.

Semua bebek memang menunggu kematian Pman Gober. Itulah kabar terbaik yang mereka harapkan terbaca. Paman Gober sendiri sebenarnya sudah siap untuk mati. Maklumlah, sebagai generasi tua di Kota Bebek, umurnya cukup uzur. Untuk kuburanya sendiri, ia telah membeli sebuah bukit, damn membangun museum di tempat itu. Jadi, bukanya Paman Gober tidak mau mati. Ia sudah siap untuk mati.

"Mestinya, bebek seumur saya ini, biasanya ya sudah tahu diri, siap masuk ke liang kubur. Makanya, ketika saya diminta menjadi Ketua Perkumpulan Unggas Kaya, saya merasakan kegetiran dalam hati saya, sampai beberapa lama saya bisa bertahan? Apa tidak ada bebek lain yang mampu menjadi ketua?" Kalimat semacam itu masuk ke dalam buku otobiografinya, Pergulatan Batin Gober Bebek, yang menjadi bacaan wajib bebek-bebek yang ingin sukses. Hampir setiap bab dalam buku itu mangisahkan bagaimana Paman Gober memburu kekayaan. Mulai dari harta karun bajak laut, pulau emas, sampai sayuran yang membuat bebek-bebek giat bekerja, meski tidak diberi upah tambahan. Bab terakhir diberi judul Sampai Kapan Saya Berkuasa?. Memang, Paman Gober adalah ketua terlama Perkumpulan Unggas Kaya. Entah kenapa, ia selalu terpilih kembali, meski pemilihan selalu berlangsung seolah-olah demokratis.
Begitu seringnya ia terpilih, sampai-sampai seperti tidak ada calon yang lain lagi.

"Terlalu, masak tidak ada bebek lain?"

Paman Gober selalu berbasa-basi. Namun, entah kenapa, kini bebek-bebek menjadi takut. Paman Gober, memang, terlalu berkuasa dan terl;alu kaya. Setiap hari yang dilakukannya adalah mandi uang. Ketika Donal Bebek bertanya dengan kritis, mengapa Paman Gober tidak pernah peduli kepada tetannga, bantuan keuangannya kepada Donal segera dihentikan.

"Kamu bebek tidak tahu diri, sudah dibantu, masih meleter pula."

"Apakah saya tidak punya hak bicara?"

"Bisa, tapi janngan asal meleter, nanti kamu aku sembelih."

"Aduh, kejam sekali, menyembelih bebek hanya dilakukan manusia."

"Ah, siapa bilang bebek tidak kalah kejam dari manusia."

"Lho, manusia makan bebek, apakah bebek makan manusia?"

"Yang jelas manusia bisa makan manusia."

"Tapi Pman mau menyembelih sesame bebek, apakah sudah mau meniru sifat manusia?"

Paman Gober mempunyai banyak musuh, namun Paman Gober suka memelihara musuh-musuh yang tidak pernah bisa mengalahkannya itu, justru untuk menunjukkan kebesarannya. Paman Gober sering muncul di televise. Kalau Paman Gober sudah bicara, kamera tidak berani putus, meskipun kalimat-kalimatnya membuat bebek tertidur. Paman Gober selalu menganjurkan bebek bekerja keras, seperti dirinya, dan Paman Gober juga semakin sering menceritakan ulang jasa-jasanya kepada warga Kota Bebek.

"Coba, kalau aku tidak membangun jalan, air mancur, dan monument, apa jadinya Kota Bebek?"

Tidak ada yang berani melawan. Tidak ada yang berani bicara.

"Paman Gober," kata Donal suatu hari, kenapa Paman tidak mengundurkan diri saja, pergi ke pertanian seperti Nenek, menyepi, dan merenungkan arti hidup? Sudah waktunya Paman tidak terlibat lagi dengan urusan duniawi."

"Lho, aku mau saja Donal. Aku mau hidup jauh dari Kota Bebek ini. Memancing, main golf, makan sayur asem, dan membaca butir-butir falsafah hidup bangsa bebek. Tapi, apa mungkin aku menolak untuk dicalonkan? Apa mungkin aku menolak kehormatan yang segenap unggas? Terus terang, sebenarnya sih aku lebih suka mengurus peternakan."

Maka hari-hari pun berlalu tanpa penggantian pimpinan. Demokrasi berjalan, tapi tidak memikirkan pimpinan, karena memang hanya ada atu pemimpin. Segenap pengurus bisa dipilih berganti-ganti, namun kedudukan Paman Gober tidak pernah dipertanyakan. Para pelajar seperti Kwik, Kwek, dan Kwak menjadi bingung bila membandingkannya dengan sejarah kepemimpinan kota lain. Kota Bebek seolah-olah memiliki pemimpin abadi. Generasi muda yang lahir setelah Paman Gober berkuasa bahkan sudah tidak mengerti lagi, apakah pemimpin itu memang bisa diganti. Mereka pikir keabadian Paman Gober sudah semestinya.

Dan itulah celakanya kanak-kanak mencintai Paman Gober. Riwayat hidup Paman Gober dibikin komik dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Bebek terkaya yang sangat pelit dan rakus ini menjadi teladan baru. Nenek Bebek tidak habis pikir, mengapa pendidikan, yang mestinya semakin canggih, membolehkan budi pekerti seperti itu. Generasi muda ingin meniru Paman Gober, menjadi bebek yang sekaya-kayanya, kalau bisa paling kaya di dunia.

"Paling kaya di dunia?" Kwak bertanya.

" Iya, paling kaya di dunia," jawab Nenek Bebek.

"Apakah itu hakikat hidup bebek?"

"Bukan, itu hakikat hidup Paman Gober."

Sementara itu, nun di gudang uangnya yang sunyi, Paman Gober masih terus menghitung uangnya dari sen ke sen, tidak ditemani siapa-siapa. Matanya telah rabun. Bulunya sudah rontok. Sebetulnya ia sudah pikun, tapi ia bagai tak tergantikan.

Semua bebek menunggu kematian Paman Gober. Tiada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu-nunggu saat itu. Setiap kali penduduk Kota Bebek membuka koran, yang ingin meraka ketahui hanya satu : apakah hari nin Paman Gober sudah mati. Seriap pagi mereka berharap akan membaca berita Kematian Paman Gober, dihalaman pertama.

Jakarta, 16 Agustus 1994
mediacare
http://www.mediacare.biz

Labels:

lg males ngapa2in

1/16/2008 10:26:00 PM / / comments (5)

kalo diibaratkan bertujuan pergi ke suatu tempat. ak ni dah punya gambaran "how" to get there. Dan banyak tempat yang ak punya bayangan "how" nya. Tapi sampai saat ini ga ak kerjakan. pikir punya pikir... ternyata yg bikin ak males adalah karena belum ketemu "why" nya.

"Why" disini adalah alasan sebenarnya kenapa ak harus mencapai suatu tujuan. Tujuan yg dari hati dan bukan didapat ikut2an dari tujuan orang lain.

"how" bisa gampang didapat, tp "why" harus melalui refleksi diri ber ulang2. berkomunikasi dengan diri sendiri dan meminta kejernihan pikiran kepada yg diatas.

biar hati ga kemrungsung dan badan ga males2an terus...

oiya, karena blm nemu taichi master disini aku coba cari olahraga lain sambil terus latian form sendiri.

dan kmrn ak kembali maen basket, ternyata stamina dan skill dah beda banget sama yg dulu. tp lumayan jg bisa dapet kringet dan mengingat2 romansa dulu.

weekend ntar maen basket lagi aaah... jadi pengen beli bola sendiri, latian yg bener lg deh kyk dulu ^_^

Labels:

Sang Penabur Mimpi Sukses - Kaya - Baik - Bahagia

1/16/2008 02:10:00 AM / / comments (2)


Tak sebersitpun keraguan bahwa sang penabur benih mimpi adalah orang tua yang melahirkan kita. Saya sangat beruntung memiliki kedua orang tua yang begitu banyak 'dirundung masalah keluarga dan keuangan' namun mampu lolos lubang jarum dan melahirkan enam anak yang sebagian besar diantaranya berani mengejar mimpi-mimpi kecil(baru sekedar berani).

Ayahku hanyalah seorang pedagang kecil-kecilan yang mungkin semua barang dagangan sudah pernah dijual oleh ayah "Kecuali emas" kata ayahku. Semenjak kecil, apapun dagangan ayah, saya dan saudara2 saya yang lain dibiasakan untuk ikut membantu dalam berdagang. saya teringat mulai dari rumah makan, jual&service jam, obral pakaian, toko kaset&vcd, Jilbab, Taperadio, bahkan pernah membuat kerupuk kulit(duh ini kerjaanya capek bgt dan bau lagi..). Semua itu dilakukan ayah hanya untuk menyambung hidup anak2nya, demi menyekolahkan anak-anaknya setinggi yang ia mampu.

Ibuku tidak seperti ibu teman2ku yang lain, yang sebagian besar berprofesi 'ibu rumah tangga'.Tetapi karena tuntutan kehidupan, ibuku ikut berusaha dengan mendirikan jasa pemotongan rambut dengan nama 'Susi Salon'(kalau tidak percaya, anda bisa cek di daerah Kota Rangkasbitung, bisa ditanyakan disana...). Sungguh ibuku adalah wanita yang sudah biasa susah dari kecilnya, kalau mengingat masa2 kecilnya dahulu, kadang tanpa disadari air mata menetes dari mata ibuku. Ibuku dalam hidup benar2 perhitungan sekali, terutama masalah pemasukan dan pengeluaran, kalau istilah kerennya 'cash flow'. Kadang orang bilang 'Pelit' tapi jauh dibalik itu, mungkin kalau tidak karena manajemen keuangan yang dilakukan ibu, aku dan saudaraku yang lain tidak akan mampu sampai 'kuliah'.

Itu baru sedikit paparan akan kekaguman dan rasa salut saya kepada kedua orang tua, mereka memang tidak memberi saya harta berlimpah, tidak memberi kesenangan seperti anak2 muda lainnya. Tetapi yang sangat berharga mereka penuh cinta dan tanggung jawab terhadap anak2nya. mereka berdua dengan pendidikan yang seadaanya(cuma tamat SD) berusaha membuat anak2nya lebih baik dari mereka. Mimpi mereka "Melihat kami besar menjadi orang yang sukses". Saya disini memberanikan diri merajutkan mimpi itu untuk mereka.

SAya bermimpi "saya akan menjadi orang yang sukses, dan saya akan berusaha mencapainya sekuat tenaga, demi membawa diriku dan keluargaku pada tingkat kehidupan yang lebih baik,amien..."

Terima kasih atas tempat sharingnya :)

Salam Senyum :)

Labels:

last nite

1/15/2008 10:18:00 PM / / comments (3)

ak tak bermimpi apa2
tp ak terbangun dengan perasaan aneh
perasaan bahwa kamu ada disekelilingku
perasaan bahwa semua akan baik2 saja
perasaan seolah kita masih bersama

dan ketika menengok ke tumpukan buku di meja
ak melihat buku kecil kuning
dulu km pernah datang kepadaku membawa buku itu,dengan setumpuk empati
melupakan perihmu sendiri...
dan bbrpa hari yg lalu seorang teman mengantarkannya ke tangan ini..
this time i'll gonna read it.
personality plus.

wish u the best of ur life...thx

Labels:

Semua orang bermimpi (Kaya, Populer, Bahagia)

1/14/2008 03:51:00 AM / / comments (2)

Yang saya tahu...jika semua orang saya tanya, 'apakah kamu bermimpi/ingin kaya or sukses??' pasti jawabnya "ya tentu donk".

lalu saya tanya lalu apa yang akan kamu lakukan untuk wujudkan mimpi(cara nya bagaimana?) , hmm ternyata di pertanyaan ini saja sudah banyak yang berguguran, contoh jawabannya 'wah aku bingung', atau 'aku ga ada ide', 'aku ga tahu',

kemudian untuk orang2 yang berhasil tahu apa yang harus mereka lakukan(ini saya sebut baru sekedar pengetahuan), saya ajukan pertanyaan kembali, 'apakah anda bersedia menyusun rencana berdasarkan pengetahuan anda untuk kaya??' ternyata disini kembali banyak yg berguguran dengan dalih 'malas ah, biar ngalir ajah...', 'duh aku rencana hanya di kepala saja, tidak perlu ditulis2 atau dirancang...'.sepertinya mereka lupa atau tdk pernah mendengar nasehat 'Gagal dalam merencanakan berarti merencanakan kegagalan'.

Kemudian dari orang yang telah membuat rencana dengan baik, lagi!! tidak henti2nya saya ajukan pertanyaan, 'apakah anda melakukan apa yang telah anda rencanakan(action)'??, ternyata disini adalah tahap yang banyak pula berguguran dengan alasan 'saya takut gagal', 'saya kurang fasilitas' dan dalih lainnya...ternyata sangat sedikit yang tersisa yang mau melakukan apa yang telah mereka rencanakan.

Dari yang telah berani/memutuskan melaksanakan, ternyata mereka temui dalam perjalanannya tidak selalu mulus dan lancar sesuai rencana, saya tanya kembali, 'apakah anda akan tetap bertahan ketika dalam keadaan buruk, ketika anda terjatuh apakah anda akan segera bangkit kembali'?? ternyata banyak pula yang segera tidak bangun lagi hanya dengan 1 pukulan atau beberapa pukulan, dengan dalih 'saya kapok, gagal ternyata ga enak, mending tidak ikut'. Apakah mereka telah lupa bahwa 'seorang sukses adalah seseorang yang tetap bangkit walau telah jatuh berkali2, ternyata bukan seberapa banyak anda jatuh yg terpenting, tetapi berapa kali anda akan tetap bangkit'.

Dari proses tersebut bisa anda bayangkan kenapa betapa sedikitnya orang yang mencapai puncak....???

dan saya harap itulah kita...hayo kita tetap bangkit dan bangkit lg ketika terjatuh :)


From Dream To Action

Labels:

have fun...

1/10/2008 11:46:00 PM / / comments (1)

moga nda pada kaget, kali ini skin nya agak "mbatik". buat temen2 yg udah pada punya blog sendiri, ak bikin rss feed di left sidebar. biar bisa tetep keep in touch. Emang tujuan tapakkaki ini pada awalnya pengen memperkenalkan blog dan terus mengasah buat nulis. jadi mungkin ada blog personal dan blog tapakkaki ini. nantinya klo udah pada punya blog semua, ak pengennya tapakkaki ini jadi kyk agregator gitu. caranya ak blom ngerti, jd skrg ya gini aja dulu ya.... have fun...

Labels:
1/08/2008 02:48:00 AM / / comments (0)

Pengen Kaya Dengan Mudah??

1/07/2008 08:12:00 PM / / comments (6)

Banyak tipe-tipe janji di dunia-maya yang kubaca isinya mirip2 seperti kata yang kukutip di bawah, baik berasal dari dalam negeri atau dari luar...woow!!! banyak bener....


Ini bener gak ya?? setauku sesuatu yg penuh janji muluk dan gampang biasanya banyak boongnya(Tul ga..), ada yang tahu ga ya? klo ada, kabari aku ya..aku juga pengen klo bener ;)) (lumayan tuh ga cape dapet duit...hmm..enak benerr...)


Rahasia Hebat, bagaimana cara mendapat uang secara online hanya dalam 30 menit

"Saya Akan Membuka Satu Satunya RAHASIA Terhebat Masa Kini Yang Telah Membuat Sedikit Orang Mendadak Jadi Milyuner Hanya Dengan Meng-klik Beberapa Kali Seminggu Saja… Pertama Kali Terbuka Untuk Diketahui Orang Indonesia!"

...Dan Akan Membuat Anda Kaya Melebihi Mimpi Anda!


kalau pengen tau bisa cek link ini(aku sempet daftar juga sih he..he.)

Labels:

Negeri Pasta Gigi

1/07/2008 08:00:00 PM / / comments (3)

Ada sesuatu yang menarik yang pernah aku amati.. Sering kali dalam kesulitan muncul para pemenang” hebat. Begitu yang kurasakan. Dalam suasana terjepit sering kali justru bisa melakukan sesuatu yang ‘hebat’.
Sebuah contoh kecil waktu kecilku. Ketika teman” main dengan layang” dan benang gelasan yang di beli dari toko, dengan penuh keterbatasan aku mampu membuat benang gelasan produk sendiri, kaca yang ditumbuk halus, dicampur getah pohon mangga dan juga putih telur. Layang” pun serupa. Dari kertas bekas, bambu yang diambil dari belakang rumah dan juga lem dari tepung kanji yang digodog. Hasilnya pun sangat memuaskan. Layang” dan benang ‘made in’ ku beberapa kali menang. Dan sangat tahan lama.
Begitupun ketika SMP. Ketika teman-temanku menggunakan motor dan kadang diantar orang tuanya pergi sekolah. Sedang aku harus mengayuh sepeda, itupun berbocengan dengan teman sekampung. Panas dan tentunya peluh membasah. Tapi prestasiku di sekolah cukup ‘lumayan’.
Serupa rakyat negeri ini. Ketika krisis ataupun dalam keterbatasan justru keluar para pemenang” yang mengagumkan. Siapa yang tak kenal Edam Burger. Dengan I Made Bagiana sebagai motornya. Hebatnya justru Edam Burger mengalami peningkatan omset yang luar biasa setelah negara mengalami krisis moneter. Edam mengakomodir keinginan orang makan burger tetapi dengan harga yang terjangkau. Sebelum krisis siapa yang kenal dengan dia.
Atau Tung Desem Waringin. Ditengah bangsa yang krisis, baik ekonomi, moral ataupun mental, dia keluar sebagai motivator nomor wahid. Ketika rakyat Indonesia semakin depresi, semakin stres semakin dibutuhkan orang seperti dia. Dia berubah dari seorang karyawan BCA menjadi seorang motivator ulung justru karena dia dihadapkan dengan kenyataan, ketika gajinya yang ‘lumayan’ tak mampu membayar barang sehari perawatan ayahnya di sebuah rumah sakit Singapura.
Sering kali para pemenang lahir justru ketika dia mengalami peristiwa yang sangat berat. Seringkali karena keterbatasan, lahirlah manusia” ‘super’ yang bisa kita jadikan inspirasi. Dan hal itu jamak terjadi di sini. Di negeri ini. Layaknya Pasta Gigi, kalo nggak di pencet nggak akan keluar.

* Tulisan ini sebenarnya untuk memotivasi aku, karena sekarang begitulah keadaanku. Semoga aku juga bisa menjadi pemenang bagi hidupku.

Labels:

Takuruang nak di lua, taimpik na diate

1/07/2008 12:40:00 AM / / comments (5)

teman...maaf sebelum tulisan terserak disini, tak ada niat dari awak(saya) ini untuk membangga2kan kesukuan, apalagi memecah kesatuan(ngeri bo nasionalis :p), atau yang lebih parah merendahkan suku lain. No!..No!

saya sangat menghargai setiap suku di Indonesia, saya memang dilahirkan 1/4 abad yang lalu atas Kehendak-Nya berdarah 'Minang', ayah dan ibu orang minang sejati bo...Namun karena hidup yang tidak selalu berjalan mulus, sesuai bana dengan pepatah minang "Nasib ba cando roda padati, kadang diate kadang dibawah" yg kalau diterjemahkan dalam bahasa indonesia "nasib seperti roda pedati, kadang diatas, kadang dibawah", karena ada masalah yang besar saat itu membuatku terpaksa merantau pula ke negeri jao(jawa), saya dibesarkan oleh 2 orang tua yg minang asli(didiknya car minag lg..) dan dengan lingkungan teman2 dari semenjak 2 SD(ini awal kami sekeluarga merantau) sampai akhir SMA yang notabene orang Sunda, dan ditambah saat kuliah yg lumayan lama banyak berteman dangan orang2 jawa(6 1/2 tahun bo he..he.. lama bgt..). Membentuklah karakter yang saya rasa terjadi percampuran disana-sini. ibarat masakan sudahlah jadi gado2 yang diri sendiri ajah ga tau rasanya, tapi yakin sih.. namanya gado2 biasanya uenak tuenane....

Karena saya tidak dibesarkan di negeri 'Minang', setelah 'guede' kayak gini(walau susah gede2-nya, padahal dah makan buanyak), menimbulkan rasa kangen juga tuk tahu sedikit demi sedikit tentang orang 'minang', saya liat secar umum dan mungkin orang menilai, bisa dikatakan salah-satu kriteria [kehebatan] seorang minang adalah : kemampuannya dalam “ma ota lamak“, atau ngobrol dengan orang lain dengan “nikmat“. Dari tradisi memang seorang minang secara sengaja atau tidak, telah diajarkan untuk mampu bercerita atau bertutur yg dapat membuat lawan bicara bisa betah (tertarik) mendengarnya. Bahkan kemampuan ngomong sedemikian (seperti dari ber-pepatah pepitih) telah mempengaruhi sistem nilai di ranah minang dalam mengukur kualitas seseorang. Tentu ini juga yang membuat [kbanyakan] orang minang tampak cakap saat berperan sebagai diplomat, negosiator, dan [termasuk] juga saat manggaleh (jualan) :)

Dalam sehari2 kadang dalam percakapan ringan, saya sedikit diajari/dicekoki oleh bapak pepatah minang, yang dalam sejarahnya telah membentuk dasar perilaku dan budaya di minang(klo salah, ah itu mah biasa, namanya juga belajar :P)

seperti :
Takuruang nak di lua
Tahimpik nak di ateh
versi indonesia :
terkurung nak diluar
terhimpit nak diatas

Kalau ditelusur secara gamblang, blak2an, arti jelas, sepertinya orang padang nih licik bgt ya???masa terkurung maunya diluar, terhimpit mau-nya diatas???. Namun kalau ditelusur lebih mendalam, ternyata ada nasehat didalamnya : Urang Tuo kito memberi isyarat bahwa dituntut untuk adanya niat/upaya/usaha untuk bisa keluar dari suatu permasalahan, kesulitan, dan rintangan. Jadi jgn diam sajo, ojo cicing wae!!! , berubahlah...ato 'use U'r Mind' kata bapak2ku yg diluar negeri.

Jadi teman untuk hari ini, jika ada dari teman2ku dari suku manapun dari rimbawan manapun dalam kesulitan/kesusahan, ayo bergerak ini bukan saatnya untuk mengeluh dan diam. Malah inilah saat yang paling tepat untuk menerjang dan menghantam ;))(sok hebat bgt ya ardi nih..sorry2...)

Salam Senyum...:)

Labels:

Nikmatnya Nasi Merah

1/06/2008 09:23:00 PM / / comments (0)

Alhamdulilah dah 2 hari ini aku bisa menikmati lagi nasi merah yang terakhir kali aku makan ketika masih SD dulu waktu di ajak ke daerah MOGA.
Sabtu kemarin makan nasi merah di tengah belantara hutan Louser bersama teman PA dari Pemda,
Hari minggunya makan nasi merah di rumah penjaga kebun Teman. Sambil mancing ikan Mas yang ada di kolam dia....lumayan tuk di bawa pulang.
So rencananya hari ini baru dimasak oleh Ibu kost ku hehehehe....

Labels: